"Ran, kamu masak aja, saya jagain Idan," ucap mas Rian.
"Mas, beneran Rania makasih banget sama Mas Rian," ucap Rania.
"Nggak apa-apa Ran, sana masak," ucap Mas Rian.
"Eh, mas Rian udah makan siang?" tanya Rania yang dijawab gelengan oleh Rian.
"Nanti pas pulang aja saya cari makan, gampang" ucap Rian.
"Rania masakin nasi goreng dulu ya buat mas Rian, bentar," ucap Rania.
"Eh Ran, nggak usah!" kali ini giliran Rania yang menghiraukan ucapan mas Rian.
Rania memasukkan bumbu nasi goreng yang selalu tersedia di kulkasnya, kemudian menambahkan telur, dan suwiran ayam, tak lupa nasi semalam yang selalu diletakkan sang bunda di kulkas, amunisi untuk membuat nasi goreng memang selalu tersedia di kulkasnya.
Rania menambahkan telur mata sapi, timun dan tomat sebagai sentuhan terakhir nasi gorengnya, tak lupa membawa garpu dan sendok, juga gelas berisi air dingin.
"Mas Rian, dimakan dulu," Rania menaruh piring berisikan nasi goreng di hadapan Rian, tak lupa air putih dingin.
"Ran, kamu repot-repot!"
"Nggak mas Rian, nggak nyampe 10 menit kan bikinnya?" tanya Rania.
"Rania lanjut masak lagi ya mas, Rania tinggal sebentar,"
Rania mulai menggoreng tempenya garing, sementara nasi kuningnya sedang dimasak di rice cooker, ayamnya telah selesai diungkep, ia kemudian menumis bumbu sambal goreng kentang.
Dua jam sudah Rania berkutat dengan tumpeng cantik miliknya meninggalkan Rian yang asik membuat Idan tertawa nyaring mengisi seluruh ruangan.
"Assalamualaikum, ayah pulang!" Rania hampir menggulingkan tumpengnya ketika mendengar suara ayahnya.
Rania bergegas berlari menuju ayahnya yang kemungkinan besar sudah melihat Rian yang sedang bermain dengan Idan di pangkuannya.
Rian hampir kabur dari rumah Rania begitu mendengar suara ayah dari Rania, ia yang sedang memangku Idan di sofa duduk dengan tegang, bingung dengan yang harus ia lakukan setelah ini.
"Waalaikumsalam," balas Rian mencoba menetralkan raut wajahnya yang tegang.
"Loh neng? Mas ganteng darimana ini?" tanya sang ayah girang.
"Teteh culik dari pelatnas Cipayung," jawab Rania.
"Mas Rian ya?" tanya sang ayah setelah Rian menyalimi tangan beliau.
"Iya om, saya Rian, temannya Rania," jawab Rian gugup.
"Nggausah om, panggil ayah aja, biar samaan kaya Rania," ucap ayah sambil menepuk bahu Rian.
"AYAH IH, MAS RIANNYA JANGAN DIISENGIN! SUSAH TAU NYARI YANG BEGINI, NANTI KALO DIA GAK MAU SAMA RANIA GARA-GARA AYAH GIMANA?!" omel Rania.
"Udah ih, gangguin ayah aja si kerjaan kamu, ayah mau main sama calon menantu, sama cucu," jawab sang ayah duduk di sebelah Rian.
"Jangan diisengin ih si ayah!" ucap Rania sambil berlalu menuju dapur.
"Mas Rian, itu Idan biar saya aja yang pangku," ucap ayah.
Rian menyerahkan Idan ke ayah Rania dengan gugup.
"Santai aja mas Rian, saya nggak gigit mas kok," ucap ayah Rania.
"Gimana mas Rian, bulutangkis Indonesia?" tanya ayah yang mencoba mencairkan suasana.
"Waktu liat mas Rian di Asian Games mas, wah saya hampir depak anak saya gara-gara ganti chanel masak," ucap ayah membuat mas Rian tertawa kecil.
"Alhamdulillah pak, buat rangking ganda putra, sekarang lagi bagus-bagus buat para pemain Indonesia," ucap Rian membuat sang ayah menganggukkan kepalanya.
"Asal darimana mas?" tanya ayah.
"Dari Bantul pak," ucap Rian.
"Wah, Alhamdulillah, jalannya Allah emang darimana aja ya mas?" ucap sang ayah yang diiyakan.
"Kapan-kapan ajarin ayah main badminton dong mas, kapan lagi Ayah diajarin sama atlit kebanggaan negara, kaya mas Rian," ucap sang ayah.
"Iya yah, nanti Rian ajarin," ucap Rian.
"Jangan diajarin mas Rian! Ayah Rania suka encok, nanti Rania atau ibu yang disuruh urutin," ucap Rania dari meja makan.
"Awas kamu ya! Bisa-bisanya buka kartu di depan calon menantu," ucap sang ayah.
"Dih, ayah ngarep" jawab Rania sebelum kembali ke dapur lagi.
"Rania itu anak saya satu-satunya mas,"
"Tapi, karena dari kecil heboh, saya ngerasanya punya anak 6," ucap sang ayah yang mengundang tawa Rian.
"Dari SD mas, Rania tuh suka banget nenangin orang yang lagi sedih atau nangis, dia gak segan-segan buat pakai uang jajannya untuk jajanin temennya yang lagi sedih,"
"Waktu mau lanjut SMP mas, perlakuan dia ke saya bikin saya berhasil nangis"
"Waktu dia SMP, saya ditipu berpuluh-puluh juta sama teman saya sendiri, dia yang bilang ke saya katanya orang-orang biasanya jadi lebih baik kalo mereka lagi seneng. Makanya kalo ada orang jahat sama kita, doain aja. Mungkin hatinya lagi gak bahagia,"
"Waktu pas selesai UN saya tanya ke dia, mau lanjut SMA mana?" Dia geleng mas, dia bilang mau masuk SMK.
"Padahal ya mas Rian, saya tahu banget gimana dia berjuang pengen jadi dokter,"
"Pas saya tanya kenapa nggak masuk SMA, dia bilang pengen bisa langsung kerja dan bantuin saya,"
Mendengar cerita dari ayah Rania ternyata mampu membuat Rian merinding, ia kagum dengan gadis cantik yang mandirinya patut diacungi jempol.
"Eh pas SMK mas, dia langsung berhasil dapet sertifikasi profesi yang nggak saya tahu kapan ujiannya, dia sertakan sertifikat itu ke universitas kuliner di Prancis, eh Alhamdulillah diterima beasiswanya sampai lulus," ucap sang ayah.
"Maaf mas Rian, sebenernya saya juga promosi anak saya ke mas Rian, jadi mas Rian bisa mikir ulang," ucap sang ayah terkekeh, membuat Rian kembali cengo.
Tok
Tok"Papaaa!! Itu cake sama kalung mama di depan tolong ambilkan dong, Rania masih nyusun nasi kuning nih," ujar Rania dari dapur.
"Biar Rian aja pak yang ambil," ucap Rian yang disetujui ayah.
Rian masuk kembali dengan kotak kue berukuran lumayan besar di tangannya, sementara tas kalung ia selipkan di jarinya.
"Loh kok mas Rian yang ambil sih yah?" tanya Rania begitu melihat Rian yang kerepotan.
"Bawel banget ih kamu teh!" omel ayah.
"Ye, bawel-bawel begini juga anak ayah kali!" jawab Rania kemudian membuka kotak kue yang telah diletakkan mas Rian di meja makan.
"Rian, kamu sekalian makan malem disini aja ya," ucap ayah yang membuat dua manusia lain melongo.
"Itung-itung ngerayain anggota keluarga baru,"
Rania tidak pernah meragukan anak siapa dirinya ini, terbukti pasokan malu yang sedikit ia dapat dari siapa.
"Kalo bapak berkenan," mas Rian mengiyakan.
"Assalamualaikum, bunda pulang. Teteh ini kenapa lampu rumah nggak ada yang dinyalaian sih?!!!!" omel mamanya begitu pintu rumah terbuka dan keadaan gelap gulita.
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!"
"ASTAGFIRULLAH KOK ADA TIGA ORANG?!!! AYAH, TETEH, ADA SETAN!!!!!!" teriak bunda panik.
"EH BUKAN?!!!!!" teriak Rania dan ayah berbarengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕
FanfictionMuhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan kenyataan bahwa dunia mengirimkannya perempuan tidak bisa diam, cerewet, banyak tingkah yang mampu memporak-porandakan kehidupannya yang tenan...