Chapter 20 - Abah Musa dan Ibu Juah.

1.6K 125 3
                                    

Rania menuntun Abah dengan berhati-hati, sedangkan Rian mengikutinya dari belakang menuju rumah kecil yang tak layak disebut rumah karena kondisi dinding yang sudah rapuh, dan atap yang bolong di beberapa bagian.

"Assalamualaikum," Abah Musa memberikan salam begitu sampai di rumahnya.

"Waalaikumsalam, eh ada siapa ini? Cantik sama ganteng banget," ujar ibu semangat.

"Assalamualaikum ibu, nama saya Rania, ini Mas Rian," Rania dan Rian kemudian menyalimi tangan ibu.

"Waalaikumsalam, saya ibu Juah,"

"Neng maaf ya ibu nggak bisa ngelayanin, ibu kena stroke, kemarin kemarin mah belum bisa ngomong, eh Alhamdulillah sekarang udah bisa lancar ngomong, cuma belum bisa jalan aja," ucapnya.

Rania menyenggol Rian, memberitahu bahwa ia perlu pamit untuk mengikuti sesi latihan kedua di pelatnas.

"Ibu, bapak, saya izin pamit duluan, karena ada latihan," ucap Rian.

"Loh, buru-buru banget mas," ucap Ibu.

"Iya Bu, saya ada latihan," ucap Rian memasang senyum sopan.

"Mas Rian kerjaannya atlet bulutangkis loh Bu, jadi harus sering-sering latihan, nanti kalo ada kesempatan, saya ajak ibu liat mas Rian tanding," ucap Rania membuat ibu tersenyum antusias.

"Yowes mas, nanti telat," ucap Ibu yang kemudian diangguki oleh Rian.

"Permisi Bu, pak, assalamualaikum," ucapnya meninggalkan kami bertiga.

"Neng, diminum," suruh ibu.

Abah kemudian kembali ke ruang tengah dengan piring dan sendok, juga segelas minuman hangat.

"Bu, makan dulu," Abah Musa kemudian membukakan makanan yang tadi Rania bungkus.

"Abah, ini rendang darimana?" tanya Ibu heran.

"Dari neng Rania Bu," ucap abah membuat Rania tersenyum.

"Dimakan dulu Bu, mau Rania bantu?" Rania kemudian mengambil alih nasi tersebut sambil menyuapi ibu Juah dengan telaten.

"Kapan terakhir berobat Bu?" Rania menanyakan ibu Juah sambil memijat kakinya.

"Udah lama neng, ibu nggak bisa berobat, boro-boro berobat neng, bisa makan tiga kali sehari aja saya syukur banget," ucap ibu Juah.

"Besok ibu sama abah saya jemput ya? Kita ke rumah sakit, periksa, beli obat, beli tongkat, biar ibu bisa belajar jalan lagi," ucap Rania.

"Nggak usah neng, ngerepotin," ucap ibu menolak halus ajakan Rania.

"Nggak sama sekali, ini mungkin udah rejekinya Abah sama ibu," ucap Rania.

"Jualannya punya sendiri bah?" tanya Rania meminum air putih dihadapannya.

"Nggak neng, punya orang, orangnya sama yang ngasih izin buat ngediriin gubuk ini, tapi katanya bulan depan Abah sama emak harus pindah, udah dibeli tanahnya buat dijadiin komplek," jelas Abah.

"Abah, ibu, jangan tolak bantuan Rania ya? Ini udah rejeki buat Abah sama ibu," ucap Rania.

"Neng, ibu beneran nggak bisa bales apa-apa loh neng, ibu sama Abah malah ngerepotin Eneng nanti," ucapnya yang kemudian Rania balas dengan gelengan kuat.

"Ibu sama Abah malem ini beres-beres, siapin barang-barang yang Abah perluin, nanti Rania anter Abah ke yang punya tanah buat terimakasih sama pamit, Abah sama ibu tinggal sementara dulu sama Rania, sebelum Rania cariin rumah buat Abah sama ibu," ucap Rania.

"Neng, nggak usah, ibu sama Abah nggak apa-apa, ibu sama Abah ikhlas ngejalaninnya," ucap ibu yang diangguki Abah.

"Nggak ibu, Rania yang apa-apa kalo ngebiarin ibu sama Abah kaya gini, boleh ya Bu? Biarin Rania bantu ibu sama Abah," ucap Rania memohon.

"Ibu sama Abah akan ngerepotin Eneng loh," ucap Ibu Juah mengingatkan.

"Nggak, Rania gak akan merasa di repotkan," ucap Rania.

Jam menunjukkan pukul empat sore, Rania dan Abah mengepak baju-baju ibu di tas besar lalu menaruhnya di depan pintu rumah.

"Yang punya mau kesini neng, mau sekalian liat saya sama ibu," ucap Abah Musa.

Rania menghubungi Jeno dan supir Asiette untuk menjemputnya di rumah Abah dan Ibu setelah Maghrib.

'Halo mbak?' sapa Jeno.

'No, tolongin mbak dong,'

'Selama nggak minjem duit, Jeno sih mau bantu,'

'Nanti kamu naik naik ojek online ke rumah saya, bilang sama ayah saya kalo mau bawa mobil saya kesini, disuruh sama saya, terus pak Doni, suruh bawa mobil Asiette ke sini, lokasinya saya send nanti,'

'Nanti kalo ayah mbak nanya mau ngapain bawa mobil?' tanya Jeno.

'Bilang aja mau nambah kakek sama nenek baru,' ucap Rania.

Ayah dan Bundanya pasti akan mendukung apa yang Rania lakukan, mereka seratus persen takkan keberatan menampung Abah Musa dan Ibu Juah selama Rania mencarikan tempat yang layak untuk keduanya.

"Pak, Rania makasih banget Bapak udah baik sama Abah Musa dan Ibu Juah,"

"Ini mungkin kecil, tapi ini terimakasih saya atas kepedulian bapak pada orang lain," Rania memberikan beberapa lembar uang di tangan bapak Ijan, pemilik tanah.

"Nggak usah neng, saya ikhlas, uangnya buat ongkos Abah sama ibu aja," ucapnya

"Abah sama Ibu saya yang tanggung pak," jawab Rania.

"Yasudah, dipegang lagi aja ya neng," ucap Pak Ijan, kemudian menyelipkan lagi uangnya ditangan Rania.

Pak Doni telah sampai di depan rumah, kemudian bergegas membantu Rania dan Abah yang langsung memasukan muatan ke mobil pickup milik Asiette.

"Tunggu dulu ya pak, biar nanti bapak barengan sama Jeno, saya bawa mobil sendiri sama Abah dan Ibu, abis itu balik lagi ke Asiette atau mau langsung pulang silahkan," jawab Rania.

"Baik bu," ucap Pak Doni.

"Mbak," Jeno turun dari mobilnya, kemudian menghampiri Rania.

"Salam dulu sama Ibu, sama Abah," ucap Rania mengingatkan.

Jeno, pak Doni, dan Abah menggendong ibu untuk naik ke mobil Rania yang lumayan tinggi, sedangkan Rania menaruh bungkusan berisi kangkung ke bagasi mobilnya.

"Bismillah," ucap ketiganya.

Rania, iring-iringan mobil Asiette, Abah Musa dan Ibu Juah membelah jalanan Jakarta yang macet di jam-jam pulang kantor.

"Neng, Abah terimakasih sekali lagi," ucap Abah Musa.

"Sama-sama Abah, udah 10 kali Abah ngucapin makasih sama Rania," ucap Rania girang.

"Neng Rania kerja apa?" tanya ibu Juah dibelakang.

"Rania punya restoran Bu, tapi ya kerjaan Rania jadi Chef, tukang masak-masak di restoran sendiri," ucap Rania.

"Wah hebat bener, tadi yang cowok bareng eneng atlet, eh si eneng kerjaanya Chef," ucap ibu Juah semangat, membuat Rania tersenyum.

"Doain ya Bu, semoga itu jadi calon suami saya," ucap Rania sambil tertawa.

"Doanya jadi suami dong neng, jangan jadi calon doang," ucap ibu Juah yang berhasil membuat tawa Rania.

"Doain ya Bu, Bah, semoga saya jadi istrinya,"

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang