Chapter 9 - Family time.

1.9K 134 2
                                    

Ketika Rania pulang ke rumah, ibu dan ayahnya sudah menyambutnya di ruang keluarga dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.

"KOK NGGAK BILANG SIH RAN KALO KAMU DISELINGKUHIN?!!!!" ucap sang bunda.

"ASTAGFIRULLAH ITU GOSIP BENER-BENER!!!" kali ini Rania melakukan penyanggahan.

"KASIH AYAH ALAMATNYA, BIAR AYAH DATENGIN LANGSUNG," kali ini ayah bersuara.

"IH RANIA NGOMONG DULU, ASTAGFIRULLAH"

"Rania nggak ada hubungan apa-apa sama mas Rian, waktu itu memang Rania sempet deketin dia, tapi kata partner lapangannya, dia nggak punya pacar, ya tau-tau udah ada gandengannya, ya berarti salah Rania atuh Bun," jelas Rania.

"Ih bikin bunda malu aja," jawab Bunda yang membuat Rania tertawa.

"Makanya ih nggak usah nyuruh Rania cepet-cepet kawin! Ini kan gara-gara dipaksa bawain bunda menantu!" jawab Rania belum berhenti tertawa.

Rania beruntung dibesarkan di keluarga yang tidak kaku, ia, ayah, dan bundanya lebih terlihat seperti teman daripada anak dan orangtua.

"Nikah neng! Naon atuh kawin?!" ucap sang mama.

"Iya maksud Rania itu," jawab Rania.

"Tapi yang kamu deketin emang ganteng sih neng, bibit unggul. Ayah mah pengen alamatnya bukan buat belain kamu, tapi pengen belajar badminton," ucap sang Ayah.

"Dih, nyebelin banget," ucap Rania.

"Besok ada yang ulang tahun Ran," ucap sang Ayah.

"Nggak tau, Rania lupa," Rania menanggapinya dengan iseng.

Rania tahu betul bahwa besok ulang tahun sang Bunda, ia sudah memesan sebuah kalung custom di toko perhiasan ternama, kemungkinan besok pagi sang bunda akan menerima hadiahnya.

"Bunda yang ulang tahun, kamu kok lupa?!!!!!!" ucap sang bunda protes.

"Yaudah, kadonya selamat aja ya Bun," Rania mencomot bakwan jagung yang baru diangkat dari penggorengan oleh sang Bunda.

"Tapi dapet transferan kan?" tanya sang mama.

"Yah lagi kantong kering," Rania mengunyah bakwannya sembari mengeluarkan soda dari kulkas.

"Hadeh, Asiette segitu gede masih kantong kering," ucap sang Bunda.

Rania menghampiri sang ayah, lalu menyerahkan dua tiket liburan di Maldives dengan akomodasi lengkap yang bisa dipakai kapanpun dengan batas ketentuan satu tahun.

"Nanti ayah aja yang kasih sama bunda," ucap Rania.

"Apaan nih neng?" tanya sang ayah bingung.

"Tiket liburan ke Maldives, bunda waktu itu kan pernah bahas-bahas Maldives beberapa bulan yang lalu," ucap Rania.

"Astagfirullah neng?! Ke Maldives kan lumayan biayanya?!" ucap sang Ayah kaget walaupun suaranya masih pelan.

"Tetap nggak sebanding sama uang yang ayah dan bunda keluarkan buat Rania sampai Rania sebesar ini," ucap Rania.

"Makasih ya neng, ayah nggak nyangka kamu udah segede gini, padahal kayaknya baru kemarin ayah ajarin kamu jalan," ucap sang ayah mengacak-acak rambut Rania.

"Iya, rasanya baru kemarin Ayah nganterin Rania masuk TK," jawab Rania.

"Ngomongin apa nih?" bundanya tiba-tiba masuk.

"Bentar Bun, Rania mau nyanyiin sesuatu buat Bunda, sebentar, Rania ambil gitar dulu di kamar," Rania bergegas lari menuju kamarnya diatas, mengambil gitarnya.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang