Rania memutuskan untuk libur hari ini, selain karena ingin membuat makan malam spesial untuk sang bunda yang sedang berulang tahun, ini juga bentuk perayaannya setelah menjadi budak Asiette selama 3 bulan tanpa libur satu hari pun.
"RANIAA!!! BUNDA MAU NGERAYAIN SAMA TEMEN-TEMEN ARISAN DULU YA," ucap sang bunda terburu-buru.
"Mau Rania anter nggak?" teriak Rania dari atas kamarnya.
"Nggak usah! Bunda di jemput Bu Tia!!" suara sang bunda makin memelan, pertanda ia ditinggalkan sendirian di rumah karena sang ayah sudah berangkat kerja sejak dua jam yang lalu.
'Halo Bun,'
'HAH?! IDAN MAU DITITIPIN?!!!'
'YAUDAH OKE,'
'Waalaikumsalam,'
Rania menyesali keputusannya untuk libur hari ini, mas Pandu dan Kak Tita akan menitipkan anaknya, si gembul Idan di rumah hingga nanti malam karena harus menghadiri acara pernikahan yang jaraknya jauh.
Rania memang suka dengan anak kecil, terlebih Idan adalah keponakannya, tapi masalahnya, ini hari satu-satunya dia libur setelah hampir tiga bulan bekerja.
"Semesta, terimakasih. Kamu memang suka ada-ada aja," ucap Rania.
Ponselnya bergetar lagi, entah untuk keberapa kali, ia mungkin memang harus melempar alat komunikasi ini ke kolam renang seperti yang ia rencanakan.
'HALO?!!!!!! Kenapa Bun?" sapa Rania frustasi.
Rania tidak membaca nama orang yang menghubunginya, ia berpikir itu pasti Mas Pandu, kak Tita atau kedua orangtuanya.
'Bun?' tanya orang di sebrang bingung.
Rania langsung melihat caller id yang tertera, hanya nomor telepon tanpa nama.
'Maaf, saya kira dari orang tua saya. Dengan siapa saya bicara?'
Beruntung urat malu Rania sudah hilang sejak beberapa tahun yang lalu.
'Saya Rian, Ran,'
Rania benar-benar hampir menutup sambungan suaranya saat nama mas-mas glowing yang diidamkannya disebut, gini-gini dia masih punya hati.
'Saya bisa bicara sama kamu?' ucap Rian yang membuat Rania disebrang sana terheran-heran.
'Bicara apa ya mas? Saya sedang tidak di Asiette,' ucap Rania mencoba sabar.
'Saya nggak bisa bicara di telfon, saya bisa jemput kamu untuk bicara, kamu dimana sekarang?' tanya Rian yang mampu membuat Rania menghela nafas panjang.
'Saya di rumah,' jawab Rania.
'Saya kerumah kamu,'
'EH TAPI MAS!'
'Kirimin saya alamatnya,'
'EH MAS RI...'
TUT
Sialan. Rania akhirnya berhasil memaki Rian setelah perbuatan semena-mena miliknya berakhir, walaupun ujungnya ia tetap mengirimkan alamat tempat tinggalnya.
'GUE KAN PERNAH NGASIH KARTU NAMA KE MEREKA?!!!!!!'
Lagi-lagi jika Rania bisa memilih, ia mungkin akan memilih untuk bekerja saja, bahkan mungkin bersedia untuk lembur.
TIN
TIN
Rania berlari dengan dasternya ke depan pintu rumahnya, mas sepupunya satu itu harusnya ia depak ke Pluto sejak Rania suka jadi korban kejahilannya waktu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕
FanfictionMuhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan kenyataan bahwa dunia mengirimkannya perempuan tidak bisa diam, cerewet, banyak tingkah yang mampu memporak-porandakan kehidupannya yang tenan...