Chapter 14 - Australia

1.9K 143 2
                                    

Rian harus kembali menelan pil pahit begitu tau dia harus kalah sejak babak pertama oleh pasangan Korea, Choi Solgyu/Seo Seung Jae dengan perolehan angka 21-17, 13-21, 19-21.

Semua kekalahan memang selalu terasa menyesakan, tapi Rian tahu Allah tak pernah salah memilihkannya jalan. Ia optimis bisa bangkit lagi, lagipula ini bukan kekalahan pertama dan terakhirnya, didepan sana kenyataan pahit berkemungkinan besar akan bertemu lagi dengannya, ia percaya itu yang disebut hidup.

Rian sebenarnya masih diliputi rasa bersalah dengan Fajar, walaupun Fajar tidak menyalahkannya atas kekalahan tersebut, tapi ia tadi banyak melakukan error saat servis dan itu membuat mereka banyak kehilangan poin.

"Bukan salah lu Jom, emang bukan rejekinya aja," ucap Fajar sembari menepuk pundaknya setelah selesai bertanding.

Ting

Ponselnya berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk.

Rian melihat pesan dari Rania, perempuan yang tak pernah ia hubungi sejak terakhir bertemu, dikarenakan Rian yang makin sibuk mempersiapkan diri untuk pertandingan kali ini, lagipula Rian ingat betul bagaimana gadis itu bicara dia akan sibuk selama di Australia.

Arshinta Kirania
Mas Rian, Rania udah liat tadi hasil pertandingannya tadi. Mas Rian tetep keren kok, Rania nggak kecewa, Mas Rian pasti udah mengusahakan yang terbaik, cuma tadi belum rejeki aja ya mas?

Rian Ardianto
Makasih Rania, kamu apa kabar? Maaf kemarin-kemarin sibuk nyiapin turnamen ini.

Arshinta Kirania
Nggak apa-apa kok, Rania nggak masalah.
Mas Rian nginep dimana sekarang?

Rian Ardianto
Saya nginep di Pullman Sydney, masih di sekitaran Quaycentre.

Rania telah selesai menyusun 15 bungkus nasi bakar yang masih hangat ke kotak bekal yang Tiara punya di apartemen miliknya, tak lupa ia tambahkan ayam rica-rica, dan tempe goreng yang baru selesai ia angkat beberapa menit yang lalu.

Rania sudah sampai di Australia sejak lima hari yang lalu, masih tersisa empat hari sebelum dia pulang ke Indonesia, ia menginap di apartemen milik Tiara, saudaranya yang berkuliah disini dan saat ini sedang libur dan menjenguk keluarganya di Bandung.

Rania kemudian mengganti bajunya dengan Hoodie kuning dan celana jeans kemudian ia  pergi bergegas menunggu Uber di depan gedung apartemen.

Rania di jemput oleh Fajar di lobi hotel, Rania memang menjanjikan Fajar nasi bakar yang ia bawa asal mau mengantarkan Rania ke kamar Rian.

"Hai mas!" ucap Rania begitu melihat Fajar yang asyik bermain ponsel.

"Woi Ran," sapa Fajar balik.

"Semangat terus mas Fajar! Ini bukan akhir, dan Rania yakin emang ini bukan rejekinya mas Fajar sama mas Rian," ucap Rania memasang senyum manis.

"Bisa aja lo," balas Fajar.

"Mas Rian sekamar sama Kevin?" tanya Rania di lift.

"Nggak, Kevin absen Australia open, dia sekamar sama Reza Pahlevi, Ran," jelas Rian yang hanya dianggukan oleh Rania.

"Jom," Fajar mengetuk pintu kamar Rian dengan terburu-buru.

"Iya sabar!!! Bentar dulu," teriak Rian dari dalam.

Rian terlonjak begitu melihat Rania dengan hoodie kuning dan Jeansnya muncul di depan pintu kamarnya, ada tas cukup besar yang tak Rian ketahui isinya sedang ia genggam erat.

"Loh Ran?!" tanya Rian bingung.

"Ngapain sih ngobrol depan pintu," ucap Fajar kemudian menerobos masuk ke kamar Rian sambil merampas tas yang Rania tenteng.

Pintu kamar hotel Rian, sengaja dibuka untuk menghindari gosip, Rania kemudian menaruh nasi bakarnya di piring plastik yang ia bawa, lalu menaruh ayam rica-rica disebelahnya, dan tempe goreng di kedua piring milik Fajar dan Rian.

"Dimakan dulu, biar semangat lagi!" Rania menyerahkan kedua piring tersebut ke Fajar dan Rian.

"Makasih," ucap Mas Rian yang diangguki oleh Rania.

"Coba pelatnas yang masak makannya elo Ran, nggak bakal bosen deh gue," ucap Fajar mengunyah nasi bakarnya.

"Pelan-pelan mas makannya, nasinya nggak ada yang mau minta kok," ucap Rania.

"Telfon ko Har Jom, suruh kesini, kayaknya tadi ada di kamar," ucap Fajar.

Kamar Rian kedatangan Mbak Nafi, Mbak Widya, Ko Herry, Ci Susi, Jojo, Ginting dan beberapa atlet lain yang Rania tak kenali.

"Rania kok di Aussie?" tanya Mbak Widya begitu sampai kamar Rian.

"Ada nyari resep mbak, sama ada kelas buat sertifikasi fine dining platting gitu," jelas Rania.

"Loh Rania, kok bisa disini?"
kali ini Ci Susi yang terheran-heran melihat keberadaan pemilik Asiette yang beberapa kali menjalin kerjasama.

"Enak banget Ran, niat banget kamu masak disini," ucap Ko Herry mengunyah ayamnya.

"Lagi bosen nggak kemana-mana di apartemen, tau dari Fajar kalo hotel atlet disini, yaudah Rania bawain deh,"

"Bentuk penghiburan buat Jombang ya Jom?" ledek mbak Widya.

"Nggak usah malu-malu gitu kali mas Jom! Akuin aja," ucap Ginting.

Rania dan Rian mendapatkan waktu untuk mengobrol di rooftop hotel, Sydney sedang cantik sore hari ini.

"Mas Rian nggak papa?" tanya Rania.

"Nggak papa, saya nggak apa-apa kok," jawab Rian yang Rania ragukan kebenarannya.

"Kecewanya berapa persen mas?" tanya Rania.

"70%?" ucap Rian ragu.

"Mas Rian, pernah dengar lagu Be Okay Again?" tanya Rania sembari duduk di sofa yang tersedia.

"Belum,"

"Saya nyanyiin sedikit, mas Rian mau dengar?," tanya Rania yang diangguki semangat oleh Rania.

Just 'cause they're too loud
Doesn't mean you have to start your doubts
Oh honey, I tell you
We are all sad and lonely
Longing for a home to rest out.

"Iya mas, Rania tahu bakal ada orang yang menyalahkan mas karena kalah kali ini, tapi jangan sampai omongan orang yang jelek kaya gitu buat mas Rian sendiri ragu,"

Maybe you'll see
Maybe you'll say it back to me
In the end it's you
You are your own home

"Karena di akhir, mas Rian adalah penentu keputusan yang mas Rian pilih sendiri, mas Rian adalah rumah dari diri sendiri,"

And by the way
No one can save you but yourself
So I hope
Honey, you choose to be okay again today

"Jadi, Rania harap, mas Rian kembali baik-baik aja ya hari ini?" ucap Rania menepuk pelan pundak Rian yang duduk di sebrang sofanya.

"Rania nggak nyangka bisa bijak banget ngomong ke mas Rian,"

"Gimana wibawa Rania?" ucap Rania yang kembali mengundang senyum di wajah Rian lagi.

Rania benar-benar berbakat menjadi mood maker, sebelas-duabelas dengan Fajar, hanya saja Rian lebih menyukai suasana yang Rania ciptakan ketimbang yang Fajar ciptakan.

"Turnamen mana lagi mas abis ini?" tanya Rania.

"Malaysia open," jawab Mas Rian.

"Rania tunggu medalinya deh mas, nanti Rania bikinin kue, Rania kirim ke pelatnas," ucap Rania.

Rian tersenyum melihat Rania yang fokus dengan matahari yang hampir tenggelam di hadapannya, angin yang berhembus kencang membawa rambut Rania yang panjang menutupi sebagian wajahnya.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang