Rania tiba di bandara Soekarno-Hatta, tempat dimana Rania akan bertemu Rian setelah hampir tiga minggu lamanya tidak bertatap muka.
Setelah dari All England selama dua minggu, Rian kemudian mengabarinya harus melanjutkan pertandingan menuju Swiss open yang ternyata berhasil dimenangkan oleh Rian dan Fajar.
Bandara ramai, beberapa orang penting dari Kemenpora menyambut kepulangan para atlet yang bertanding, beberapa fans badminton yang menyadari kehadiran Rania berbisik pelan.
Iring-iringan dipimpin oleh Ko Hendra dan Babah Ahsan, kemudian diikuti oleh Ci Greysia dan Kak Apri, dan beberapa atlet yang lain.
Rania tentu saja melihat Rian yang mengedarkan pandangannya, tapi Rania masih waras untuk tidak muncul begitu saja saat semua kamera menuju iring-iringan tersebut.
"Mas Rian! Chef Rania disini!" teriak seorang fans badminton.
'Ya Allah aku beneran pengen depak nih orang, nggak sopan banget sih!' gerutu Rania sambil melemparkan cengirannya pada siapapun yang mengalihkan pandangannya ke arah Rania.
Rian yang sedang diwawancarai oleh wartawan hanya tersenyum tipis dibuatnya.
Setelah sesi foto selesai, Rian menghampiri Rania yang sedang mengumpat dari keramaian.
"Heh, ngapain kamu?" tanya Rian sambil menepuk rambut Rania.
"Eh, halo mas Rian!" jawab Rania gugup.
Semua pandangan para fans badminton benar-benar tertuju padanya, beberapa atlet bahkan menyuarakan siulannya.
"Apa kabar?"
Rania tidak bernafas saat Rian memeluknya erat, suasana seakan-akan hening, dan jantung Rania sudah lari dari tempatnya.
"MAS RIAN RANIA MALU!" ucap Rania kesal dalam dekapan Rian.
"CIEEEEE" teriak semua orang yang melihat interaksi keduanya.
Entah dimana muka Rania harus diletakkan, Rania tiba-tiba ingin bumi menghisapnya seketika, terlebih ketika Rian dengan kurang ajarnya menggandeng Rania ke rombongan PBSI.
"Woi Jom, nggak terang-terangan juga kali!!!" omel Vito.
"Iya Jom, santai dong!" kali ini Fajar yang menyuarakan protesnya.
"Ya Allah, tau gini aku nggak dateng deh Mas," bisik Rania.
"Eh udah sini, Rania nya sama aku aja, kamu disana aja sana sama wartawan," ucap Mbak Nafi sambil merebut tangan Rania dari Rian.
Rania ngumpet diapit oleh Mbak Widya dan Mbak Nafi, para penggemar badminton berkali-kali memotretnya membuat Rania yang biasanya suka berbuat aneh dengan berpose jadi salah tingkah.
"Kamu kesini bawa mobil?" tanya Mbak Nafi.
"Iya mbak," jawab Rania.
"Loh, kukira biar nanti sekalian ke pelatnas sama Rian,"
"Ngapain atuh mbak, mas Rian masih capek kayaknya, butuh istirahat, liat aja mukanya, jetlag gitu," ucap Rania.
"Pengertian banget emang calon istri," ledek mbak Wid.
"Ih mbak Wid,"
Rania kembali ke Asiette dengan ponselnya yang ramai berbunyi, keinginannya untuk melemparkan ponselnya sampai saat ini belum berani ia lakukan.
"Asik, dipeluk uhuy," ledek Jeno sambil menggoreng donat.
"Apasih menunya? Kwetiau goreng ya?" tanya Rania pada Akmal, mencoba menghiraukan godaan dari Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕
FanfictionMuhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan kenyataan bahwa dunia mengirimkannya perempuan tidak bisa diam, cerewet, banyak tingkah yang mampu memporak-porandakan kehidupannya yang tenan...