"Ssttt Idan, teteh disini loh, nggak kemana-mana," ucap Rania menenangkan Idan yang masih terisak.
"Eh, teteh punya kue, Idan mau kue?" tanya Rania.
"Au, Idan au," ucapnya terbata-bata.
Rania mengambil wafer dari tas milik Idan, lalu memberikannya ke Idan yang sedang duduk di karpet ruang keluarga.
"Mas Rian, mau minum apa?" tanya Rania.
Percis, jangan kaget jika tiba-tiba Rania dipanggil mbok.
"Apa aja Ran," ucap Rian.
"Mas, tolong jagain Idan bentar ya, bentarrr aja, Rania nggak sampe dua menit kok," ucap Rania.
Sesungguhnya Rania adalah makhluk paling tidak teguh pendirian soal percintaan, terbukti, keinginannya untuk pura-pura galak dan menolak mas Rian kalah karena senyuman manisnya yang terpasang sejak kedatangannya sepuluh menit yang lalu.
"Diminum mas," Rania telah kembali dari dapur, membawakan sirup menuju ruang keluarga.
"Ada perlu apa mas Rian? Sampai repot-repot kesini?" tanya Rania sembari merapikan sedikit anak rambutnya yang malah terlihat lucu dimata Rian.
"Kamu udah mandi?" tanya Rian yang mampu membuat urat malu yang telah hilang sejak beberapa tahun terakhir ia temukan kembali.
"Saya bau ya mas Rian?" tanya Rania polos yang langsung dijawab gelengan dari Rian.
"Nggak, saya mau ngajak kamu ngobrol di luar, nggak mungkin kan kalau kamu keluar pake daster kaya gini?" ucap Rian panik, takut menyinggung perasaan Rania.
"Kenapa nggak dirumah aja mas Rian? Lagipula kayaknya saya nggak bisa keluar, ada Idan yang harus dijagain," ucap Rania bingung.
"Jangan ngomong disini, disini nggak ada ibu dan bapakmu, tadi juga ada tetangga yang tadi liat saya bertamu kesini, nggak enak"
Rania adem seketika mendengar jawaban dari mas-mas yang ternyata glowing juga hatinya.
"Kalo Idan, bisa kita ajak jalan aja bareng" ucap Rian tanpa ragu.
"Gimana? Kamu mau?" tanya Rian yang diangguki ragu oleh Rania.
"Boleh kalau mas Rian bersedia, tapi jangan jauh-jauh, kafe sekitar sini atau kalo boleh taman komplek aja," jawab Rania yang diangguki oleh Rian.
"Tapi mas Rian," Rian kembali menoleh pada Rania.
"Waktu mas Rian nanya aku udah mandi atau belum, aku emang belum mandi mas," jawab Rania sambil nyengir, membuat Rian yang sedang minum sirupnya tersedak.
"Mas, Rania mandi dulu, boleh titip Idan nggak? Anaknya tenang kok, tuh liat dia lagi nonton Tayo," ucap Rania.
"Saya sama ponakan kamu tunggu di depan aja ya? Nggak enak," jawab Rian.
"Boleh," ucap Rania.
Rania baru saja selesai mandi, mengenakan dress kasual favoritnya ia segera keluar kamar untuk bergegas menghampiri Rian di teras rumah yang asik bersenda gurau membuat Idan tertawa girang.
"Mas Rian, ayo," Rania melengkapi dirinya dengan flatshoes yang ada.
Rania memangku Idan di samping mas Rian yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Mas Rian, saya takut pacarnya mas suudzon kesaya, beneran deh" ucap Rania sembari melihat jalanan.
"Kamu tau darimana pacar saya?" tanya Rian.
"Ya emang pacarnya mas Rian kali! Nggak usah ngelak gitu," ucap Rania yang dihiraukan oleh Rian.
Rian dan Rania turun di kafe dekat rumah Rania, cuaca terlalu panas untuk mereka bertiga bermain di taman.
"Mbak, ada baby chair?" tanya Rania begitu sampai kepada barista cafe.
"Oh ada mbak," jawabnya.
"Mau ngomong apa mas?" Rania memulai pembicaraan saat Idan sudah tenang menonton kartun di ponsel Rania.
"Foto saya ngerangkul cewek itu, bukan yang kaya kamu pikirin," ucap Rian gugup sembari menunduk.
"HAH?" Rania masih mencerna perkataan yang mas Rian ucapkan di otaknya, ia masih perlu waktu.
"Biar kamu nggak salah faham," ucapnya.
"Rania nggak pinter bahasa terselubung, terang-terangan aja mas! Rania bingung," aku Rania.
"Ya saya ngejelasin ini emang biar kamu nggak salah dan jangan tiba-tiba jaga jarak sama saya, saya nggak punya hubungan apapun kok," ujar Rian meminum pandan lattenya.
"Ini mas Rian kode biar saya nggak ngejauh apa gimana sih?" tanya Rania menahan senyumnya.
"Nggak gitu maksudnya, ya gitulah" jawab mas Rian gugup, mengalihkan pandangannya pada Idan.
"Dasar mas Rian, nggak jelas banget bicaranya," ucap Rania.
"Iya foto itu karena kami ketemu di mall, ada Kevin, Fajar, sama Ginting juga, tapi nggak tau kenapa itu cewe minta dirangkul saya, karena saya nggak mikir macem-macem atau gimana-gimana yaudah di turutin, eh taunya di uploadnya pake caption aneh gitu, menggiring opini," jawab Rian.
"Mas Rian, kalo mas Rian ngajak Rania ke tempat kaya gini, banyak bikin gosip loh mas, mas nggak apa-apa?" tanya Rania saat melihat beberapa orang memotretnya secara sembunyi-sembunyi.
"Saya sih udah nggak peduli, terserah mau dibikin gosip apa, nanti saya tinggal nikmatin aja dari Fajar," ucap Rian yang diangguki oleh Rania.
"Ibu ulang tahun Ran?" tanya Rian yang kembali mengingatkan rencananya awalnya ia libur.
"LAH IYA?!!! AKU KAN MAU BIKIN MAKAN MALEM SPESIAL BUAT IBU," Rania kebakaran jenggot saat sadar.
"Mas Rian, Rania minta tolong boleh?" ucap Rania yang sudah terlanjur tidak tau diri.
"Boleh, selama saya bisa bantu, saya pasti bantu," ucap Rian.
"Rania pengen ke supermarket, mau belanja bahan makanan buat makan malem," jawab Rania.
Mereka bertiga telah sampai di supermarket yang jaraknya tidak begitu jauh dari kafe. Mas Rian menawarkan diri untuk menggendong Idan yang sudah kembali mengantuk, mengingat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua, sedangkan Rania mendorong trolley di depan Rian.
Entah sudah berapa ratus foto yang diambil orang lain dengan kehadiran keduanya, kemungkinan Rania akan dibully netizen bertambah 180%.
Rania memang berencana akan memasak nasi kuning untuk bundanya, dilengkapi dengan ayam goreng, orek tempe, sambal goreng kentang, urap, tumis udang, dan kerupuk.
Rania berniat mengambil Idan yang sudah tertidur lelap di gendongan Rian begitu sampai di kasir, tetapi kemudian Rian tolak.
"Nanti pas di parkiran aja," ucap Rian.
"Totalnya 372 ribu," kali ini Kasir yang bersuara.
Rian menyodorkan kartunya terlebih dahulu, membuat Rania melotot kaget.
"Pake ini aja mbak," Rania berniat merampas kartu milik Rian ditangan mbak-mbak kasir, tapi mungkin ia akan reflek diteriaki maling.
"Nggak usah mba, pake yang itu aja,"
"Mas Rian! Aku masih punya kartuku sendiri kok!"
"Kalo kamu jalan sama saya, kamu tanggung jawab saya,"
EH APASIH?!
Rania ambyar, mbak-mbak kasir tertawa dan Rian yang masih datar.
"Terimakasih,"
"Mas Rian, uangnya Rania ganti ya?" tanya Rania yang merasa tidak enak.
"Sini belanjaannya saya taroin dulu ke bagasi," Rian malah menghiraukan ucapan Rania.
Kalau saja Rian bukan artis, dan Rania juga tidak pernah masuk televisi, mungkin orang lain sudah menganggap mereka bertiga mirip keluarga bahagia dengan orangtua yang nikah muda dan dikaruniai anak laki-laki yang lucu, sayangnya mereka hanya laki laki berumur 24 tahun, dan perempuan berumur 23 tahun yang sama-sama giat mencari jodoh, dan dititipkan anak oleh sepupunya, betapa mengesankan kehidupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕
FanfictionMuhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan kenyataan bahwa dunia mengirimkannya perempuan tidak bisa diam, cerewet, banyak tingkah yang mampu memporak-porandakan kehidupannya yang tenan...