Incheon, 15 Agustus.
Tepat pukul 7 malam wanita berambut brown itu menginjakkan kakinya di Seoul. Tiga tahun lamanya dia menetap di London untuk melanjutkan hobi dan mengasah kemampuannya bermain biola. Sekarang dia kembali. Ketempat yang dulu maupun sekarang tak terlalu dia sukai.
Mata bulat dan dua hazel coklat itu mencari-cari objek yang harusnya masih dia kenal diantara kerumuman orang. Berharap di sana ada sang ayah yang melambai hangat padanya. Atau setidaknya sang supir yang telah dipesan ayahnya untuk menjemputnya. Memindai kerumunan orang yang beberapa di antaranya sedang berurai air mata. Entah untuk sebuah perpisahan ataupun untuk menyambut pertemuan yang begitu di rindukan. Tzuyu tersenyum kecut. Dia tidak ingin terlihat menyedihkan dengan berdiri sendirian di tengah ruangan sambil mencari-cari seseorang. Tapi begitulah adanya. Dia tetap menjadi yang paling menyedihkan di sana.
Tzuyu terus melangkah walau sedikit lambat menuju luar bandara. Dia tak menemukan siapapun untuk menyambut kepulangan. Kaca mata hitam itu kembali bertengger di hidung mancungnya. Jalan bak model itu membuat beberapa pasang menatapnya penasaran sekaligus tertarik. Tentu saja,siapa yang tidak tertarik dengan seorang wanita cantik dengan tubuh bak super model juga wajah cantik khas Asia. Rambut yang terurai itu bak sebuah mahkota yang siap menaklukkan siapa saja yang melihatnya.
Tapi bukan Tzuyu namanya kalau dia tidak terbiasa dengan tatapan memuja orang-orang. Dia terbiasa berada di sebuah spot light. Terlalu terbiasa. Hidup mewah,bergelimang harta dengan bakat bermusik yang sangat mumpuni. Siapa saja mengenalinya sebagai anak dari pengusaha sukses ataupun sebagai seorang gadis muda Korea yang berprestasi di bidangnya.
"Tzuyu!!! "wanita berambut blonde dengan apron yang bertuliskan vennus caffe berlari kearahnya. Dengan rambut berantakan juga sedikit keringat sebesar biji jagung di wajahnya. Tzuyu memberenggut.
"Kamu telat." Dahyun langsung meraih tubuh Tzuyu dan memeluknya erat tanpa membalas ucapan sahabatnya. Dia menepuk pundak lembut. "Selamat datang di Korea, Tzu. Aku sangat merindukanmu." Tzuyu melunak,ikut membalas pelukan Dahyun seraya mengangguk."Aku hanya senang bertemu denganmu. Selebihnya tidak." Dingin,Dahyun melonggarkan pelukannya. Menatap manik Tzuyu penuh selidik.
"Tzu,look at me." Pinta Dahyun lembut. Dia mengerti semuanya,jadi menenangkan gadis itu adalah tugasnya. "Mau tinggal di rumahku selamanya?"
"Kalau kamu mau bangkrut dan siap jadi gelandangan,aku bersedia." Jawab Tzuyu enteng. Dahyun bergidik ngeri kemudian kembali menggeleng untuk membatalkan tawarannya. Bukan karena tidak setia kawan,dia hanya takut pada power yang di miliki oleh ayah sahabatnya itu. Dan mengorbankan bisnisnya yang baru berusia 1 tahun itu sangat tidak mungkin.
"Kamu masih sama ya?" Mereka berjalan beriringan menuju mobil milik Dahyun yang terparkir tak jauh dari tempat mereka.
"Apanya?"
"Ceroboh." Seloroh Tzuyu setengah tertawa. Menertawakan kebodohan Dahyun yang memakai apron cafe miliknya ke bandara. Juga wajah dan rambut berantakan.
"Oh ini, sengaja,kok. Sekalian promosi kalau ada vennus cafe di tengah kota metropolitan ini." Jawab Dahyun sekenanya. Padahal sebenarnya dia juga tidak menyangka akan membawa apron juga penampilan seberantakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me (Revisi)
RandomTzuyu tak ingin menikah. Dia tidak menyukai berbagi kehidupan dengan manusia asing. Di matanya hidup sendirian jauh lebih baik karena dia tak ingin di libatkan dalam banyak masalah rumit. Mungkin menikah,punya anak,punya suami yang mencintainya sep...