Destinty #01

1.7K 130 13
                                    

Seorang gadis masuk ke lingkungan sekolah dengan wajah malas dan tak bersemangat. Kemeja sekolahnya keluar dari rok abu-abu yang ia kenakan, rambutnya ia ikat asal, bahkan beberapa anak rambut membingkai wajahnya karena tidak terikat. Tasnya hanya berisi jas almamater merah mudanya, charger, earphone, dompet dan ponsel.

Benar-benar tidak niat sekolah.

Bahkan semalam dia sudah merengek kepada bunda dan ayahnya agar mengizinkan dia untuk tidak masuk hari ini, apa lagi karena ia tahu bahwa hari ini belum belajar, hanya pembagian kelas. Bahkan dia sudah mengechat dua sahabatnya untuk melihat namanya berada di kelas berapa.

Namun sial, kakak laki-laki super menyebalkannya membangunkan dia pagi ini, membuka gorden kamar hingga membuat sinar matahari masuk ke kamar bernuansa birunya, menarik paksa selimut yang membungkus tubuhnya, bahkan tanpa perasaan mendorongnya hingga jatuh dari ranjang.

Alhasil disinilah dia sekarang.

Berjalan malas ke arah papan pengumuman di samping ruang tata usaha hanya untuk mendapati papan itu hanya tertempel satu kertas yang berisi informasi pemasukan berkas untuk siswa baru yang masa berlakunya sudah berakhir satu minggu yang lalu. Tidak ada pengumuman pembagian kelas.

"ATTAYAAA!!"

Teriakan itu membuat gadis itu berbalik, mendapati dua sahabatnya berlari kearahnya dan menariknya menjauh dari area papan pengumuman. Duduk di depan kelas kosong.

"Katanya nggak mau masuk sekolah hari ini, kok lo nongol?" Tanya seorang gadis berambut bob sebahu dengan garis wajah Jepang yang kentara. Sakura Aihara namanya.

Taya, gadis itu bersungut-sungut karena kembali teringat kejadian tadi sebelum ke sekolah.
"Kakak gue nyebelin banget, dia bangunin gue, padahal semalam gue udah bilang sama ayah bunda buat nggak ke sekolah hari."

Anna, gadis bule keturunan Kanada yang berambut panjang lurus di samping Sakura menoleh kepada Taya dengan mata berbinar.
"Uh, mau dong dibangunin kakak ganteng kayak kak Theo."

Taya memutar matanya bosan mendengar ucapan Anna walau memang tak membantah karena kakak laki-lakinya yang bernama lengkap Marcello Theo Arsen itu memang tampan. Tapi tetap saja dia itu menyebalkan, senang sekali mengusili Taya, padahal jarak umur mereka delapan tahun. Namun tingkah Theo tak ada bedanya dengan bocah-bocah.

"Eh, kok pembagian kelas belum ada?" Tanya Taya ketika dirinya teringat akan tujuan awal mengapa dia bisa hadir hari ini.
"Katanya hari ini."

Anna mengangguk.
"Benar kok hari ini, tapi mungkin agak siangan kali."

Taya berdecak, tak suka, dia ini masih terkena efek liburan, makanya masih malas-malas ke sekolah.

"ANNAAAA!!!"

Panggilan itu membuat mereka menoleh ke sumber suara. Ada dua orang gadis yang berlari ke arah mereka. Taya kenal, keduanya teman sekelas Taya di kelas X. Kaila dan Vara.

"Gawattt gawattttt!!!" Kaila sudah menggoyang-goyang tangan Anna membuat gadis bule itu kebingungan.

"Kenapa?" Tanya Sakura yang sudah panik.

"Ini gawattt bangettttt!!!!" Kaila menatap Anna, Sakura dan Taya bergantian.

Taya berdecak kesal, dia sudah penasaran.
"Bilang aja astaga! Lo mau gue tampar dulu."

Kaila menarik nafasnya, kemudian menyenggol Vara untuk memberitahu.

"Asgardian bakal digabung." Kata Vara dalam satu tarikan nafas.

"Hah?"

"What?"

"Nani?"

Ketikanya kaget. Maksudnya bagaimana?

Begini, memang benar sekolah mereka ini, Asgardian High School, terbagi menjadi dua bagian. Asgardian Putri dan Asgardian Putra yang dibatasi oleh pagar saja. Sekolah ini bukan sekolah campuran.

Namun tadi apa yang dikatakan oleh Vara? Digabung?

Astaga!

Yang benar saja.

"Apa tadi?" Tanya Taya masih tidak percaya.

"Asgardian. Sekolah kita bakal di gabung sama Putra. Diubah jadi sekolah campuran." Jawab Vara dengan wajah meyakinkan.

"Lo tahu dari mana, Var?" Tanya Anna masih tidak percaya.

"Dari tante gue. Tadi kita dari sana." Jawab Vara.

Ah benar, gadis bernama lengkap Isvara Callysta Heidi ini adalah keponakan dari kepala sekolah.

"Kelas juga?" Tanya Sakura hati-hati.

Vara mengangguk, membenarkan.

"Bentar, Na, bentar, gue mau pingsan dulu." Kata Sakura mulai mendrama sambil memegang tangan Anna.

Belum ada lima menitan dari waktu mereka berbicara soal Asgardian yang akan di gabung dan menjadi sekolah campuran, dari arah depan sekolah mulai berdatangan cowok-cowok dengan almamater berwarna biru khas Asgardian Putra.

Taya menatap mereka dengan tatapan tanpa minat, berbeda dengan siswi-siswi Asgardian Putri yang lain, mereka mulai menjerit-jerit melihat kedatangan cowok-cowok itu.

"Apa kan gue bilang!" Seru Vara melihat siswa-siswa Asgardian Putra mulai berlalu-lalang dilingkungan Asgardian Putri.

"Mereka ganteng-ganteng ya..." Kata Sakura dengan nada rendah namun masih bisa di dengar oleh mereka yang berada di dekat gadis itu.

Taya hanya memutar matanya tanpa minat. Tak tertarik sama sekali. Berbeda dengan Anna dan Vara yang membenarkan hal itu.

"AYAAAA!!!"

Panggilan itu membuat Taya membulatkan mata sambil berbalik, menatap sosok manusia tak tahu malu yang berlari ke arahnya saat ini, diikuti tujuh cowok lain di belakangnya dan satu orang cewek. Taya tahu siapa cewek itu, namanya Tia, kelasnya di sebelah kelas Taya waktu kelas X.

"Apa sih berisik banget lo!" Seru Taya galak karena panggilan orang itu membuat mereka sekarang menjadi pusat perhatian.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Putra Panji Anggara, sahabat sekaligus tetangganya.

"Buset, Taa. Rapi banget lo." Sindir Putra pada penampilan Taya yang terlihat sangat berantakan.

"Berisik!" Taya berujar galak yang memang tidak mampan terhadap sahabatnya itu.

Putra hanya terkekeh, kemudian menatap teman-teman Taya yang saat ini melihatnya juga. Taya yang mengerti pandangan sahabatnya itu mendengus.

"Guys, ini tetangga gue, namanya Putra." Kata Taya memperkenalkan Putra, sedangkan cowok itu juga sudah tersenyum lebar.

Acara perkenalkan pun berlanjut sampai terdengar pengumuman dari operator yang menyuruh murid-murid berkumpul di lapangan dan seperti yang disampaikan oleh Vara tadi, sekolah digabung, kelas digabung. Intinya Asgardian bakal jadi Asgardian High School, sekolah campuran seperti sekolah pada umumnya. Alasannya adalah grafik jumlah murid menurun, akreditas yang terancam akan turun, dan lain sebagainya.

Dan apapun itu, jelas Taya tidak begitu tertarik.

"Ayo, Taa, kita lihat pembagian kelas." Ajak Anna yang hanya diiyakan oleh Taya.

Setelah berdesak-desakkan, Taya hanya bisa mengeluh karena dia tidak sekelas dengan Anna ataupun Sakura, pun tidak dengan Putra.

Anna, Kaila dan Vara sekelas di kelas XI IPA 2, Sakura di kelas XI IPA 3 dan dia kelas XI IPA 4. Sedangkan Putra di kelas XI IPS 5.

"Nggak papa, Taa, Ra. Kelas kita masih berdekatan, nggak papa." Kata Anna menenangkan.

Sakura dan Taya hanya mengangguk, tak terlalu mempermasalahkan.

Mereka pun mulai berjalan ke arah koridor kelas XI IPA dan mulai masuk ke kelas masing-masing. Ah, mereka harus bisa membiasakan diri dengan kondisi sekolah yang baru.

■■■
—TBC—

Yuhuyyyy, bagaimana bagian satu ini? Apakah kalian suka?
Nantikan kelanjutannya yoooo!!!

Destiny of Asgardian✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang