Destiny #14

1K 101 7
                                    

Fanissa Permata, nama panggilannya Icha. Anak XI IPA 4. Anggota ekskul Jurnalistik bagian mading. Icha itu hanya satu dari sekian banyak murid di sekolah. Dia bukan murid eksis yang punya banyak followers dan jadi idola Asgardian.

Icha hanya murid biasa. Ibaratnya dia itu hanyalah satu kerikil di antara ribuan kerikil yang berada di sepanjang jalan. Icha tidak mencolok sama sekali.

Hingga hari itu ketika dia bersama Kirana teman sekelasnya berjalan di koridor sekolah dan melewati lapangan futsal yang memperlihatkan anak-anak futsal sedang bermain. Pandangan cewek itu jatuh kepada cowok tampan dengan kaos putih yang dipakai, rambutnya berantakan, berlari sambil tertawa bersama teman-temannya yang lain. Icha terpana, jantungnya berdebar melihat cowok itu.

Dia jatuh hati.

Dari situ dia mulai memperhatikan si cowok futsal itu, ia pun tahu kelas berapa cowok itu, siapa namanya, dan dengan siapa saja cowok itu bergaul.

Namanya Dirga Athala Danuarta, kelas XI IPS 5, salah satu cowok populer yang diidolakan kaum Hawa Asgardian. Sejak sekolah ini digabung, cowok itu sudah terkenal karena visualnya yang cukup mencolok. Icha juga tahu jika banyak cewek mulai dari kakak kelas, seangkatan hingga adik kelas menyatakan perasaan kepada cowok itu, tapi Dirga hanya menanggapi biasa dan tidak menerima perasaan mereka.

Hal yang membuat Icha jadi takut untuk mengungkapkan rasa kepada cowok itu juga.

Selama ini Icha hanya menjadi pengagum Dirga, diam-diam memperhatikan bagaimana tingkah cowok itu dengan teman-temannya, tak berani mendekat.

Namun, hari itu. Ketika Icha dan teman-temannya yang lain nongkrong di Skylight café sore itu ketika pulang sekolah, Icha bisa melihat teman sekelasnya yang juga menjawab sebagai sekretaris OSIS duduk di salah satu kursi. Icha tidak menyapa, tak tertarik juga.

Awalnya Icha biasa saja, hingga ketika mata cewek itu menangkap Dirga masuk ke dalam café, pipi gadis itu memerah begitu saja, senyumnya mengembang tanpa sadar.

Namun senyumnya langsung lenyap ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Taya memanggil Dirga dengan panggilan sayang, bertingkah layaknya mereka sepasang kekasih.

Teman Icha sudah heboh sendiri melihat mereka berdua, bahkan tanpa ragu mengambil foto mereka untuk dibahas di dalam grup chat Lambe Turah Asgardian.

Icha cemburu, melihat Dirga merangkul Taya tanpa canggung. Icha tidak suka, dengan cepat pemilik nama Fanissa Permata itu berdiri dari tempat duduknya dan pergi begitu saja dari Skylight Café.

Malam itu Icha tidak tenang, kejadian tadi membuat ia kepikiran. Maka setelah meminta foto-foto yang temannya ambil tadi, Icha membuat berita tentang Dirga dan Taya.

Setelah beralasan jika ia ketinggalan sesuatu di dalam kelas, gadis itu masuk ke Asgardian dan membuka kaca mading. Menempelkan hasil karyanya itu dengan seringai lebar.

Pasti besok akan heboh.

Taya akan dibicarakan oleh para penggemar Dirga, mereka pasti akan menentang dengan tegas berita itu. Keduanya pasti akan bertengkar dan saling menjauh. Taya yang ia kenal memang tak suka jadi bahan pembicaraan orang-orang, Dirga yang ia tahu juga tak suka dengan perhatian. Ah, Icha jadi tak sabar.

Bermodalkan wajah tak berdosanya, Icha bahkan ikut menuduh adik-adik kelas di mading ketika berita itu membesar, bersikap dia tak tahu apa-apa.

Tapi, ketika bahkan Taya dan Dirga bersikap biasa, mereka dengan ringannya mengiyakan berita pacaran itu, hal itu langsung membuat orang-orang memekik gemes dan saling menggoda keduanya.

Taya dan Dirga menjadi pasangan yang sangat diidam-idamkan siswa-siswi Asgardian. Mereka bahkan tak canggung memperlihatkan kedekatan mereka.

Sial, ini bukan rencananya.

●●●
Taya menatap tajam kepada Icha.
"Gue nggak mau ngungkit masalah ini lagi, tapi lo benar-benar kelewatan batas karena udah berani ngusik kehidupan pribadi gue." Katanya memotong ucapan cewek itu.
"Untung banyak lo dengan nyebarin berita soal Dirga, gue dan Kevin di mading dua bulan yang lalu?" Tanya Taya membuat Icha terbelalak.
"Hanya anak mading yang punya kunci kaca mading, lo mau gue laporin klub mading dan ngungkit masalah itu lagi sampai di depan wajah Galang?"

Icha tak tahu apa yang harus ia katakan saat ini, dia terdiam. Walau bagaimana pun Taya punya kuasa tinggi disini. Selain karena dia sekretasi OSIS, Taya juga bisa buat Galang mengiyakan kata-kata gadis itu.

Bukan karena Taya galak dan suka marah-marah, tapi karena Taya tahu bagaimana caranya berbicara, gadis itu sejak kelas sepuluh ikut lomba debat dan terlebih lagi Icha sadar, ia salah disini.

"Ada apa sih?"

"Hah? Fanissa yang nyebarin itu?"

"Kalau gue malu tuh."

"Beneran? Katanya bukan anak mading."

"Ular, Njir."

"Nggak tahu diri banget si Icha."

Icha menatap sekeliling yang kini sudah penuh dengan orang-orang, bahkan yang dari kelas lain pun sudah berkumpul di kelas mereka. Mereka berbisik-bisik menatapnya, bahkan ada yang terang-terangan menunjuknya. Icha mendadak pucat.

Taya mendengus melihat raut wajah Icha yang sudah menegang.
"Gue ingetin ke elo, Cha, gue paling nggak suka ada orang luar sok tahu yang ngusik kehidupan pribadi gue."

"Bukan gue, Taya, bukan gue yang buat berita itu, kok lo nuduh gue gini?" Tanya Icha dengan nada suara yang di buat seolah-olah akan menangis.

Taya sontak mendengus, menatap tak percaya pada Icha yang sudah berkaca-kaca.

"Luar biasa." Kata Taya sarkas.
"Lo mau buat gue jadi penjahatnya disini?"

Icha diam, tak membalas. Menundukkan wajahnya seolah dia tak bersalah. Taya melempar tatapan malas pada teman sekelasnya itu. Si bungsu Arsen kini mengambil tasnya, mengorek isi di dalamnya dan mengambil foto-foto yang memang ia simpan.

Taya melempar foto itu ke depan hingga kini foto itu tersebar di lantai. Icha kaget, wajahnya terbelalak, ia menunduk mengambil satu foto yang tepat di depan sepatunya, sedangkan foto-foto lain sudah berpindah tangan ke teman-teman yang melihat mereka.

Itu foto hasil rekaman CCTV yang menayangkan Icha menempel foto itu. Ada waktu tanggal dan jamnya.

"Jadi, lo masih ngelak kalau bukan lo yang nempelin berita itu?" Tanya Taya sarkas.
"Gue bisa aja nyuruh PD untuk buatin surat ke orang tua lo karena udah ngelanggar privasi seseorang. Ini bisa jadi penyemaran nama baik atau fitnah. Ngerti? Jadi berhenti ngusik gue lagi. Lo lupa apa julukan gue? Macan OSIS. Mau lo gue cabik-cabik jadi bangkai?"

Icha yang mendengar itu menatap tak percaya, selanjutnya pergi dari kelas. Meninggalkan teman-teman sekelasnya yang mulai ramai membicarakan gadis itu.

■■■
—TBC—

"Mau lo gue cabik-cabik jadi bangkai?"

Tayaku, kamu sangat menakutkan sekali.

Jadi, gimana menurut kalian karakter Icha ini?

Destiny of Asgardian✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang