"Kamu baper dengan si Dirga ini, Dek?"
Theo memperhatikan baik-baik ekspresi yang ditunjukkan oleh adiknya, pria itu tahu pipi putih Taya mulai memerah. Gadis itu sekarang sudah mengalihkan pandangan, sok sibuk dengan jari telunjuk dan ibu jari yang memainkan seprei bermotif bunga-bunga di ranjang.
Bukannya Taya tak tahu jawabannya. Dia hanya nggak mau mengaku. Terlebih dia sadar jika keduanya hanya terlibat drama bodoh yang gadis itu buat karena kedatangan si mantan. Taya tidak mau jatuh di jurang yang sama. Kevin adalah patah hati pertamanya dan Taya tidak berniat untuk ada patah hati kedua-ketiga atau apapun setelah itu.
"Adek..." Panggil Theo membuat Taya membuang nafas panjang.
"Kak, aku sama dia itu hanya pura-pura. Nggak ada ah baper-baperan." Taya mencoba mengelak.
"Kakak dengar ya, minggu lalu atau dua minggu lalu, kamu teriak-teriak bilang mabuk sama Putra, curhat soal kamu ambyar hanya karena si Dirga ini kasih roti sama susu beruang." Ujar Theo membuat Taya melotot.
"Kak! Lo nguping?!"
"Nggak nguping." Kata Theo membela diri.
"Lo aja yang kesetanan! Cih, di sogok roti sama susu beruang aja udah baper. Hati lo seharga dua puluh ribu?"Taya melotot tak terima, dengan perasaan kesal setengah mati gadis itu melempar kembali bantal disampingnya ketika mendengar ucapan Theo. Menyesal dia tadi terlena dengan perlakuan lembut cowok satu ini.
"Heh! Attaya! Dengerin kakak." Kata Theo sambil mengambil bantal yang digunakan Taya sebagai senjata.
"Ini kakak ngomong serius, di dengerin.""Iya." Jawab Taya masih dengan nada yang masih terdengar kesal.
"Kamu itu cewek, apa-apa pasti pakai perasaan. Kakak tahu kamu memang orangnya nggak gampang baper karena sepikan buaya. Tapi kamu lihat sendiri kan, di sogok roti sama susu aja kamu udah kesetanan, guling-guling, sambil teriak-teriak." Taya mendengus mendengar ucapan Theo ini.
"Mungkin iya, kamu belum jatuh hati, tapi mau sampai kapan kamu bermain drama? Sampai kamu larut dalam peran yang kamu mainkan hingga lupa bahwa semua ini hanya pura-pura?"Taya ingin membantah, namun ucapannya hanya tertahan di tenggorokan. Theo yang melihat itu hanya mendesah, dia berkata seperti ini bukan karena tanpa alasan. Namun jelas dia sadar. Ayah bundanya adalah bukti yang nyata akan kasus yang terjadi kepada adiknya ini.
Ayah dan bundanya yang awalnya hanya bermain drama dengan peran sebagai orang tua nyatanya kejebak dengan skenario yang mereka mainkan, keduanya diam-diam menaruh rasa satu sama lain. Untung saja keduanya mau jujur dengan perasaan masing-masing walau itupun harus di desak dan dibukakan mata oleh orang-orang terdekat. Itu juga suatu keberuntungan karena ternyata keduanya saling suka, lah kalau hanya satu pihak yang menyimpan rasa bagaimana? Dan itu yang Theo khawatirkan saat ini.
"Dek, kalau kamu memang tidak tertarik sama dia, sudahi peran ini. Kakak nggak mau kamu terluka. Apa lagi tadi si siapa sih itu? Acha? Echa?—"
"Icha." Potong Taya membenarkan.
"Nah, dia itu sampai berani ngelabrak kamu. Berarti si Dirga ini banyak penggemarnya. Boleh jadi nanti-nanti akan datang Icha-Icha selanjutnya. Apa lagi jika sampai terbongkar kamu dan dia hanya pura-pura."
Taya menunduk, dalam hati membenarkan kemungkinan yang kakaknya bilang ini.
"Kak–""Kamu yang paling tahu soal hati kamu." Potong Theo.
"Kakak hanya nggak mau kamu sakit hati dan terluka. Selamatkan hati kamu, Dek. Jangan biarin dia patah hanya karena kepalsuan yang kalian mainkan."Saat ini, Taya mengucapkan syukur kepada Tuhan karena sudah mengirim Marcello Theo Arsen sebagai kakaknya.
●●●
Entah apa yang salah disini, namun Dirga merasa Taya sekarang menghindarinya sejak beberapa hari yang lalu. Gadis itu akan mencoba melarikan diri ketika bertemu dengannya. Oke, ini bisa saja karena Dirga telah memukul sang mantan, namun bukankah Taya sudah mengatakannya berulang kali jika gadis itu tidak mempermasalahkan soal pemukulan tempo hari atau apapun yang berhubungan dengan mantannya itu? Jadi, mengapa pula sekarang si gadis Arsen itu menghindarinya?
Apa ini hanya perasaan Dirga saja?
Lagi pula bagaimana bisa si tampan ini tidak merasa demikian jika Taya bahkan hanya membaca pesannya dan tak berniat untuk membalas, panggilan telfonnya tidak diangkat, bahkan ketika mereka bertemu di sekolah Taya akan berusaha untuk melarikan diri.
Apakah Dirga sudah melakukan kesalahan?
"Dirga!"
Panggilan itu berhasil menarik si tampan Danuarta dari pikirannya sendiri, cowok itu menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Naldi, cowok itu menatap Dirga penuh tanda tanya. Ada Tia disamping pria itu yang juga menatapnya sekarang. Sekarang mereka ada di kafetaria sekolah.
"Lo ngelamun?" Tanya Tia sambil mengambil waffer coklat dari tangan Naldi.
"Nggak." Jawab Dirga sambil mengalihkan pandangan.
Naldi dan Tia saling tatap. Tak berniat bertanya lebih karena sejak kemarin-kemarin sahabatnya itu memang lebih sering diam dan melamun. Entah karena apa.
Pandangan Tia terarah ke pintu kafetaria. Ada Anna, Sakura dan Taya yang sedang berjalan masuk.
"ANNANYONG!!" Teriak Taya memanggil teman sekelasnya hingga membuat beberapa orang melihat ke arah mereka.
Nama Anna itu Alvina Annabella, tapi karena sekarang si gadis bule sedang terkontaminasi virus hallyu sering mengatakan Annyeong Di kelasnya, maka teman-teman sering memanggilnya Annanyong.
Anna, Sakura dan Taya menoleh ke arah mereka, namun Taya segera mengalihkan pandangan ketika matanya menanggap sosok yang ia hindari disana, duduk sambil menatapnya.
Anna sudah melotot kepada teman sekelasnya, bahkan memberi gesture mencekik, namun Tia adalah Tia, gadis itu dengan santai melambai ke arah tiga gadis itu, memanggilnya mereka mendekat.
"Kesana ayo." Ajak Anna. Sakura mah iya-iya aja, dia tidak keberatan. Namun berbeda dengan Taya yang menggeleng.
"Itu ada pacar lo disana. Naldi Tia doang mah lo kenal." Kata Sakura yang membuat Taya melirik kecil ke arah tiga orang yang menunggu mereka.
Taya menggeleng, memaksa untuk tersenyum.
"Gue lagi ada urusan di OSIS, jadi mau langsung ke sana setelah beli makanan." Katanya beralasan.Sakura dan Anna diam, namun tak sempat bertanya lagi ketika Taya sudah langsung pergi, berbalik, keluar dari kafetaria. Sakura dan Anna saling pandang, kemudian memilih mendekat ke tempat Tia, Naldi dan Dirga yang menghela nafas.
"Taya kenapa pergi?" Tanya Tia ketika Anna dan Sakura sudah di dekat mereka.
Anna mengedikkan bahu, menarik kursi dan duduk. Sakura juga melakukan hal yang sama.
"Katanya ada urusan di OSIS."Helaan nafas panjang dari Dirga membuat semua menatapnya. Sontak saja satu pertanyaan dari Sakura membuat tubuh Dirga terpaku di tempat sambil menutup mata.
"Lo sama Taya berantem, Ga?"
■■■
—TBC—Jejaknya jangan lupa ditinggalkan yooo!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Asgardian✓
Teen Fiction[TELAH TERBIT] Cover by @jelyjeara_ ----- Sequel dari "Inchoate" ----- Asgardian High School adalah sekolah berstandar Internasional yang terbagi atas Asgardian Putra dan Asgardian Putri. Namun, tiba-tiba saja kepala sekolah memutuskan untuk menggab...