"Apakah ini...?"Raya memandangi bangunan luas didepanya, sesaat setelah mobil memasuki pelataran halaman hijau yang terlihat begitu menyegarkan mata
"Betul sekali, ini adalah tempat si kembar tinggal selama kau koma. Orang mungkin tahunya ini adalah panti asuhan tetapi sebenarnya merupakan yayasan pengembangan anak-anak yang dikelolah serta mendapat pengawasan langsung dari Komnas HAM dan yayasan perlindungan anak. Yayasan ini lebih berfungsi untuk anak-anak elite yang memiliki permasalahan dalam keluarga, mereka akan berada di tempat ini seusai sekolah untuk mendapatkan pendidikan intensif mengenai moral dan kehidupan. Jadi tempat ini jelas berkualitas dan bukan sembarang yayasan, tentunya si kembar benar-benar terawat dengan baik selama berada disini" Jelas Sebastian pada Raya dan memandang penasaran dengan bangunan di depanya
"Lalu bagaimana mereka bisa masuk kedalam tempat ini..?kau bilang hanya anak-anak elite kan.."Jiwa penasaran Raya kembali terbangkit, entah mengapa ia selalu merasa seolah ada sesuatu yang salah baik itu tentang dirinya, kehidupan sebelumnya maupun anak-anaknya.
"Emm..kalau soal itu lebih baik bertanya langsung pada yang bersangkuta, uh aku bertugas untuk menjaga Dania dan Daniel saja. Disini beberapa anak dalam kelompok atau individu biasanya dipasangkan seorang pendamping dan yah kebetulan aku yang mendampingi mereka berdua"Raya hanya mengangguk pasrah, Dania dan Daniel tengah tertidur di kursi belakang, setelah sepanjang perjalanan mereka yang berhenti berkicau tentang apa saja kegiatan mereka di sekolah dan betapa senangnya mereka saat tahu bahwa ibunyalah yang menjemput secara langsung. Rayapun jadi pendengar setia, sambil sesekali menyahuti keantusiasan mereka hingga tak lama merekapun tertidur.
"Yah, oke ayo kita turun"seru Sebastian keluar dari mobil terlebih dahulu
"Nia..Niel...hey wake up.."membangunkan kedua anaknya dengan pelan hingga mereka berdua terusik dan terbangun, mengerjab pada sosok Raya yang kini tersenyum manis kearah mereka membuat Dania dan Daniel langsung berubah cerah.
"Mum.."
"Hey kita sudah sampai"Raya turun terlebih dahulu kemudian membantu Dania dan Daniel turun dari mobil secara bergantian sedangkan Sebastian lalu menuntunya untuk masuk kedalam gedung pengelolah.
"Hey Niel, Nia.."sapa seorang wanita paruh baya yang mungkin berusia pertengahan 40-an yang terlihat cantik dan elegan, aura khas keibuan yang dimiliki langsung bisa dirasakan oleh Raya. Sedangkan Dania dan Daniel langsung menerjangnya dalam pelukan
"Aunty Rose..."
"Masih saja hiperaktif... nah Nia dan Niel kalian bermain dulu ya dengan teman-teman di halaman belakang, disini aunty akan berbicara dengan mommy kalian"
"OK"Daniel dan Dania memandang Raya terlebih dahulu, ketika melihat Raya mengangguk, mereka segera berlari keluar ruangan.
"Ah hallo, sebelumnya perkenalkan saya Roseline Augustine ketua pengelolah yayasan disini"Raya menjabat tangan Rose sambil tersenyum sopan sedangkan Sebastian hanya duduk diam di sofa sambil bermain ponsel, meskipun begitu telinganya teliti utnuk mendengarkan keduanya berbicara.
"Saya tahu mungkin fikiran pertama anda saat mendengar tentang yayasan ini adalah bagaimana Dania dan Daniel bisa berada disini padahal ini bukanlah yayasan biasa"Raya mengangguk tanpa sadar membuat Rose tersenyum maklum
"Untuk kasus biasa seperti yang anda alami kebanyakan anak yang ditinggalkan sementara akan ditempatkan di panti asuhan secara langsung oleh pihak rumah sakit atau kepolisian jika memang tak memiliki kerabat lain, saya tidak tahu alasan secara pasti tapi Kepala Kantor Polisi langsung menempatkan Dania dan Daniel disini setahun yang lalu bahkan beliau sendiri yang bertanggungjawab atas keamanan mereka"
Raya hanya bisa mengernyit mendengar penjelasan Rose, apakah sebelumnya ia memiliki hubungan dengan kepala polisi itu entahlah ia saja tak ingat kehidupan sebelumnya bagaimana ia bisa tahu. Tapi yang perlu ia pegang untuk saat ini, adalah berusaha mempercayai perkataan orang-orang disekitar yang terkait denganya sebelumya masalah apakah itu suatu kebenaran atau kebohongan tinggalkan saja belakangan. Cukup nikmati peran yang ada untuk saat ini. Setelah berterima kasih serta mengurus berkas pemindahan, Raya memutuskan untuk langsung pulang dengan catatan alamat yang diberikan oleh Rose.
Dania dan Daniel duduk berdampingan di sisi kirinya, menggunakan taxi sempat Sebastian hendak mengantar mereka pulang tapi ia menolaknya karena merasa terlalu banyak yang dilakukan oleh Sebastian, bisa saja ia tak bisa membalasnya suatu saat nanti untuk itu ia akan belajar mandiri. Melihat kedua bocah yang kini kembali tertdur, sepertinya mereka berdua obi tidur setelah perjalanan yang memakan waktu hampir setengah jam lebih, matanya memancarkan cahaya redup yang tak bisa dijelaskan. Terlalu banyak emosi yang ia rasakan sehingga terlalu sulit untuk membedakan apa yang benar-benar ia rasakan saat ini.
"Sudah sampai nyonya"Raya mengalihkan perhatinya pada sang supir ketika mereka mulai memasuki pelataran halaman yang gerbang terkunci. Ia ingat sebelumnya Sebastian telah memberika semua akses kunci, segera saja ia membayar taxi sambil membangun kedua anaknya dengan perlahan
"Um mom"Pertama terbangun adalah Daniel, ia terlihat mengucek kedua matanya khas orang bangun tidur lalu mengerjab kearah Raya
"Niel, ayo bangunkan Nia juga, mom akan mulai menunrukan koper ok"Daniel hanya bisa mengangguk melihat Raya yang mulai menurunkan koper dari bagasi mobil.
"Bangun-bangunlah"Daniel menguleni kedua pipi chubby Dania untuk membangunkan kembaranya hingga Dania yang terusik segera terbangun dengan cemberut
"Pyepye"suaranya menjadi tak jelas karena ulah Daniel, sedangkan Daniel hanya terkekeh lalu menggandeng tangan Dania yang terlihat hendak merajuk.
"Kenapa sayang..?"Raya bertanya dengan nada lembut, melihat Daia yang menggembungkan kedua pipinya. Lucu, terlihat seperti ika buntal yang pemarah
"Mum, Niel mencubit pipi Nia"rajuk Dania bergelayut pada lengan Raya sedangkan Daniel yang melihat itu hanya bersedekap sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak. Sungguh gayanya sudah seperti orang dewasa saja, Raya tak kuasa menahan tawanya.
"Niel tidak nakal, Niel membangunkan Nia mom"sahut Daniel seolah tak ingin disalahkan, tentunya karena dia merasa bahwa dirinya benar.
"Tapi Niel membuat pipi Nia sakit mum, merah"tolak Dania dengan kekeuh, dan keduanya saling bertatapan dengan sengit seolah tengah mengibarkan bedera perang.
"Hey, Nia, Niel, kvlian tidak boleh bertengkar mengerti. Sayang Niel hanya ingin membangunkan Nia, meskipun caranya sedikit salah dan Niel lain kali tidak boleh mencubit pipi Nia oke"Keduanya mengangguk serempak membuat Raya tersenyum puas
"Lalu apa yang harus kalian lakukan setelah tahu kalian salah..?"
"Sowwy"
"Niel, Nia salah maaf Nia tidak akan merajuk lagi, Nia sayang Niel"
"Um-um, Niel juga minta maaf lain kali tidak akan iseng"Keduanya berjabat tangan sambil mengangguk kemudian beralih menatap Raya yang wajahnya berubah tercengang.
Astaga, apa memang begini gaya anak-anak?
"Mum..?"
"ah-oh, pintar sekali, baiklah ayo kita masuk kerumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy's The Twins
General FictionKecelakaan yang terjadi setahun yang lalu membuat Raya koma panjang, ketika terbangun ia dihadapkan pada keadaan amnesia, belum lagi tiba-tiba ada dua anak imut muncul sebagai anak-anaknya. Mampukah Raya menerima kenyataan itu, bagaimana cara Raya m...