Fiveteen

1.3K 118 1
                                    

Mommy's back

Please give me more love with vote and comment, thanks

Happy reading

**

Ketika Raya bangun ia telah berada di kasurnya, jam diatas nakas menunjukkan pukul 3 pagi. Hal terakhir yang diingatnya adalah ia tengah melihat-lihat album kenangan kemudian diserang pukulan sakit kepala yang menusuk-nusuk kemudian semuanya menjadi gelap.

Melihat Dania yang tertidur sembari memeluk lenganya membuat Raya tersenyum kecil, puteri kecilnya itu enggan melepasnya meski ia tengah tertidur seolah takut ia akan pergi meninggalkanya.

"Nia sayang, maafkan mom, jika selama ini mom masih kurang maksimal dalam merawat kalian, kedepanya mom akan lebih bersungguh-sungguh demi kalian, sweet dreams"bisik Raya sembari mengecup kening Dania dengan sayang, kemudian berjalan keluar dari kamar dengan langkah pelan.

Keluar dari kamar, Raya beralih masuk kedvlam kamar twins di lantai 2 untuk melihat Daniel. Rupanya puteranya itu tengah tertidur meringkuk dikasur Dania. Huh, si kembar, jika satu tak ada maka yang lain pasti merindu. Tersenyum sekilas, Raya merapikan selimut yang hampir terjatuh dan kembali menyelimuti Daniel dengan benar. Setelah dirasa tidak ada yang salah, iapun keluar. Merasa haus, Raya menuruni tangga menuju dapur untuk emngambil air minum.

Langkahnya yang hendak menuju dapur harus terhenti, saat netranya menangkap sosok yang tengah duduk dengan khidmat, sibuk mengetik sesuatu di laptop yang dipangkuanya.

Hm, someone ?

3 detik kemudian, barulah Raya sadar jika itu pastilah Javier. Mungkin ia memang harus membiasakan diri dengan kehadiran Javier didalam kehidupanya selanjutnya.

Raya berjalan mendekat kearahnya

Javier yang merasakan kehadiranya berbalik menoleh dengan sedikit kernyitan.

"Tidak tidur ?"tanya Javier dengan nada rendah lalu kembali sibuk dengan laptopnya

"ah y-ya terbangun"jawab Raya dengan canggung

Suasana kembali hening. Keduanya diam, tak ada yang membuka pembicaraan sama seperti suasana kemarin. Entah hanya pikiranya saja atau ilusi, Raya selalu merasa bahwa Javier cukup dominant, membuat lawan bicaranya tak bisa membantah dirinya dan bahkan seolah mampu membuat orang lain menunduk termasuk dirinya.

Padahal ada terlalu banyak hal yang ingin Raya bicarakan denganya, tapi tak satupun kata yang terucap dari bibirnya.

"tanyakan sesuatu ?"Akhirnya Javier menutup laptop dan meletakanya diatas meja, sepenuhnya fokus pada Raya yang malah terlihat kikuk.

"Oh em-"Padahal dikepalanya sudah menyiapkan banyak poin pertanyaan, tapi saat ditanya langsung seperti ini Raya tak tahu harus bicara apa.

"aku hanya bisa disini seminggu, minggu depan harus kembali ke Meksiko"terang Javier membuat Raya mengangguk-angguk mengerti, kemudian menatapnya dengan bingung.

"Secepat itu? Kapan kau kembali lagi ?"

"Mengharapkanya"smirk Javier membuat Raya menggaruk keningnya salah tingkah

"B-bukan begitu, masih ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu"elak Raya

"Kenapa ?"

"Huh ? "sesaat Raya kembali dibuat bingung, tentu sejak pertemuan pertama mereka kemarin, kini ia menyadari bahwa Javier tidak selalu banyak bicara. Bahkan terkadang membuatnya bingung mengenai maksud perkataanya.

"Kenapa kau ingin mengingat semuanya kembali ?"

"T-tentu saja karena aku ingin mengingat tentang kehidupanku sebelumnya dan apa yang terjadi saat kecelakaanku"Raya menjawab dengan cepat

"Kau tidak akan percaya"tegas Javier membuat Raya kembali bingung

"Huh ?"

"Masa lalumu memang sebaiknya tidak perlu diingat, anak-anak takut ketika ingatanmu kembali, harusnya kau tahu apa alasanya"Jelas Javier tanpa emosi namun mampu membuat Raya diam tak berkutik.

'seharusnya kau tahu alasanya'

Raya tahu hal itu, bahkan sejak pertama kali bertemu twins ketika ia sadar dari koma. Tatapan takut yang mereka tujukan pada dirinya serta perasaan yang tidak seperti pasangan ibu-anak pada umumnya. Terlebih untuk dirinya sendiri, Raya memiliki perasaan yang asing untuk mereka, dan bahkan tak tahu harus berbuat apa saat pertemuan pertama mereka dulu.

Mereka tak ingin ia mengingat masa lalu, karena mereka takut dirinya akan kembali mendapat perlakuan buruk.

Pemikiran membuat Raya merasa terhantam oleh kenyataan menyakitkan, yang membuat dadanya serasa terhimpit batu besar.

Seburuk itukah dirinya ?

Apa dirinya benar ibu kandung mereka ?

"Sudah berhasil menebak ?"Raya tersentak oleh suara Javier

"Masa hanya kesalahan, sekarang kau bisa memberi semua yang hilang pada anak-anak, buat mereka yakin kau tak akan pernah kembali seperti dulu.."Raya menatap Javier dengan pandangan rumit

"Kau lupa, tapi mereka tetap ingat"

Benar, semua yang dikatakan Javier tidak pernah salah. Ia mungkin lupa akan semua perbuatanya dimasa lalu, tapi twins ? Tidak mereka tak pernah lupa, bukankah Viola pernah mengatakan bahwa segala perlakuan yang didapat anak dari orang tua akan selalu meninggalkan bayangan psikologis ? apalagi jika itu hal-hal buruk ?. Seberapa besar kerusakan psikologis yang Raya sebabkan dalam fikiran twins. Namun seperti kata Javier, satu-satunya hal yang perlu ia lakukan kini adalah memperbaiki semuanya untuk menimimalkan dampak buruk kedepanya. Ganti semua hal yang hilang.

"Baiklah, aku tidak akan mencoba mengingat semua hal dimasa lalu, terutama didepan twins, bahkan jika saat itu tiba, aku akan tetap seperti sekarang."putus Raya membuat Javier mengangguk puas, tunggu seperti ia melihat sudut mulutnya yang terangkat. Pria itu baru tersenyum ?

"Um, meskipun aku memutuskan demikian, aku tetap harus tahu sesuatu yang lain bukan ? seperti bagaimana hubungan kita sebelumnya dan, dirimu"

"Tidak sekarang"tolak Javier langsung

"apa ? mengapa ?"

"Setelah aku menyelesaikan bisnisku, kau akan mengetahui segalanya"

"Jangan bertanya untuk saat ini, semua akan ada waktunya"lanjut Javier membuat Raya mau tak mau harus mengangguk. Bagaimanapun juga ia akan tetap memegang janji Javier, ketika bisnisnya selesai, entah jenis bisnis seperti apa bahkan Raya sendiri tak tahu.

"Baiklah, aku menunggumu"

"Ya"

"Kalau begitu sebelum kau kembali bertugas, akankah kita menghabiskan waktu keluarga ?"tanya Raya baru saja terfikirkan ide bagus.

"Baiklah, atur cuti anak-anak, aku akan mengurus soal liburan"

Apakah tadi Raya mendengar Javier berkata soal cuti.

"C-cuti ?"tanya Raya memastikan membuat Javier mengangguk pasti

"Mereka masih memiliki setahun lagi untuk tetap di TK, cuti panjangpun tak masalah"

"ah, b-baiklah, aku akan segera mengurusnya"

Malam itu, mereka berdua telah berhasil meraih sebuah kesepakatan. Satu pemahafaman yang mungkin benar-benar mengubah hidup mereka berdua, untuk kedepanya. 

Mommy's The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang