Three

2.5K 203 0
                                        


Raya memulai terapi dengan gerakan pemanasan ringan didampingi oleh seorang fisioterapis. Lalu mulai berjalan dengan berpegangan pada besi khusus untuk latihan.

"Ayo nyonya, perlahan saja.."ucap sang fisioterapis sambil terus menyemangati Raya sedangkan Dania dan Daniel melihat dari pinggir ruangan.

"Mommy terlihat bekerja keras"Dania dan Daniel tergolong anak yang cerdas dan tanggap terhadap sekitar, karena itu ketika mereka melihat ibunya berusaha keras untuk bisa berjalan kembali merekapun merencanakan sesuatu.

"Beri mommy susu"usul Dania yang dijawab gelengan Daniel

"No Nia, susu buat anak kecil"

"Lalu mum..?"

"Jus buah melon kesukaan mommy, buah pepaya dan ayam crispy"

"Hemm..benar ayam crispy tanpa sambal "

"Lalu panggil paman untuk membantu"

"Hem hem"Dania dan Daniel terlihat berdiskusi serius dan merencanakan sesuatu untuk diberikan kepada mommy mereka sebagai hadiah atas kerja kerasnya.

"Putera-puteri anda terlihat sangat menggemaskan"ujar sang fisioterapis disela-sela sesi latihanya dengan Raya, ia terlihat kagum dengan kedua anak Raya, mereka sedari tadi duduk diam dipinggir ruangan sambil memperhatikan dengan teliti ibu mereka yang tengah berlatih berjalan. Bahkan mereka gigih untuk menemani terapi ibunya sampai selesai. Padahal jika anak seusia mereka akan cenderung cepat bosan.

"Yah, kurasa aku beruntung memiliki mereka"Raya ikut tersenyum dan kembali berusaha dengan keras supaya ia cepat bisa berjalan dan menjalankan peran sesungguhnya sebagai 'new mommy'. Terlalu fokus dalam latihan, membuat Raya tak sadar kalau kedua anaknya telah meninggalkan ruangan diam-diam.

"Untuk apa ini semua..?"tanya Sebastian dengan kening berkerut, beberapa menit yang lalu Daniel menghubunginya untuk segera membelikanya beberapa barang dan menyuruhnya langsung ke rumah sakit dengan cepat.

"Mommy paman"jawan Dania sambil mengambil alih bawaan Sebastian, Daniel ikut membantu dengan membawakan buah pepaya kupasan, kedua pasang tangan mungil itu akhirnya penuh, Sebastian yang melihat pemandangan itu malah tertawa geli padahal keduanya cukup kesulitan untuk membawa tapi mereka sama sekali tak ingin dirinya membantu. Sungguh bocah-bocah yang luar biasa.

"Baiklah-baiklah, paman menyerah, paman akan ada disekitar sini hubungi jika sudah ingin pulang oke"

"Oke"

"Oke"Sebastian menggeleng melihat tingkah imut kedua anak itu lalu berbalik menuju cafe di sebrang rumah sakit

"Kalian darimana saja..?"todong Raya langsung saat akhirnya melihat mereka berdua memasuki ruang terapi dengan beberapa bawaan. Tadi dirinya sempat cemas karena keduanya tiba-tiba menghilang, bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak yang belum genap berusia 5 tahun, jika mereka berkeliaran tanpa pengawasan orang dewasa mungkin saja mereka tersesat.

"Sowwy mommy"sesal Dania dan Daniel sambil menundukan kepala takut-takut

"Mommy maafkan tapi jangan diulangi oke, kalian harus meminta ijin kepada mommy terlebih dahulu jika ingin keluar dan harus ada yang mendampingi kalian"Dania dan Daniel kembali mengangguk lalu menyerahkan kedua tangan mereka .

"Ini..?"

"Hadiah kerja keras mommy"

Raya benar-benar takjub degan kedua anaknya, astaga apakah ada anak sepintar mereka. Melihat dirinya bekerja keras untuk bisa berjalan lagi sehingga mereka memikirkan untuk memberinya hadiah, Raya yakin jika kedua anaknya mencontoh ini dari tindakan orang lain, dimana lagi seorang anak bisa terfikirkan untuk memberi hadiah atas kerja keras orang tuanya. Astaga sungguh ia merasa sangat senang dan tersentuh, tanpa bisa dicegah lagi ia memeluk keduanya secara bersamaan.

"Hey terima kasih banyak , kalian anak-anak mommy..maafkan jika selama ini mommy tak memperhatikan kalian, maafkan segala kebodohan mommy sayang.."bersamaan dengan air matanya yang meluruh

Ia tentu sadar, setiap rasa sesak yang dirasakanya bukan tanpa sebab tapi ingatan tentang perbuatanya di masa lalu. Ia mungkin sama sekali belum mengingat segalanya, tetapi hatinya tak bisa berbohong. Karena itu membuatnya selalu tersadar betapa jahatnya dirinya sebagai seorang ibu yang menelantarkan anak-anak kandungnya sendiri.

"Jangan menangis mommy..hiks..hiks..."

"Mommy tidak boleh menangis..hikss"Keduanya malah ikut menangis terisak melihat Raya menangis. Jadilah pasangan ibu dan dua anak kembar itu menumpahkan air mata bersama di ruang terapi, untungnya hanya ada mereka bertiga atau jika orang lain melihat itu akan terlihat seperti drama emosional yang menguras air mata.

"Heh, kalian juga menangis"ucap Raya dengan parau

"Karena mommy menangis" Jawaban itu membuat Raya measa geli sendiri

"Itu karena mommy salah tadi, dan kalian tidak boleh jadi anak yang cengeng oke, sekarang apapun yang diinginkan Dania dan Daniel beritahu mommy. Apa yang kalian rasakan juga tunjukkan pada mommy, kita mulai hidup sebagai keluarga yang bahagia mulai sekarang..."seru Raya yang diangguki kedua bocah itu dengan semangat, benar mereka bocah yang cerdas dan mengerti apa yang dikatakan oleh mommy mereka. Maka mereka berjanji untuk menjadi anak-anak baik yang juga akan menjaga mommy serta membuatnya bahagia...

Maka kehidupan baru mereka dimulai saat itu...

Mommy's The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang