Five

2.1K 171 1
                                        

Hello, thank for coming and read my stories...

Please give me more love with vote and comment :)

Happy reading...


**

"Kakak, aku sudah menjalankan semua perintahmu apa kau tidak ingin menambah nominal saldoku" Seorang pria berpakaian santai tengah bermain game konsol namun terganggu oleh dering ponselnya, hendak mematikan namun melihat nama yang tertera membuatnya langsung mengabaikan game konsolnya.

'Kakak Pertama'

"Keberatan?"terdengar sahutan acuh tak acuh dari sang penelpon yang membuat pria itu langsung menggigil seolah tengah berada dalam kutub utara. Padahal niatnya hanya ingin menggoda kakaknya, siapa ia bisa lupa jika kakaknya itu adalah tipe orang yang sangat serius dan tak bisa diajak bercanda. Huh...

"Eh tidak-tidak..bagaimana bisa begitu, mereka juga keponakanku, bagaimana aku bisa mematok harga untuk menjaga mereka.."jawabnya langsung yang membuat sang penelpon mendengus

"Katakan"Sang pria mengernyit bingung, kemudian ia langsung tersadar apa maksud kakaknya. Pria monoton itu ingin menanyakan kabar keluarganya.

"Mereka berdua baik-baik saja, sekolah mereka di Pre-school juga normal tidak ada hal yang mengkhawatirkan dan untuk ibunya..kurasa sesuai dengan dugaan kakak"

"Tidak ada masalah..?"

"Tidak, sungguh aku membereskan segala hal yang berkemungkinan menciptakan masalah bagi mereka"

"Lanjutkan"

"Ka-"

Tut.

Sambungan dimatikan secara sepihak, jika saja itu bukan kakak tertuanya yang terkenal kejam dan tanpa ampun mungkin ia akan langsung memaki dan memblokir nomornya. Yah sayangnya saja hidupnya masih bergantung pada kakaknya itu. Menghela nafas ringan, ia kembali melihat ponselnya yang berkedip, tanda pesan masuk.

'Kakak ipar'

Sesungguhnya kini ia percaya bahwa keduanya adalah jodoh. Bagaimana bisa keduanya menghubunginya secara bergantian seperti ini, seolah ada tali kasat yang menghubungkan mereka berdua.

"Lama sekali, aku menghubungimu sejak setengah jam yang lalu"omel Raya yang melihat Sebastian baru memasuki bangsalnya. Ia sengaja menghubungi Sebastian untuk membantunya kembali kerumah, karena memang hanya dirinyalah yang ia kenal dan andalkan selama 3 bulan lebih ini. Toh nyatanya ia tidak ingat siapapun juga.

"Maaf kakak ipar aku-"

"Tunggu, apa katamu.."Mata Raya memincing ke arah Sebastian yang kini terlihat kaku, tadi ia tengah memeriksa ponselnya namun terganggu oleh jawaban Sebastian, meskipun tak medengar secara jelas, entah ia seperti mendengar kata 'kakak' yang diucapkan olehnya

"Ah tidak, maksudku tadi memanggilmu kakak yah benar kakak karena kau lebih tua dariku"Sebastian segera melambaikan tanganya berharap Raya benar-benar tak mendengar apa yang diucapkanya barusan. Sebiji keringat hampir menetes di dahinya, benar-benar kacau bila ia menyadarinya saat ini

"Ya-sudahlah, suster telah mengemasi barang-barangku bantu membawanya sekaligus menjemput Dania dan Daniel"Sebastian dengan sigap melakukan apa yang di instruksikan Raya dan mereka berdua berjalan menuju lantai pertama mengurus administrasi telebih dahulu untuk prosedur check out.

"Nyonya anda memiliki surat jaminan kesehatan dan semua biaya telah ditanggung oleh pihak pemberi jaminan"Raya mengerutkan keningnya bingung, bukankah ia bekerja sendiri dan tidak diperkerjakan oleh perusahaan manapun, bagaimana dirinya bisa mendapatkan jaminan kesehatan terlebih pengobatanya selama setahun lebih akan memakan biaya yang besar.

Mommy's The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang