XIII

4 3 0
                                    

    “Lo kenapa?” Bisik Dion. Salwa menggeleng. “Tangan lo sakit?” Salwa kembali menggeleng. “Lo kenapa sih...” Tanya Dion gemas. Untuk yang ke sekian kalinya ia menggeleng. Saat apel pagi hampir selesai, Dion kembali ke barisannya.

“Kenapa sih. Bisa-bisanya dia ngelewatin gue gitu aja?”

*****

Sekolah telah usai. Salwa berjalan melewati koridor dan berhenti di balkon. Ia menikmati angin sepoy-sepoy yang berhembus. Kedua matanya menangkap sesuatu di pintu gerbang. Ia melihat Sisi dan Dion sedang berpamitan pulang sepertinya. Memang sengaja, Salwa turun paling belakangan dengan alasan menyalin tugas. Padahal ia ingin menikmati waktu kesendiriannya.

Tiba-tiba, ada sesuatu yang basah mengalir di pipinya. Ia menghapusnya dan berjalan cepat turun ke bawah.

Bruk...

Salwa mengangkat kepalanya, ia melihat Nabila disana.

“Hai.” Sapa Nabila dengan senyuman liciknya. Disana juga ada Sarah dan Yura.

“Belaga belom pulang dia, Nab.” Yura mengompori.

“Lo gak mau luapin masalah lo sama dia?” Tanya Sarah dengan berbisik.

Nabila melirik Salwa dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan mata sinisnya. Ia maju dan merangkul Salwa. Salwa tampak takut dengan kelakuan Nabila yang berubah.

“Emm... jangan ah.” Ucap Nabila.

“Loh?”

“Kenapa?”

“Pertama.” Nabila mengangkat jari telunjuknya. “Dia lagi sakit.” Nabila menunjuk lengan Salwa. “Kedua.” Nabila mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. “Dia, calon adik ipar gue.” Bulu kuduk Salwa merinding karena Salwa membisikkan itu tepat di telinga Salwa. “Dan ketiga!” Kini ia mengangkat ketiga jarinya. “Ada CCTV.” Nabila menunjuk benda kecil yang tergantung di pojokan atap.”Kalo sampe Syuja tau, abis idup gue.” Nabila menggulung-gulung rambut Salwa.

Salwa yang sudah tidak tahan langsung menerobos badan kaka kelas mereka. Ia buru-buru turun karena takut mimpinya menjadi kenyataan. Sampainya di mulut gerbang tangga, ia berbelok dan...

Bruk...

Srek...

“Aww...” Salwa memegang rambutnya yang ditarik oleh Sisi.

“Apa hubungan rahasia lo sama Dion?”

Salwa yang tidak mengerti omongan Sisi hanya diam. Sisi malah menguatkan tarikan tangannya.

“APA HUBUNGAN RAHASIA LO?!” Kini Sisi benar-benar marah.

“Gu-gue gak ada apa-apa sama Dion.”

“BOHONG!” Sisi menarik rambut Salwa lagi. Tanpa mereka sadari, ada yang melihat tingkah mereka berdua.

‘Dia’ hanya menggigit jarinya karena kebingungan. ‘Dia’ tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dirinya terlalu lemah untuk melawan Sisi yang ‘Dia’ pikir menjadi pentolan cewe di angkatan IPA 10.

“Gue harus apa? Gue gak tau harus apa...”
.
.
.
Bersambung...

Ini dia part hari Jumat...

Jangan bosen bosen ya baca cerita ini, bentar lagi nyampe klimaks nya😆

Terbit setiap->Rabu dan Jum'at

'Dalam Diamnya || Second'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang