XVI

5 3 0
                                    

    “...”

Salwa dengan cepat menutup kembali handphone nya dan memasukkannya ke dalam kantong roknya.

“Lo kenapa si. Dari kemaren kayanya gak pernah mau main sama gue.” Ega memangku wajahnya dengan kedua tangannya.

“Kata siapa?” Ucap Salwa agak sedikit sewot.

Ega masih diam. Ia memainkan karet yang ada di depannya. Memang benar-benar gabut.

“Heh.” Dion datang dengan 3 mangkuk cilok. Ia langsung duduk. “Kenapa lo manggil gue?” Dion mencolek lengan Salwa. Salwa tidak menanggapi kata-kata Dion. Ia langsung melahap cilok yang dibawa Dion.

Dion dan Ega saling bertatapan. Mereka berdua benar-benar bingung kali ini. Sikap Salwa seperti beda jauh 180 derajat.

*****

Salwa menjadi diri nya yang berbeda saat di rumah. Di rumah, hatinya tampak lebih ceria. Tidak seperti di sekolah tadi. Jika orang-orang bahagia saat di sekolah dan murung di rumah, itu tidak bagi Salwa. Hidup Salwa terlalu ribet, makanya sampai kaya gitu.

Ting... Tong...

Salwa menoleh ke arah pintu. Lalu kembali lagi memakan sayur asemnya. Ia menyuap nasi terakhir dan langsung lari membuka pintu.

“Hai...” Tubuh Salwa langsung dipeluk.

“Eh.” Salwa begitu kaget ketika tubuhnya langsung dipeluk oleh seseorang yang wajahnya saja belum pernah ia lihat. Tak lama, pelukan itu dilepas oleh lelaki yang sekarang ada di hadapan Salwa.

“Kok gitu mukanya?”

Salwa masih diam. “Lo... siapa ya?”

“Ya ampun...” Kata lelaki itu sedikit berteriak. “Lo gak kenal gue?” Ia menunjuk mukanya sendiri. Salwa membalasnya dengan menggeleng. “Gue Ray.” Ray menggoncangkan tubuh Salwa.

“Ray?” Salwa nampak masih bingung.

“Rayhan astaga. Sepupu lo.”

Salwa menyipitkan matanya. “Masa?” Matanya nampak curiga.

“Terserah.” Ray masuk mendahului Salwa. “Tante Wulan mana?”

“Masih kerja. Lo siapa si? Rayhan siapa?” Salwa masih tidak percaya.

Ray menghela napasnya. Ia berjalan ke arah tangga dan menunjukkan foto. “Nih, gue nih. Elo yang ini. Yang masih cilik.” Kata Ray gemas.

“Itu elo?” Tanya Salwa. “Bukannya itu Syuja?”

“Ih. Tante Wulan gak kasih tau elo apa? Ini gue. Syuja yang ini nih...” Ray menunjuk foto sebelahnya.

“Ah gatau ah.” Salwa berjalan ke arah meja makan. Ia membawa piring kotornya ke dalam dapur. “Lo mau minum apa?” Tanya Salwa sambil membuka kulkas. Tak ada jawaban. Salwa menoleh ke arah Ray. Ternyata ia sudah tidak ada. Ia sudah naik ke lantai atas.

Salwa mengejar Ray. Ray tepat di depan pintu kamar Salwa. “Eits...” Salwa menghalangi pintu dengan merentangkan kedua tangannya. “Jangan masuk.”

“Lah, kenapa? Gue kan sepupu lo.” Tanya Ray.

“Gue masih belom percaya. Lo nipu kan?” Salwa malah menodong Ray.

“Astaga tuhan... lo masih gak percaya? Dan lo bahkan ngefitnah gue? Dosa lo. Dosa besar.” Ray melipat kedua tangannya.

“Heh. Buta lo, mata lo. Mana ada orang dateng-dateng ke rumah gue ngaku-ngaku jadi sepupu trus nunjuk-nunjuk foto ngaku-ngaku lagi. Abis itu mau masuk kamar cewe. Yaiyalah gue curiga sama lo.” Jelas Salwa panjang lebar.

“Dasar. Keanu lovers.” Ray memalingkan wajahnya dan melihat rak buku di samping kamar Syuja. Ia menangkap salah satu buku dan mengambilnya. “Lo inget gak buku ini?”

Salwa membaca nama buku itu. “First love di masa puberku.” Salwa menoleh ke wajah Ray. Ia menatap bola mata Ray. Lalu melotot. “Rayhan Shaputra!”

“Iye.” Jawab Ray dengan nada kesal.

“Omaygat Ray!!!”
.
.
.
Bersambung...


Salwa agak pikun ya?😭🤣
Tapi gapapa, author juga agak pikun, makanya suka lupa up🤭

Maapin🙇🏻

Sampai jumpa hari Jum'at!!!

Terbit setiap ->Rabu dan Jum'at

'Dalam Diamnya || Second'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang