XV

5 3 0
                                    

    Sekolah kembali seperti biasa. Kini, tatapan mata Sisi tidak seperti biasanya. Semakin sinis. Secara, Sisi duduk di belakang Salwa. Dan kini, Sisi punya kebiasaan baru, yaitu menarik-narik rambut Salwa. Salwa biasanya hanya memajukan kursinya dan berdehem saja. Supaya guru melihatnya.

“Sisi.”

Sisi mengalihkan pandangannya. “Ya, Bu?”

“Kamu ngapain narik-narik rambut Salwa?” Tanya Bu Eli.

“Ha? Engga. Ibu salah liat kali. Saya gak narik rambut Salwa.” Ucap Sisi membela diri.

“Kamu kalau terus mengganggu pelajaran saya, mending kamu keluar.” Bu Eli menunjuk pintu. Sisi hanya menunduk.

Tak lama, pelajaran usai. Salwa begitu malas untuk turun ke bawah. Malas melihat Nabila, malas melihat Sisi dengan Dion, dan malas yang lain.

Tok... Tok...

Salwa mengangkat kepalanya. Ada Ega dibalik pintu. “Lo duluan aja, Ga. Gue lagi gak mau ke bawah.”

Ega memutar bola matanya. Ia main masuk dan duduk di depan Salwa. “Hhh... kalo lo gak ke bawah, gue juga ikut.” Salwa kembali mengangkat kepalanya, namun dengan mata yang sedikit melotot. Ega tertawa melihat wajah Salwa.

Di lain tempat...

“Kamu mau pesen apa?” Tanya Dion.

“Ehm... aku samain aja kaya kamu.” Ucap Sisi manis. Dion megangguk dan memesan sesuatu.

“Em, Si. Kamu denger ga? Kemaren kan Salwa masuk RS.” Kata Dion membuka topik

“R-RS?” Tanya Sisi gugup.

“Iya. Kamu kenapa jadi gugup gitu?”

“Hah? Engga kok. Emang dia masuk RS kenapa?” Tanya Sisi.

“Yaa... kata Tante Wulan sih, dia ada luka gitu di kepalanya.”

Deg...

Sisi seketika langsung teringat kejadian di dekat tangga kemarin sore.

Flashback mode on...

“Jauhin Dion, atau gue yang buat DION NGEJAUHIN LO!” Sisi teriak tepat di telinga Salwa. Dengan tangan yang masih mencengkram rambut Salwa.

Salwa tidak bisa berbuat apa-apa selain mencoba melepaskan tangan Sisi dari rambutnya.

Dug...

Salwa terjatuh dan pusing. Sangat pusing. Ia melihat samar-samar Sisi pergi dengan berlari. Sisi baru saja menjedotkan kepalanya ke dinding. Salwa memegang bagian kepalanya yang terasa sakit.

“Darah.”

Flashback mode off...

“Si, Si.” Dion melambai-lambaikan tangannya di hadapan Sisi. “Kamu gak apa-apa?”

“Heh? Iya. Gak apa-apa.”

“Yaudah nih makan seblaknya. Nanti keburu dingin.” Dion menyodorkan semangkuk seblak dan langsung dilahap oleh Sisi. Mereka berdua tersenyum.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata melihat dan langsung menggertak sendiri. “Sisi... Sisi. Cantik juga permainan lo.” Ia tersenyum dengan senyum sinis.

*****

Yaa... seperti biasa. Salwa tampak selalu murung setelah kejadian dengan Sisi kemarin. Rasanya, luka di kepalanya dapat membuat dirinya menjadi tampak lebih murung. Ega dan Dion menjadi bingung dengan sikap Salwa yang tidak seperti biasanya.

“Yon, Salwa kenapa si?” Bisik Ega ketika mereka sedang duduk di kantin. Balasan yang dibalas Dion hanya mengangkat bahu.

Ega memutuskan untuk mendatangi Salwa yang sedang sendirian di meja dekat dinding. Ia bilang sedang ingin sendiri dulu.

“Salwa...” Ega duduk di hadapan Salwa. Namun, Salwa tidak menjawab. “Sal...” Ega memiringkan wajahnya.

“Apa?” Tanya Salwa.

Ega memutar bola matanya. “Enggak.”

Salwa menghela napasnya panjang. Ia mengambil handphone nya dan menelfon seseorang.

“...”

“Sini cepetan.”
.
.
.
Bersambung...


Hai, udah masuk bulan September nih... Siapa ni yang bulan ini umurnya nambah? wkwk

Rabu ya? Double kan kaya biasa?

Iya double, aku mau bocorin sedikit deh, Jum'at itu aku mau up double sama ada bonus chap nya gitu. Baik banget khan?🥺

Sampai jumpa hari Jum'at!!!

Terbit setiap ->Rabu dan Jum'at

'Dalam Diamnya || Second'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang