XIX

7 3 0
                                    

    “Si Ray itu tinggal di rumah lo?” Tanya Dion sambil melepas helm nya.

“Iya.” Jawab Salwa singkat.

“Selamanya gitu?”

“Ish elu. Kaya anak kecil aja.” Salwa menepak pundak Dion. “Ya engga lah.”

“Ohh... kirain.” Dion melepas kunci dari motor dan mulai masuk ke halaman sekolah.

“Emang kenapa sih lo dari kemaren nanya Ray nadanya sok asik gitu?”

“Sok asik apanya si.” Ujar Dion dingin.

“Huh.” Salwa jalan mendahului Dion dan masuk kelas dulu. Ia meletakkan tasnya di tempat duduk favoritnya. Pojok.

“Sal.” Sisi datang dan langsung duduk di depan Salwa. “Lo bisa gasi. Jauhin pacar gue, seharii aja.” Nada bicara Sisi agak ditekan. “Dion tuh bilangnya gapernah ada waktu buat gue. Tapi dia bisa jalan sama lo semalem kan?”

“Jalan? Gue semalem kan makan sama abang gue.”

“Gausa pura-pura deh lo.” Sisi bangkit dan sudah siap-siap untuk menarik rambut panjang Salwa. Namun, Salwa mencegah dan bangkit juga.

“Sekarang gini deh. Gue udah nyoba ga hubungin Dion. Gue udah nyoba buat ga ketemu sama Dion. Dan gue udah nyoba buat ga berangkat bareng sama Dion...” Sisi hendak menyela namun segera disusul lagi. “...tapi, gue gabisa. Karena Dion itu tiap hari main sama abang gue. Yang otomatis bakal ketemu dan kontak langsung sama gue.” Lanjut Salwa.

“Ih... banyak bacot lo!” Sisi spontan menarik rambut Salwa. “Ga cukup luka lo di kepala ha?!” Kini Sisi sudah naik darah. “Mau gue ancurin sekalian kepala lo hah?!”

“Aduh... beraninya main tangan, cuih.” Masih sempat-sempatnya Salwa menjatuhkan Sisi dalam keadaan rambut ditarik. “Makanya punya laki tu dijaga...”

“Diam!” Sisi menarik lebih rambut Salwa. Ia juga mencengkram tangan kanan Salwa.

*****

“Duh... Dion goblok. Lo si suka banget kelepasan.” Dion menaruh asal tasnya dan langsung berlari turun tangga untuk menemui Salwa.

“Lo bisa gasi gausah ganggu idup gue?!”

“Ya elo yang duluan nyenggol gue.”

“Kalo lo ga nyenggol Dion, gue gabakal nyenggol elo!”

“Ya gue udah kenal Dion dari orok lo mau apa?”

“Ada apaansi ribut-ribut di kelasnya Salwa?” Batin Dion. Dengan cepat Dion masuk ke kelas. “SISI!”

Salwa dan Sisi menoleh ke arah suara.

“E-eh. D-Dion.” Sisi melepaskan tangannya dari rambut Salwa. “K-kamu, ngapain kesini?” Ia langsung mendatangi Dion. Dion langsung membawa Sisi keluar kelas.

“Dasar, cewe aneh.” Salwa membenahi rambutnya dan mengintip dari jendela apa yang mereka lakukan. Namun nihil. Kaca mereka kedap suara.

“Ngapain kamu tadi di dalem?” Tanya Dion pura-pura tak tahu. Padahal ia sudah melihat semuanya. Ia juga sedang menguji kejujuran Sisi.

“Ehm... engga. Kan tadi kita lagi bercanda aja...” Sisi terkekeh.

“Serius, ga kenapa-kenapa?” Tanya Dion lagi untuk memastikan.

“I-iya, serius.”

“Mau jujur apa putus?” Tanya Dion lebih dingin.

“K-kok, gitu?” Sisi mulai panik.

“Jujur, apa putus?” Dion bertanya lagi.
.
.
.
Bersambung...

Huaa... Rabu kemaren ga sempet update...😭

Maaf ya lagi agak nge drop, jadinya ga sempet ngupload😭🙏🏼

Aku jadinya harus double 4x lipat deh😔

Yaudah demi kalian, semangat bacanya-!!!

Terbit setiap ->Rabu dan Jum'at

'Dalam Diamnya || Second'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang