XVIII

4 3 0
                                    

    “Yang tadi itu siapa?” Tanya Dion dingin.

“Yang mana?” Tanya Salwa.

“Hhh... Yang di IG lo.”

“Ko gitu nada ngomongnya.” Salwa melirik Dion sinis.

“Udah buruan siapa?”

“Ya itu Ray.”

“Ray siapaaa...” Tanya Dion gemash.

“Sepupu gue.”

Dion terdiam sejenak. “Bohong ya.” Dion masih tak percaya.

“Terserah kalo lo gak percaya.” Salwa melipat kedua tangannya di dada.

“Yaudahiya maap.” Dion mulai mengacak rambut Salwa.

Bugh...

“Sshh... sakit...” Dion memegang perutnya, lalu tertawa secara diam-diam.

“Makanya, jangan suka ngacak-ngacak rambut orang.” Mata Salwa sudah sinis.

“Aduh...” Dion agak membungkukkan badannya. Ia meringis secara berpura-pura.

“Apaansi lebay banget. Ditepak pelan doang.”

“Ser... ius... sak... it banget.” Dion agak melirik ke Salwa. Ia melihat raut wajah Salwa sudah agak panik.

“Ih... jangan bercanda...”

“Sum... pah...” Dion mengangkat dua jarinya.

“Duhh yaudah gue minta maap...” Kini Salwa memegang tangan Dion dan agak mengusap perut Dion. Tak ada jawaban, Salwa mendongak dan melihat Dion sedang menahan tawa. “Ih...” Salwa mencubit perut Dion untuk yang kedua kalinya.

“Aduh, kenceng bat gila.” Dion meremas perutnya. Kali ini benar-benar sakit.

“Bodoamat. Ga peduli.” Salwa jalan mendahului Dion. Diam-diam, senyuman tersungging dari bibir mereka berdua.

Dion menyusul Salwa dengan setengah berlari. Dion langsung memegang pinggang Salwa ketika sudah sejajar.

“Kok tumben lo nanyain Ray?” Tanya Salwa.

“Emang gaboleh?” Ujar Dion sinis. Salwa menutup mulutnya dan sedikit tertawa. Sepasang mata pun melihat dari balik kacamata hitam yang dipakainya.

“Belom cukup ya gue bikin luka di kepala lo? Sekalian kali ya, gue bikin luka di seluruh tubuh lo.”

*****

“Lo gak sekolah?” Tanya Salwa ketika mereka bertiga sedang sarapan bersama. Mama dan Papa Salwa sedang dinas di luar kota bersama. Baru pulang bulan depan.

“Lagi ngambil cuti.” Ujar Ray lalu melahap ayamnya.

“Dih begaya lo. Mentang-mentang SMK.” Ledek Salwa.

“Tau ya, baru masuk aja udah cuta cuti cuta cuti. Ntar tiba-tiba di keluarin dari sekolah. Hahahaha...” Sambung Syuja.

“Lah kalo misal gue di keluarin, gue pindah sekolah lah ke sekolahan kalian. Sekalian aja gue pindah rumah kesini.” Ujar Ray. Tak ada yang mendengarnya. Salwa dan Syuja sibuk tertawa.

Syuja menyudahi tertawanya. “Dah blom makannya, Sal? Kita berangkat.” Tanya Syuja.

Tak ada jawaban dari Salwa. Ia malah mengangkat ketiga jarinya. “Satu...”

Syuja dan Ray tampak bingung. “Dua...” Lanjut Salwa. Baru Salwa ingin mengangkat jari ketiga, tiba-tiba ada suara dari depan.

Tin... Tin...

Ray, Salwa, dan Syuja bersamaan menoleh ke depan. “Tara... bodyguard gue dah dateng... dah ya, princess berangkat dulu...” Salwa bangun dan menyalami kedua laki-laki yang masih ternganga.

“Emang Salwa punya bodyguard?” Tanya Ray bingung.
“Ya engga lah goblok.” Syuja kembali tertawa. “Itu temennya. Lo percaya aja ama anak dajjal.” Syuja tertawa lagi, namun agak singkat.

“Trus, gue disini sendiri gitu?” Ray menunjuk wajahnya sendiri.

“Iyalah, mau kemana lo? Gue pen berangkat. Jan kemana-mana.” Syuja bangun dan memakai tasnya.

“Ati-ati bro.” Ujar Ray agak teriak. Syuja hanya membalasnya dengan lambaian tangan.

Setelah Syuja hilang ditelan tikungan, Ray masuk dan duduk di ruang tamu. “Elu si goblok. Datengnya pas hari sekolah begini. Nasib... nasib...” Ray memilih untuk bermain dengan handphone nya selama tidak ada orang dirumah.
.
.
.
Bersambung...

Duh... author baper sama Dion😭

Ini masi permulaan, wkwk

Terbit setiap->Rabu dan Jum'at

'Dalam Diamnya || Second'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang