Bagian 7 : Kebenaran

44 7 0
                                    


Everyia mulai memasuki rumah mewah itu, dia menatap sekelilingnya. Ukiran-ukiran bunga di tiang-tiang rumah itu sangat indah dan sangat mirip dengan aslinya. Everyia di persilakan duduk oleh salah satu pelayan di sebuah sofa, ia di hidangkan beberapa kue dan makanan ringan lainnya. Sementara Jefri dan Daniel pergi entah kemana, di ruangan itu hanya Everyia sendiri.

"Kemana mereka? Kenapa meninggalkanku sendiri?" ucap Everyia bingung.

Dia mulai memakan beberapa kue, Everyia memang menyukai yang namanya kue. Dia memakan kue itu sambil menatap sekeliling berharap salah satu dari tiga pemuda itu menghampirinya, karena dia merasa canggung harus duduk sendiri di tempat yang asing.

                               ***

Seorang pemuda sedang berbicara dengan wanita setengah baya di sebuah taman mereka terlihat serius, tapi tidak dengan wanita setengah baya itu. Dia sesekali tertawa kecil karena berhasil  menggoda sang putra.

"Saya ingin menceritakan sesuatu pada, bunda," ucap Samuel.

"Menceritakan tentang apa, putraku?" tanya Marta--ibu Daniel dan Samuel.

"Tadi saat di hutan saya bertemu seorang gadis, dia sedang mengintip saya dan Daniel yang berlatih. Saya merasa ad--"

"Coba bunda tebak, kamu pasti menyukai gadis itu. Akhirnya, bunda akan segera mendapatkan cucu. Di mana gadis itu sekarang? Kau membawanya ke rumah kan?" tanya Marta.

Samuel menunduk, entah kenapa dia merasa pipinya agak memanas saat mendengar sang ibu mengucapkan kata 'cucu'. "Em, maaf bunda. Bukan itu yang ingin saya katakan," jelas Samuel.

"Kalau bukan itu, berarti kamu ingin mengatakan bahwa kamu akan menikahi gadis itu?" tanya Marta lagi.

"Bukan bunda, bukan itu. Saya hanya ingin mengatakan kalau saya merasa ada yang aneh saat bertemu gadis itu, ad--"

"Sudah kuduga, kamu pasti menyukai gadis itu." Lagi-lagi Marta memotong ucapan sang putra. Dia bangkit dari duduknya dan mencari sosok gadis yang di ceritakan sang putra. "Aku harus menemui gadis yang berhasil mencuri hati putraku."

"Bunda. Bukan itu yang ingin Samuel katakan." Samuel mengikuti langkah sang ibu.

"Siapa gadis cantik itu. Atau mungkin dialah gadis yang berhasil mencuri hati putraku? Putraku memang pintar memilih gadis, dia sangat cantik," ucap Marta sambil menatap seorang gadis yang sedang duduk sambil menyantap beberapa kue yang tersaji di meja.

Saat Marta hendak melangkah mendekati gadis itu, Samuel menahan tangannya. "Maaf bunda, Samuel tidak menyukai gadis itu. Samuel hanya ingin mengatakan, kalau Samuel merasakan ada aura yang berbeda pada gadis itu," jelas Samuel.

"Aura yang berbeda? Apa maksudmu?" tanya Marta.

"Mungkin bunda akan tahu jika sudah menemui gadis itu."

Marta mengangguk, dia berjalan mendekati Everyia. Ia langsung duduk di samping gadis berambut pirang itu, gadis berambut pirang itu langsung menunduk untuk memberi hormat pada wanita paruh baya itu.

"Namamu siapa?" tanya Marta.

"Nama saya Everyia," jawab Everyia.

'Memang ada aura yang aneh pada gadis ini, tapi aura ini sangat kuat dan besar.'

"Nama yang cantik, hampir secantik pemiliknya," puji Marta.

"Terima kasih ...."

"Bunda, kau boleh memanggilku bunda," ucap Marta sambil tersenyum.

"Terima kasih, Bunda."

"Apa bunda boleh tahu, dari mana kamu berasal?"

"Dia berasal dari dimensi lain, Bun," ucap Jefri sambil duduk di kursi yang ada di samping Daniel dan Samuel.

"Dimensi lain?" tanya Marta, Daniel, dan Samuel bersamaan.

"Iya, dia dari dimensi lain."

Marta menatap Everyia. "Apa benar yang dikatakan oleh Jefri?"

"Saya kurang yakin, tapi saya rasa itu benar."

"Pantas saja aku merasa ada aura yang berbeda, ternyata kamu dari dimensi lain," ucap Daniel sambil menganggukan kepalanya, sementara Samuel dia masih belum yakin. Karena dia merasa ada aura yang benar-benar aneh pada Everyia.

"Bukan, ini bukan aura dari dimensi lain." Ucapan Marta membuat tiga pemuda itu bingung termasuk gadis yang ada di sampingnya. Dia meraih tangan Everyia, kemudian menggenggamnya. "Aura yang ada pada gadis ini sangat kuat, gadis ini bukan orang sembarangan. Elemen dalam dirinya sangat kuat. Dia tidak terlahir dari dimensi lain, dia terlahir dari dimensi ini, tapi ...."

"Tapi apa, bun?" tanya Daniel penasaran.

"Tapi gadis ini bukan dari negeri ini, dia berasal dari Negeri Awan," ucap Marta sambil melepaskan tangan Everyia.

Everyia membeku mendengar ucapan Marta, dia merasa ucapan Marta itu sangat tidak mungkin. Karena negerinya, tempat dia lahir bernama Everton bukan Negeri Awan. Berbeda dengan Everyia, Samuel kaget saat mendengar 'Negeri Awan' di sebut ibunya.

"Apa bunda yakin, Negeri Awan sudah menghilang belasan tahun yang lalu. Tidak mungkin dia berasal dari Negeri Awan," ucap Samuel.

"Negeri Awan memang sudah lama menghilang, tapi gadis ini memang berasal dari Negeri Awan," ucap Marta.

"Tidak mungkin! Saya berasal dan terlahir dari Everton bukan Negeri Awan," bantah Everyia.

"Kau salah nak. Kamu sebenarnya berasal dari Negeri Awan bukan Everton, kau tinggal di negeri Everton saat kamu ditemukan oleh orang tuamu yang sekarang," jelas Marta.

"Berarti mereka bukan orang tua kandung saya?" lirih Everyia.

Bersambung ....

Jangan lupa vote dan komen yah :)




EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang