Bagian 21 : Ramalan salah?

35 4 0
                                    

"Kau cukup pintar ternyata gadis manis," ucap Penyihir Kerya sambil menyeringai.

"Kau telah masuk perangkapku ... gadis manis." Penyihir Kerya bertepuk tangan, puluhan kelelawar raksasa dan burung hantu raksasa mengelilingi Everyia, Samuel dan Daniel. Kelelawar dan burung hantu itu langsung menyerang tiga orang itu.

Mereka bertiga hanya bisa menghindar karena memang mereka tidak bisa melawan karena tidak memiliki senjata. Ingin menggunakan kekuatan, tapi mereka berada di hutan yang tidak ada mata air jadi mereka tidak bisa menggunakan kekuatan mereka.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Daniel sambil menendang beberapa kelelawar.

"Untuk sementara kita harus menghindar," jawab Everyia sambil menghindari serangan burung hantu.

"Tidak! Jumlah mereka terlalu banyak, kita tidak bisa terus menghindar. Everyia sebaiknya kau membuat tiga pedang air, cepat!" ucap Samuel.

"Baiklah, tapi kalian harus melindungiku untuk beberapa saat karena aku butuh kosentrasi," ucap Everyia sambil menutup matanya.

Samuel dan Daniel mengangguk, mereka menyerang kelelawar dan burung hantu yang berusaha mendekati Everyia. Sementara Everyia ia terus berkosentrasi dan membuat pedang air.

'Creliq uyn swoce!'

Tiga pedang panjang langsung muncul di depan Everyia. Ia meraih pedang air yang berada di tengah, Samuel mengambil pedang air yang berada di sebelah kanan sedangkan Daniel mengambil pedang air di sebelah kiri.

Mereka bertarung melawan para burung hantu dan kelelawar raksasa itu. Mereka mengayunkan pedangnya dengan cepat ke arah para musuh dan dengan sigap menghindar saat ada serangan yang mendekat.

***

Samuel melompat cukup tinggi kemudian ia melakukan tendangan berputar di udara, beberapa kelelawar langsung terjatuh ke tanah. Tak hanya sampai di situ, Samuel terbang dengan cepat melewati para kelelawar. Saat sampai di belakang para kelelawar, ia memutar pedangnya kemudian melepaskannya, pedang itu terus berputar sambil melayang melukai para kelelawar dan akhirnya para kelelawar itu terkapar di tanah.

'Ternyata cukup mudah.'

***

Daniel mengayunkan pedangnya ke arah para burung hantu, sesekali ia menendang para burung hantu hingga terjatuh ke tanah. Ia tersenyum penuh kemenangan saat melihat para burung hantu itu terjatuh, tapi serangan belum berhenti. Puluhan burung hantu langsung menyerangnya, dengan sigap ia menghindar.

"Baru juga senang, udah di serang lagi aja," gerutu Daniel.

Daniel terbang kemudian ia menatap para burung hantu itu tajam, ia terbang dengan cepat ke arah para burung hantu itu sambil mengayunkan pedangnya menyayat tubuh para burung hantu. Beberapa burung hantu jatuh terkapar ke tanah, beberapa lainnya masih menyerang Daniel.

Daniel terbang dengan sangat cepat mengelilingi para burung hantu, saat para burung hantu tidak bisa melihatnya dengan jelas karena ia terlalu cepat. Daniel memutar pedangnya kemudian melempar pedangnya ke arah para burung hantu, puluhan burung hantu kembali jatuh terkapar ke tanah. Sisanya langsung di tendang oleh Daniel yang membuat mereka ikut terjatuh ke tanah.

***

Everyia terbang sangat tinggi, puluhan kelelawar dan burung hantu terbang dengan cepat mengikutinya. Everyia merasa sedikit takut, tapi ia segera menghilangkan rasa takut itu. Ia mengingat ucapan Patrisyia untuk selalu berani.

'Creliq uyn swoce!'

Everyia kembali membuat sebuah pedang, kini di masing-masing tangannya ada sebuah pedang air. Setelah di rasa cukup tinggi, Everyia menghentikan terbangnya. Ia merentangkan kedua tangannya yang memegang pedang air, ia berputar-putar menghampiri puluhan kelelawar yang terbang mengikutinya.

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang