Bagian 20 : Menyamar?

28 4 0
                                    

'Sya trim!'

Setelah mengucapkan mantra dan melakukan gerakan yang ada di dalam kitab, tidak ada sebuah portal pun yang muncul. Everyia terlihat kecewa saat dia gagal, tapi dia tidak menyerah. Ia hendak mengambil kitab itu untuk melihat apakah ada yang salah dengan gerakan atau mantranya, tapi Marta menggenggam tangannya.

"Everyia, kau baru saja pulang. Apakah kau akan langsung menemui Penyihir Kerya?" tanya Marta.

"Tentu saja bunda, aku harus segera menyelesaikan misiku," jawab Everyia.

"Aku tahu, tapi sebaiknya kau beristirahat. Kau jangan melanjutkan perjalanan sekarang karena ini sudah malam, kau juga harus pulihkan energimu dulu."

"Tidak ada waktu bunda!"

"Ada banyak waktu! Kau harus beristirahat!" tegas Marta.

"B-baik bunda." Everyia menunduk, kemudian ia mengekori Marta yang berjalan ke suatu tempat bersama Samuel dan Daniel. Suatu cairan menetes di tangannya, Everyia pun menengadahkan tangannya. Dua tetes cairan berwarna merah jatuh ke tangannya.

"Ini apa?" Everyia mendekatkan telapak tangannya yang di jatuhi cairan merah ke hidungnya. "Ini darah! Bagaimana bisa ada darah yang tiba-tiba menetes?"

Saat Everyia sedang menatap dua tetes darah yang ada di tangannya, tiba-tiba dua tetes darah itu menjadi sangat sedikit dan menghilang tanpa bekas, seolah-olah darah itu di hisap tangannya. Everyia sangat kaget melihat itu, tapi dia tidak lagi mempedulikannya karena Marta sudah memanggilnya.

***

'Kenapa bunda melarangku, padahal aku harus segera menyelesaikan misiku.'

Everyia sedang berbaring di atas sebuah kasur sambil menatap langit-langit. Ia agak sedikit bingung dengan sikap Marta, tapi dia tidak mau memikirkan hal negatif tentang Marta karena dia yakin, Marta hanya khawatir.

"Aku harus segera pergi ke Negeri Gerlin, kalau tidak negeri itu juga bisa hancur," gumam Everyia sambil merubah posisinya menjadi duduk.

Saat Everyia sedang asik bergumam tubuhnya tiba-tiba menggigil dan bergetar hebat, bahkan tubuhnya sampai melayang-layang tidak tentu arah dan beberapa kali menabrak dinding.

Everyia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Hingga akhirnya tubuhnya menabrak dinding dengan sangat keras, tubuhnya langsung jatuh ke lantai dan ia pingsan.

***

Di sebuah ruangan bernuansa putih, seorang gadis tengah terbaring tidak berdaya di atas ranjang. Seorang wanita setengah baya sedang berdiri mendampingi gadis itu. Cukup lama pingsan akhirnya gadis itu sadar, ia perlahan membuka matanya. Ia melihat sosok aneh bertaring berdiri di sampingnya.

'S-siluman?' tanya gadis itu dalam hati.

Everyia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Ternyata orang yang berdiri di sampingnya adalah Marta bukan sosok aneh bertaring yang tadi di lihatnya.

'Mungkin tadi aku salah lihat.'

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Marta panik sambil menggenggam tangan Everyia.

Everyia tersenyum melihat Marta, ia menarik tubuhnya untuk duduk. Ia bersandar di dinding ruangan itu. "Aku tidak apa-apa bunda."

"Bunda sangat lega, tadi kau pingsan. Bunda sangat khawatir." Marta langsung memeluk Everyia erat, tapi mata Everyia langsung membulat sempurna saat tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Marta.

'Tubuh bunda ... aneh. Bunda tidak memiliki detak jantung! Ini mustahil! Ada sesuatu yang salah, aku harus mengungkapnya.'

Everyia memasang wajah datar untuk menyembunyikan kebingungannya, setelah Marta melepaskan pelukannya ia langsung memasang senyum palsu. Marta menatap Everyia sendu, ia menggenggam tangan Everyia dengan erat.

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang