Bagian 9 : Awan aneh

48 5 0
                                    


"Everyia, kamu tidur di kamar ini," ucap Marta sambil membuka sebuah ruangan bernuansa biru muda.

"Iyah, terima kasih bunda," ucap Everyia sambil tersenyum.

"Sama-sama. Jika kamu butuh apa-apa, kamu panggil saja bunda atau yang lainnya. Anggap rumah sendiri dan jangan sedih lagi," ucap Marta sambil mengusap pelan rambut Everyia.

"Terima kasih, bunda."

Marta mengangguk kemudian melangkah menuruni tangga, ia menuju ruang tamu. Everyia melangkah memasuki ruangan yang akan menjadi kamarnya itu, dia menatap sekeliling. Ruangan itu di penuhi buku-buku unik, lampu di ruangan itu juga indah. Banyak kupu-kupu kecil mengelilingi lampu itu.

"Aku berharap aku bisa segera kembali dan meminta penjelasan tentang semuanya kepada ayah dan ibu," ucap Everyia setelah tubuhnya ia jatuhkan di atas kasur.

"Tempat ini ... apa aku bisa nyaman tinggal di tempat ini? Semoga saja, orang-orang di sini baik padaku. Padahal aku baru bertemu dengan mereka," ucap Everyia sambil menatap langit-langit ruangan yang kini menjadi kamar barunya.

***

"Apa bunda yakin, kalau gadis itu benar-benar berasal dari Negeri Awan?" tanya Samuel.

"Bunda sangat yakin, gadis itu memiliki aura yang sangat kuat. Bunda juga yakin, gadis itu pasti memiliki kekuatan yang sangat besar," jawab Marta.

"Bener, bun. Kemarin saja, saya melihat dia bisa mengendalikan air bahkan dia bisa berdiri di atas ombak yang di buatnya," jelas Jefri.

"Beneran? Berarti Everyia hebat banget dong," puji Daniel.

"Idaman aku banget, cantik, manis, kekuatannya hebat pula," ucap Daniel, ia menyandarkan tubuhnya di sofa dan menatap langit-langit ruangan itu sambil tersenyum.

"Daniel! Ini bukan saatnya untuk bercanda! Keberadaan gadis itu di sini, akan membahayakan. Baik itu untuk dirinya sendiri ataupun untuk kita. Gadis itu adalah yang di incar selama ini, tapi kita tetap harus menjaganya," jelas Marta.

"Maksud bunda?" tanya tiga pemuda itu bersamaan.

"Dia gadis dalam ramalan," jawab Marta dengan lirih.

"Ingat! Kalian harus menjaga gadis itu." Marta meninggalkan tiga pemuda yang masih membeku dan larut dalam pikirannya masing-masing.

"Gadis dalam ramalan?" ucap Samuel.

"Berarti gadis itu adalah putri Ratu Lertyia dan Raja Gilbert, putri dua negeri. Keturunan dua bangsawan terkuat di lima negeri, bagaimana mungkin dia adalah putri itu? Bukankah putri itu sudah menghilang bersamaan dengan hilangnya Negeri Awan?" tanya Samuel sambil menatap adik dan sahabatnya.

"Tidak mungkin lah putri itu hilang, dia sudah di sebutkan di dalam ramalan. Jadi gak mungkin hilang sebelum nyelesain misinya," ucap Daniel santai sambil memakan beberapa cemilan yang tersaji di atas meja.

"Kalau aku yang menjadi Everyia, aku akan kabur kembali ke dimensi yang lama dan tidak mau mengingat-ngingat lagi dimensi ini ataupun misinya. Misi itu kan sangat berbahaya, apalagi dia seorang wanita pasti akan lebih sulit," ucap Jefri.

"Tidak akan semudah itu, sedari dulu dia sudah mencari dan mengawasi hampir semua gadis yang ada di lima negeri termasuk negeri ini. Kalau dia sudah mengetahui tentang Everyia, dia tidak pernah membiarkan Everyia kembali ke dimensinya sebelum ia membunuhnya," ucap Samuel.

"Iya juga yah. Susah banget."

"Itu sudah menjadi takdirnya, tapi sebaiknya kalian jangan memberi tahunya dulu." Samuel bangkit dari sofa ia menaiki tangga dan menuju kamarnya.

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang