Everyia masih mendengkus kesal sambil menatap tajam tiga pemuda yang ada di depannya. Dia berdiri, ia kembali menatap tajam tiga pemuda yang masih tertawa itu. Ia melangkah menjauhi tiga pemuda itu, dia kembali mencoba apa yang tadi di ajarkan oleh Samuel.
"Idly van!"
Everyia melompat kecil, tubuhnya langsung melayang dengan sempurna. Ia tidak lagi bersorak, dia terus berkosentrasi agar tidak gagal lagi. Setelah berhasil ia terbang sambil berputar-putar di udara, tiga pemuda yang tadi menertawakannya sekarang menatapnya takjub.
"Aku sudah bisa kan! Jadi berhenti menertawakanku!" tegas Everyia setelah ia mendaratkan kakinya tepat di depan tiga pemuda itu.
"Ya, ya, ya. Kami mengakuinya," ucap Daniel.
"Kamu memang hebat, kamu hanya membutuhkan beberapa menit untuk bisa lancar terbang. Tidak seperti seseorang, dia membutuhkan lebih dari satu purnama agar bisa lancar terbang," sindir Samuel pada sang adik.
"Hey! Kau menyindirku! Aku akui, aku memang membutuhkan hampir dua purnama untuk bisa lancar terbang, tapi kau jangan menyindirku seperti itu!" ketus Daniel tidak terima.
"Ternyata si kuda laut ini bisa merasa tersinggung ternyata," ejek Jefri sambil tertawa.
"Aku juga mempunyai perasaan, jadi wajar kalau aku merasa tersinggung!" ketus Daniel.
"Sudah sudah, jika kalian terus bertengkar kapan aku akan belajar mengendalikan airnya," lerai Everyia.
"Dengerin itu, jangan bertengkar!" ucap Samuel.
"Hey! Kau yang memulai!" ketus Daniel.
"Sudah sudah, kenapa kalian tidak pernah akur?" tanya Everyia.
"Kau tahu Everyia. Mempunyai saudara, tapi tidak ada bumbu-bumbu kekesalan dan kejahilan tidak akan menyenangkan. Bukan begitu saudaraku," ucap Samuel sambil merangkul Daniel.
"Kau benar." Keduanya tertawa bersama.
"Ayo kita ke sungai Gloc," ajak Samuel sambil terbang lebih dulu, kemudian di ikuti oleh yang lainnya.
***
Everyia telah berdiri di atas sebuah batu yang berada di tengah sungai, tiga pemuda tadi berdiri di pinggir sungai sambil menatap Everyia.
"Apa yang harus aku lakukan," tanya Everyia sambil menatap Samuel.
"Kau hanya perlu mengosongkan pikiran, tenangkan hati. Untuk mengendalikan air, kau butuh ketenangan. Ingat pikiran harus kosong dan tenang dan jangan lupa berkosentrasi," jawab Samuel.
"Mengosongkan pikiran? Kenapa? Setiap aku mengendalikan air aku tidak mengosongkan pikiranku. Aku hanya butuh kosentrasi, tapi kenapa kamu menyuruhku untuk mengosongkan pikiran. Apa itu penting?" tanya Samuel.
Daniel dan Jefri menepuk bahu Samuel bersamaan. "Jelasin, aku juga tidak mengerti," ujar keduanya bersamaan. Samuel memutar bola matanya malas, ia terbang dan berdiri di atas air sungai. Ia menutup matanya, ia menggerakan kedua tangannya perlahan ke arah kanan kemudian kiri, setelahnya ia mengangkat tangannya kemudian menghentakan kakinya.
Sungai itu langsung membentuk gelombang, ombak di mana-mana, bukan hanya itu. Pusaran air tercipta di seluruh sungai itu, butiran-butiran air keluar dari pusaran air itu. Butiran-butiran itu melayang mengelilingi Samuel, kemudian berubah menjadi es. Saat Samuel membuka matanya, semuanya langsung terhenti. Pusaran menghilang, gelombang dan ombak juga menghilang, tapi tidak dengan butiran-butiran air yang membeku.
Semua menatapnya takjub, termasuk Everyia."Kau memperhatikan?" tanya Samuel.
"Tentu saja, kau sangat hebat. Bisa mengendalikan air tanpa menggerakan tangan," puji Everyia.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYIA [END]
FantasyPernahkah terbayang dalam pikiran kalian, kalau kalian akan tersesat didunia antah berantah? Tempat yang dipenuhi oleh manusia yang berbeda dengan tempat kita berasal. Tempat yang dipenuhi sihir dan membuat kita memikul tanggung jawab besar hanya da...