Bagian 18 : Harus pulang

31 3 0
                                    


"Kalau begitu sekarang mulailah. Ingat, kau harus berani untuk mengendalikan api," ucap Patrisyia setelah memunculkan beberapa api di sekitar Everyia.

"Baiklah."

Everyia mengangkat kaki kanannya tidak terlalu tinggi, kemudian menghentakannya ke arah kiri. Tangan kirinya terangkat kemudian dia gerakan ke arah kanan dan begitu juga sebaliknya. Tangan kanan dan tangan kirinya membentuk huruf 'X'. Kedua tangannya ia gerakan ke atas dengan lurus, kemudian ia mengarahkan tangannya ke salah satu api yang melayang mengelilinginya.

'Faxtous!'

Salah satu api yang melayang itu langsung menjadi sebuah aliran panjang dan melayang mengelilingi Everyia. Gadis itu mengendalikan api dengan mudah karena memang dia sudah pernah belajar mengendalikan api sebelumnya. Hanya dalam waktu semalam Everyia sudah bisa menguasai elemen api dengan sempurna.

***

Patrisyia dan Everyia sedang duduk di sebuah bunga raksasa yang di buat Patrisyia. Mereka sedang bercanda dan tertawa bersama, mereka terlihat sangat akrab padahal baru beberapa hari bertemu.

"Setelah ini aku akan mengajarimu cara menciptakan api dan air, tapi sebelum itu kau harus menghafal beberapa mantra ini dulu," ucap Patrisyia sambil memberikan sebuah kitab kecil dan tipis berwarna biru dan merah.

"Kitab apa ini?"

"Kitab itu berisi mantra dan gerakan-gerakan untuk mengendalikan semua elemen dan cara membuat sesuatu yang berkaitan dengan sihir. Aku sengaja menulis semuanya di kitab itu, karena kau harus segera pergi."

"Hah! Kenapa? Kau mengusirku?"

"Tentu saja tidak, aku masih sangat ingin mengajarimu dan mengobrol denganmu, tapi ... kemarin ada seekor burung mendatangiku. Dia mengatakan dimensi sihir selatan benar-benar di ambang kehancuran, Penyihir Kerya sangat murka karena tidak bisa menemukanmu. Jadi kau harus segera kembali dan mengalahkan penyihir itu."

"Benarkah? Jadi sekarang adalah waktunya." Everyia menunduk. "Kenapa sangat cepat, padahal aku belum selesai menguasai semuanya, tapi kenapa dia sudah menyerang."

"Ery, kau jangan takut. Kau masih ingat kata-kataku saat malam itu kan?" tanya Patrisyia sambil memegang bahu Everyia.

"Iya aku masih ingat, kau mengatakan. Aku sudah menguasai semua elemen, aku hanya tinggal menyempurnakannya saja." Everyia menatap Patrisyia.

"Kau benar. Sebelum kau pergi besok, hari ini aku akan mengajarimu cara menciptakan air dan api kemudian mengendalikan tanah."

"Terima kasih, kau sangat baik." Everyia tersenyum kemudian memeluk Patrisyia erat.

"Sama-sama, aku juga senang karena bisa membantumu. Kau juga sangat menyenangkan, aku jadi terhibur." Patrisyia membalas pelukan Everyia.

Setelah puas berpelukan, Everyia mulai menghafalkan beberapa gerakan dan mantra yang ada di kitab kecil itu. Setelah di rasa gerakan dan mantra itu sudah menempel di otaknya, Everyia bangkit kemudian berdiri tak jauh di depan Patrisyia untuk mempraktekkan gerakan dan mantra itu.

Setelah melakukan beberapa gerakan yang ada di kitab itu dengan benar meskipun beberapa kali harus mengulang karena salah. Gadis itu tidak menyerah dan akhirnya dia benar-benar sudah menghafal gerakan itu. Akhirnya dia mengulang gerakan itu sambil berkosentrasi dan mengucapkan mantra.

'Uyn Aze!'

Sebuah aliran api yang cukup panjang  muncul di depan Everyia. Everyia tersenyum karena akhirnya dia berhasil, dia menggerakan tangannya dan di ikuti oleh aliran api itu. Dia menari dan memainkan aliran api itu. Walaupun beberapa kali kulitnya di sentuh api, tapi kulitnya tidak terluka ataupun terasa panas sedikit pun.

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang