Everyia tersenyum puas melihat sekelompok laki-laki itu berada di dalam pusaran air yang di buatnya. Ia menggerakan tangannya ke arah pusaran air itu, pusaran air itu langsung mengarah ke arahnya kemudian terjatuh ke sungai bersama dengan sekelompok laki-laki itu. Tice langsung terbang menghampiri Everyia."Waw! Kau sangat hebat, tapi kenapa bisa kamu memiliki kekuatan yang seperti ini. Bukankah kamu bilang kamu berasal dari dimensi yang berbeda, tapi kenapa kamu bisa memiliki kekuatan. Dimensi sihir kan seharusnya hanya satu," ucap Tice.
"Entahlah aku juga tidak tahu, kekuatan ini tiba-tiba saja muncul saat aku sedang berlatih pedang beberapa hari yang lalu," jelas Everyia.
"Benarkah? Jangan-jangan kamu ...." Ucapan Tice langsung terhenti saat Jefri mengagetkan mereka berdua.
"Hey! Kenapa kau bisa berdiri di atas air?" tanya Jefri yang baru saja datang.
"K-kamu bisa terbang!" Everyia membulatkan matanya saat ia melihat Jefri melayang tepat di depannya.
"Wajarlah, di dimensi ini semua manusia bisa terbang kecuali yang tidak memiliki kekuatan, tapi kamu kan tidak berasal dari dimensi sihir. Kenapa kamu bisa memiliki kekuatan?" tanya Jefri, tapi Everyia hanya menggeleng kepalanya.
"Kenapa?" tanya Jefri lagi.
"Jangan mengobrol di sini! Panas! Ayo turun saja," ucap Tice sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Benar juga."
Jefri turun dengan perlahan, sementara Everyia bingung bagaimana cara dia turun. Ia ingin melompat, tapi dia berada sangat tinggi dia takut melompat karena di bawah sangat banyak batu. Tiba-tiba, air dari sungai itu terangkat dengan sendirinya di depan Everyia, air-air itu membentuk sebuah tangga. Tanpa pikir panjang Everyia langsung turun dengan tangga yang terbuat dari air itu.
"Kamu hebat banget, bisa berdiri di atas air, bisa mengendalikan air dan sekarang kamu bisa membuat tangga dari air. Sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa kekuatanmu sangat besar padahal kamu tidak berasal dari dimensi sihir," ujar Tice bingung.
"Titisan dewi kali," ucap Jefri asal kemudian terbang menjauhi dua wanita itu. "Cepatlah, sebentar lagi malam. Kalian bilang kalian mau ke Radsest, ayo cepat."
Tice langsung terbang mengikuti Jefri sementara Everyia dia hanya bisa berlari mengejar dua orang yang sedang terbang itu. Dia merasa sedikit kesal, karena hanya dia yang berlari. Beberapa orang yang mereka temui, semuanya terbang, baik itu anak kecil ataupun orang dewasa. Everyia benar-benar merasa kesal saat ia di tertawakan oleh salah satu anak kecil karena dia tidak bisa terbang.
"Sebenarnya ini tempat apa? Tempat ini sangat aneh! Masa hanya aku yang berjalan di tanah, sedangkan yang lain terbang," gerutu Everyia sambil beristirahat di salah satu batu besar.
"Aku kan bisa mengendalikan air berarti aku punya kekuatan. Jika aku punya kekuatan berarti aku bisa terbang." Everyia berdiri di atas batu itu dengan wajah bahagia, dia mencoba melompat tinggi agar dia bisa terbang, tapi dia selalu gagal.
"Sudahlah, itu sangat melelahkan! Aku tidak akan bisa terbang!"
Everyia mendaratkan bokongnya ke batu besar itu dengan kasar. Dia menatap ke langit, langitnya semakin merah lebih merah di bandingkan saat pertama kali ia datang. Ia melihat ke arah depan, matanya langsung membulat sempurna. Ia baru sadar, kalau Tice dan Jefri tidak ada, mereka sudah terbang sangat jauh.
"Dimana Tice dan Jefri! Kenapa mereka meninggalkanku, sekarang apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu tempat ini, aku harus mencari mereka!"
Everyia langsung berlari mencari dua orang itu, tapi dia tidak menemukan tanda-tanda dari dua orang itu. Ia putus asa, dia bersandar di sebuah batu besar, tapi tiba-tiba dia mendengar suara pedang yang sedang beradu. Sepertinya ada yang sedang bertarung di dekat tempat Everyia beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYIA [END]
FantasiaPernahkah terbayang dalam pikiran kalian, kalau kalian akan tersesat didunia antah berantah? Tempat yang dipenuhi oleh manusia yang berbeda dengan tempat kita berasal. Tempat yang dipenuhi sihir dan membuat kita memikul tanggung jawab besar hanya da...