Bagian 13 : Elemen Api

39 5 2
                                    


Fyra menarik tangan Everyia kemudian membawanya ke sebuah bangunan sederhana yang berada di tengah kota, di tengah ruangan bangunan itu ada seorang laki-laki paruh baya yang sedang bersemedi.

"Dia adalah guru terbaik di kota ini, kamu pasti bisa mengendalikan api dengan cepat. Jika di ajari olehnya," ucap Fyra.

Laki-laki paruh baya itu berdiri kemudian menghampiri Everyia sambil tersenyum. "Akhirnya kau datang juga, silahkan duduk tuan putri," ucap laki-laki itu sambil tersenyum.

"Oh iya. Aku lupa, kau kan seorang putri. Maafkan aku tuan putri," ucap Fyra sambil menunduk hormat.

"Tak apa." Everyia dan yang lainnya duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari rotan.

"Saya adalah Ki Kana, saya sudah lama menanti kehadiran tuan putri. Izinkanlah saya yang mengajari tuan putri elemen api," ucap laki-laki paruh baya yang mengaku bernama Ki Kana itu.

"Tentu saja, saya memang sedang mencari seseorang yang bisa mengajari saya elemen api," ucap Everyia.

"Baiklah kalau begitu, karena sekarang sudah malam kalian istirahat saja dulu. Besok tuan putri akan saya ajarkan cara untuk mengendalikan api. Fyra, antarkan mereka semua ke rumahmu, biarkan mereka menginap di rumahmu," ucap Ki Kana.

"Baik, ayo semuanya ikuti aku."

Fyra bangkit dari kursinya, dia berjalan keluar dan di ikuti oleh yang lainnya. Fyra, Jefri, Tice dan Daniel berjalan lebih dulu sedangkan Everyia dan Samuel berjalan di belakang mereka.

"Di sini lebih banyak orang yang berjalan," ucap Everyia sambil menatap beberapa orang yang sedang berjalan.

"Setiap kota berbeda-beda, Kota Azery tidak terlalu suka terbang. Mereka tidak suka terlalu sering menggunakan kekuatan," ucap Samuel.

Everyia mengangguk kemudian dia mendongakan kepalanya. "Kau benar, setiap kota-kota berbeda. Bulannya juga berbeda, di kotamu berwarna biru sedangkan di sini berwarna merah. Indah, tapi aku lebih suka bulan biru, lebih menenangkan."

"Bulan memang menenangkan."

"Menurutmu, apa aku bisa menguasai elemen api?"

"Tentu saja, kau hebat jadi pasti kau bisa." Samuel tersenyum hangat sambil menatap Everyia. Gadis itu hanya menunduk sambil tersenyum.

                                  ***

Seorang gadis dengan rambut pirang panjang sedang berlatih di tengah beberapa obor yang ditancapkan di tanah, seorang laki-laki paruh baya mengamatinya dari jauh. Sesekali dia memberi aba-aba pada gadis itu.

"Setelah kau menghafal gerakannya, mulailah mengendalikan api dan jangan lupa untuk berkosentrasi. Bacalah mantra yang tadi kuajarkan, kemudian lakukan gerakan itu," ujar Ki Kana.

"Baiklah."

Everyia mengangkat kaki kanannya tidak terlalu tinggi, kemudian menghentakannya ke arah kiri. Tangan kirinya terangkat kemudian dia gerakan ke arah kanan dan begitu juga sebaliknya. Tangan kanan dan tangan kirinya membentuk huruf 'X', kedua tangannya ia gerakan ke atas dengan lurus, kemudian ia mengarahkan tangannya ke sebuah obor.

'Faxtous!'

Api yang ada di obor itu langsung melayang mendekati Everyia, api itu mengikuti semua gerakan tangan Everyia. Ki Kana tersenyum melihat perkembangan muridnya setelah beberapa hari ia mengajarinya. Api itu semakin besar dan membentuk sebuah lingkaran api, Everyia menggerakan tangannya. Api itu kembali ke obor.

"Kau belajar dengan cepat," ucap Ki Kana saat dirinya sudah berada di samping Everyia.

"Iya. Terima kasih, Ki. Karena telah mengajari saya," ucap Everyia

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang