Bagian 8 : Penjelasan

50 8 1
                                    

Seorang gadis bersurai pirang sedang duduk di sebuah kursi panjang yang berada di taman kerajaannya. Dia menatap langit biru dengan sendu, bayangan kejadian sehari yang lalu kembali terputar dalam pikirannya. Di ujung matanya mengalir sungai kecil yang membasahi pipinya.

"Putri Mira." Seseorang duduk di samping gadis itu, tapi gadis tidak menoleh pada orang itu. "Tenanglah, hapus air matamu. Ev pasti segera di temukan, dia gadis yang kuat. Dia pasti selamat, jadi kamu jangan bersedih lagi," hibur Pangeran Rixel sambil tersenyum hangat pada Putri Mira.

"Pangeran Rixel kenapa kamu melarangku untuk bersedih, aku kehilangan sahabatku. Jadi wajar kalau aku bersedih, bukankah Ev juga sahabatmu, tapi kenapa kamu tidak sedih?" tanya Putri Mira sambil menatapnya.

"Ketahuilah Putri Mira. Aku sangat sedih, ini semua terjadi karenaku. Ev sahabatku, tapi aku tidak bisa melindunginya," lirih Pangeran Rixel sambil menunduk. "Aku memang sahabat yang tidak berguna. Maafkan aku," lirih Pangeran Rixel lagi.

Putri Mira menatap sahabatnya itu, dia tidak bermaksud untuk membuat sahabatnya ikut bersedih. "Ini bukan salahmu, ini takdir." Dia mengangkat wajah Pangeran Rixel dengan tangannya, dia tersenyum.

"Tidak ada pangeran yang cengeng, berhentilah menangis. Kurasa ... ucapanmu tadi benar, Ev gadis yang kuat dia pasti selamat." Pangeran Rixel membalas senyuman sahabatnya itu, dia menghapus air matanya dan air mata Putri Mira.

"Kamu juga, jangan menangis lagi."

Hening, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing, tapi tiba-tiba Putri Mira berdiri. Pangeran Rixel ikut berdiri, dia menatap Putri Mira bingung. Dia meminta jawaban kenapa gadis itu tiba-tiba berdiri. Tanpa memberi jawaban, Putri Mira langsung kembali masuk ke dalam istana.

"Putri Mira, kau mau ke mana?" tanya Pangeran Rixel.

"Menemui Panglima Sky!" jawab Putri Mira.

Pangeran Rixel langsung menarik tangan Putri Mira untuk menghentikannya. "Untuk apa kau menemui Panglima Sky?" tanya Pangeran Rixel.

"Aku harus meminta penjelasan darinya!"

"Penjelasan apa?"

"Kemarin aku sempat mendengar dia mengatakan pada istrinya, kalau Everyia kembali ke tempat asalnya. Jadi aku ingin menanyakan tentang itu."

"Aku juga ikut."

                                ***

Seorang gadis dan tiga pemuda sedang duduk di beberapa batu yang cukup besar di pinggir air terjun. Tiga pemuda duduk di batu yang berada di bawah, di atasnya ada sebuah batu besar tempat duduknya seorang gadis. Gadis itu sedang menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya yang ia tekuk.

"Hebat yah Everyia, dia bisa nemuin tempat seindah ini. Untung saja, tadi aku  ikut mengejarnya, kalau tidak. Pasti aku tidak akan melihat air terjun seindah ini," ucap Daniel sambil memandangi air terjun itu.

"Lebay!" ketus Jefri.

"Maaf saya gak LEBAY!" tegas Daniel.

"Terus kalau bukan lebay apa? Lebah gitu?"

"Kamu lebah aku bunga."

"Kamu memang bunga, tapi bunga bangkai!"

Tawa keduanya menggelegar di air terjun itu, berbeda dengan adik dan sahabatnya. Samuel hanya memilih diam sambil terus menatap Everyia, dia masih belum yakin kalau gadis itu berasal dari Negeri Awan. Di sela-sela tawa dua pemuda itu, Samuel mendengar isakan kecil dari gadis itu.
Samuel merangkul adik dan sahabatnya kemudian membisikan sesuatu.

EVERYIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang