💟 2 💟

730 111 96
                                    

Warning: typo bertebaran di mana2...
Alur dibuat berdasarkan kehaluan ttg hubungan mereka...
Jadi harap dimaklumi dan mudah2n bisa diterima dengan baik...

"Yaaa... neo!!" teriak Hyeyoon sedikit terkejut karena ciuman Rowoon yang tiba-tiba.

Pllaaaakk..

Tangan Hyeyoon melayang ke arah pipi Rowoon dan menamparnya. Dia menatap sengit Rowoon yang tengah mengusap pipinya yang memerah. "Keluar," usirnya mendorong tubuh Rowoon agar meninggalkan kamar.

Pria itu tak bergeming, dan tetap diam di tempat, dia hanya memandang Hyeyoon dengan senyum seringainya.

"Keluar kataku!!" teriak Hyeyoon marah melihat seringaian Rowoon.

Semakin Rowoon tak mengindahkan perintahnya, semakin kuat pula dorongan tangan Hyeyoon pada tubuh kekar pria itu, dia bertekad kuat mengusir Rowoon dari kamarnya.

"Oke.. oke.. aku akan keluar sesuai perintahmu." kedua tangan Rowoon terangkat, dia mengerling ke arah Hyeyoon dan memberi nasehat. "Jangan sampai lupa minum obat anti nyeri dan satu lagi, jangan sampai lupa juga untuk mengganti perban di kakimu, melody."

Rowoon berbalik dan mulai melangkahkan kaki ke arah pintu. Bibirnya selalu mengembangkan senyum simpul, ada seraut kepuasan yang nampak di wajah pria itu. Belum sempat sampai pintu, dia mendengar umpatan kasar keluar dari bibir mungil Hyeyoon untuknya.

"Brengsek!! Jangan pedulikan aku, aku sangat membencimu." desis Hyeyoon mendekat dan mendorong tubuh Rowoon keluar dari kamar dan membanting pintunya dengan sangat keras.

Blaaammm...

"Laki-laki brengsek! Lebih baik kamu tak ada di keluarga ini." Hyeyoon berjalan tertatih menuju ranjang besarnya.

Air mata mulai menitik di pelupuk mata coklat gadis itu, dia begitu menyesali tindakan yang di perbuat pria itu padanya.

Bodoh!! Bagaimana bisa dia bertindak bodoh seperti itu? Dan aku.. bagaimana bisa aku kecolongan macam ini? Tak akan ku biarkan laki-laki itu mendekatiku lagi.

"Nona, boleh bibi masuk?" terdengar sebuah ketukan di pintu di susul suara bi Ahreum yang di kenal Hyeyoon.

Perlahan bahkan dengan sangat lirih Hyeyoon menjawab panggilan tersebut, bertengkar dan berteriak dengan Rowoon membuat seluruh tenaganya terkuras habis.

"Masuk saja bi."

Tanpa harus menunggu lama bi Ahreum pun masuk membawa sebuah antiseptik dan perban di tangannya.

"Non. Bibi ke sini mau mengobati luka di kaki, non Hyeyoon." ujar bi Ahreum meraih kaki Hyeyoon.

Wanita itu merasa heran saat melihat kaki nona mudanya ternyata sudah di perban.

"Ah ternyata sudah di obati?!" ada kelegaan dalam nada suara bi Ahreum. Wanita itu tetap memegang kaki Hyeyoon, "Maaf non, kalau bibi terlambat. Bibi tak tau akan seperti ini kejadiannya," desah bi Ahreum, wanita itu meraih Hyeyoon ke dalam pelukannya.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang