💟 22 💟

371 56 36
                                    

Selama nafasku berhembus selama itu pula detak jantungku berdetak untukmu...

Rowoon mendekatkan bibirnya ke arah bibir mungil Hyeyoon. Dia bermaksud mengecup bibir itu ringan saking gemasnya, hanya saja kecupannya meleset karena Hyeyoon bergegas memalingkan wajah.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, cantik. Sejak kepulangan diriku kamu hanya diam dan merenung, seakan-akan ada yang dipikirkan olehmu? Bahkan aku sempat melihat ada sisa air mata di ujung kelopak matamu?" Dia bertanya heran.


Aneh saja, Hyeyoon tak pernah sekalipun menolak kecupannya. Tapi kini, wanita itu mati-matian menghindari sentuhannya. Ia meraih dagu Hyeyoon dan mengarahkan kembali wajah mungil itu ke arahnya. Matanya menelisik tajam, mencari kejujuran dalam manik coklat yang setengah terpejam tersebut.

"Tak ada yang terjadi, sungguh?!" Hyeyoon menggeleng. Dia tetap tak mau memberitahu apa yang terjadi pada Rowoon, rasanya tak sanggup melihat betapa hancur perasaan Rowoon jika mengetahui masalah kehamilannya.

"Kamu bohong, Hyeyoon-ah. Kamu tau kamu tak bisa membohongiku, katakan apa yang sebenarnya terjadi, percayalah aku bisa membaca ekspresimu. Matamu sudah menceritakan semua kesedihanmu." Rowoon mendesah, tangannya tetap berada di dagu Hyeyoon, dia semakin yakin ada yang disembunyikan Hyeyoon darinya, sejak tadi wanita itu sibuk menghidari tatapannya.

"Ak-aku..." ujar Hyeyoon terpatah-patah, bagaimana bisa dia mengatakan hal yang ia sembunyikan dengan gamblang, jika nanti keadaannya akan membuat Rowoon terluka sungguh ia tak bisa.

"Apa yang terjadi, heeem... ayolah katakan padaku, jangan sampai ada rahasia di antara kita. Aku juga tak menyimpan rahasia apa-apa lagi darimu."

Hyeyoon meraih tangan Rowoon yang ada di dagu dan menaruhnya di pipinya yang bulat, sementara itu tangannya sendiri perlahan terulur ke arah wajah Rowoon dan mulai mengusapnya pelan, bibirnya mengulas senyum tipis dan lembut ke arah laki-laki tersebut. "Aku baik-baik saja, sungguh.. percayalah padaku!" Ujarnya tegas ke arah Rowoon.

"Baiklah jika kamu masih bersikeras tidak apa-apa, aku akan percaya padamu, tetapi jika terjadi apa-apa baik denganmu ataupun anak kita, kamu harus segera memberi tahuku."

"Mmm.." Hyeyoon mengangguk mendengar ucapan Rowoon.

"Tidurlah, aku tahu kamu pasti kelelahan, aku akan mandi terlebih dalu sebelum menyusulmu, cantik."

Sekali lagi Rowoon mengecup kening Hyeyoon dan memeluknya sebentar sebelum akhirnya laki-laki itu membuka keseluruhan kemejanya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Woon, bolehkah besok aku pergi?!" Ragu-ragu, pertanyaan yang Hyeyoon ajukan sarat keraguan, dia tidak yakin jika Rowoon akan mengijinkannya pergi.

Rowoon berhenti melangkah, ia menoleh ke arah Hyeyoon. Pandangannya tajam dan penuh selidik. "Kamu mau kemana, cantik?" Tanyanya.

"Soo akan berulang tahun dan dia mengundangku, jadi.. bolehkah aku pergi?" Tanya Hyeyoon sekali lagi. Aku sudah berbohong pada suamiku sendiri.

"Tapi ditemani bibi ya."

Hyeyoon mengangguk, biarlah sang bibi ikut menemani dari pada ia harus melawan ketakutan itu sendirian.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang