💟 13 💟

690 88 29
                                    

No caption, silahkan bubuhkan jejak jempol kalian pada kolom bagian bintang bawah yaaaa..

Akhirnya setelah duduk dalam pesawat selama tujuh jam lebih, pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di bandara Incheon.

Rowoon melambaikan tangan ke arah Justin yang menunggu kedatangannya di depan pintu keluar bandara. Memang dia yang minta Justin menjemput kedatangannya, sehingga dia bisa menghemat waktu dan tak perlu bolak balik antara bandara, rumah, dan kantor.

"Aku langsung ke kantor, jadi maaf aku tak bisa pulang bersamamu, mungil." ucap Rowoon sedikit menyesal.

Hyeyoon mengangguk, "Tidak apa-apa, aku mengerti."

"Berhati-hatilah, minta pak sopir untuk pelan-pelan bawa mobilnya," peringat Rowoon, kebetulan dia juga meminta seorang sopir kantor untuk ikut menjemput kedatangan mereka dan bersedia mengantar Hyeyoon kembali ke rumah.

"Iya. Kamu tenang saja, Woon ah." geleng Hyeyoon geli melihat kelakuan suaminya yang super protektif tersebut.

Sebelum mereka berpisah, pria itu masih menyempatkan diri menoleh dan mengerling ke arah Hyeyoon, "Sepulang dari kantor nanti, aku harap kamu sudah siap untukku."

Mendengar hal tersebut kedua pipi Hyeyoon merona, merah seperti tomat. Wanita itu mengarahkan tangan mencubit ke daerah yang paling disukainya akhir-akhir ini, entah kenapa pipi Rowoon menjadi tempat favorite untuk tangannya mencubit.

"Mesum." deliknya sedikit mengomel.

"Benar tak apa-apa kan, jika kamu pulang diantar sopir? urusan di kantor ternyata sangat pelik, dan Justin tak sanggup menanganinya sendiri." ucap Rowoon lagi, pria itu berbalik ke arah Hyeyoon dan mengusap rambut wanita itu lembut.

"Iyaaa.. astaga, harus berapa kali aku bilang, jangan khawatirkan aku," geleng Hyeyoon.

"Bukan begitu, mungil."

"Aku tak apa-apa, pergilah. Urusan kantor jauh lebih penting, Woon."

"Terima kasih," Rowoon mendekat ke arah Hyeyoon, mencium kening wanita itu pelan dan penuh kelembutan, sebelum akhirnya dia membuka pintu mobil yang sudah Justin siapkan untuknya.

"Hati-hati!" nasehat Hyeyoon.

"Kamu juga."

Hyeyoon mengangguk, dia pun masuk ke dalam mobil yang lain, dan melambaikan tangan ke arah Rowoon sebelum mobil yang dikendarainya pergi meninggalkan bandara.

Sepeninggal Hyeyoon, amarah yang sejak tadi ditahan Rowoon memuncak, dia menggeram saat menerima kunci mobil yang dilempar Justin padanya. Sejak tujuh jam yang lalu dia berusaha menahan semua amarahnya karena Hyeyoon, mungkin bukan hanya tujuh jam, tapi sejak semalam, sejak Justin memberitahu masalah apa yang terjadi di perusahaan.

"Naik!" Teriaknya pada Justin.

Pria berlesung pipi itu pun menurut tanpa banyak bicara, Justin tau jika saat ini bosnya sedang marah besar dan dia tak mau jadi sasaran jika bicara terlalu banyak.

"Bagaimana bisa dia melakukan hal bodoh seperti itu? Mengganti bahan bangunan seenaknya sendiri dan menyebabkan sebuah kecelakaan?" Rowoon mencengkram kuat stir mobil, bibirnya mengatup rapat menahan sumpah serapah yang hendak keluar.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang