💟 14 💟

631 78 49
                                    

Masih tetap no caption
Wkwkwk..

Hyeyoon mengerjapkan mata, merasa heran karena mendapati tiba-tiba dirinya tertidur dengan nyaman di tempat tidur. Bukankah semalam ia berada di sofa dengan Rowoon yang tertidur di pangkuannya? Lantas kalau memang laki-laki itu yang telah memindahkannya, kemana perginya laki-laki itu sekarang? Apa dia tidak ikut tidur bersamanya? Begitu banyak pertanyaan yang timbul dibenaknya saat mendapati dirinya terbangun di tempat tidur tanpa ada Rowoon di sampingnya.

Hyeyoon merenggangkan tubuh sebentar sebelum dia turun dari tempat tidur dan mencari Rowoon ke seluruh penjuru rumah.

"Apa mungkin dia sudah bangun dan langsung berangkat ke kantor? Pagi-pagi begini? Tanpa membangunkan aku?" monolognya, merasa haus Hyeyoon berjalan ke arah dapur, ingin mengambil segelas air minum.

"Nona sudah bangun?!" tegur sang bibi.

Wanita itu mengangguk. "Eumm.. bibi lihat Rowoon tidak?" tanyanya.

Siapa tau karena wanita paruh baya itu selalu bangun lebih awal, sehingga dia melihat Rowoon pergi dari rumah.

"Tuan Rowoon berangkat pagi-pagi sekali, non. Kata tuan, saya tidak boleh membangunkan nona, dan membiarkan nona istirahat." jawab sang bibi.

Hyeyoon hanya bisa mengangguk, sedikit kecewa karena Rowoon tidak membangunkannya.

Melihat raut wajah Hyeyoon yang seperti itu, sang bibi tersenyum geli, baru kali ini dia melihat sinar mata Hyeyoon yang kecewa tapi bukan karena perlakuan keluarganya, lebih tepatnya kecewa dicampur rasa cinta di dalamnya.

"Nona kenapa? Kecewa?"

"Tidak! sudahlah bi, aku mau kembali ke kamar." elak Hyeyoon malu.

Perjanjian tetap perjanjian bukan, dia tidak akan ikut campur urusan Rowoon begitupun sebaliknya. Walaupun laki-laki itu pernah mengucapkan kata cinta padanya, tapi pernikahan mereka tetap sebatas perjanjian, dan Hyeyoon masih ingat akan hal tersebut. Jadi dirinya tidak pantas jika merasa kecewa andai laki-laki itu mengabaikan dan tidak membangunkan dirinya pagi ini untuk berpamitan padanya.

Hyeyoon memasuki kamarnya kembali, pandangannya tertuju ke arah sofa melihat sisa bekas kemesraan mereka semalam di sana. Dan di sofa itu dirinya sadar jika dia sudah sepenuhnya membuka diri dan hatinya dengan memperlakukan Rowoon selayaknya suami.

💟💟💟

Justin melihat tampang seram Rowoon yang tengah membolak-balik berkas yang berisi tanda tangan Goo daeri, tangannya mencengkram dan meremas kertas tersebut sehingga membuatnya seperti gulungan bola, dan melemparnya ke tong sampah. "Seharusnya aku tak pernah percaya orang itu." desisnya sengit.


"Instingmu kali ini salah bos," tegur Justin. "Baru kali ini aku melihatmu salah menilai orang?"


Rowoon menatap Justin dan membenarkan ucapannya, sejak mengikuti jejak Kim Sangyoon bergelut dalam bidang ini, baru kali ini dia kecolongan dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

"Pikiranku sedang tak waras saat itu?" desisnya mengingat saat pertama kali menandatangani berkas yang Goo daeri berikan 2 tahun yang lalu.

Justin terkekeh, dia teringat ketika Rowoon menerima dan menandatangi kontrak tersebut. Saat itu, pria itu tengah mencemaskan Hyeyoon karena terlalu banyak pria yang mendekati gadis itu saat dia berada di New Zeland.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang