💟 16 💟

631 83 31
                                    

Tidak ada kata lain kali. Jangan menyia-nyiakan hari ini hanya karena hari esok. Hargai hari ini lebih dari pada hari esok..

Rowoon tergesa-gesa menaiki tangga menuju kamar, raut wajahnya tak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa. Begitu sang bibi mengabari Hyeyoon pingsan, dia langsung bergegas meninggalkan kantor.

Rowoon tidak peduli jika dirinya saat itu tengah berada dalam meeting yang sangat penting, tanpa permisi ataupun pamit laki-laki tersebut meninggalkan ruang meeting, dan menyerahkan semuanya dalam genggaman Justin.

Nafasnya terengah-engah begitu dia sampai di kamar, dengan tak sabaran Rowoon membuka pintu kamar dan melihat Hyeyoon yang tengah terbaring di atas tempat tidur dengan wajah pucat.

"Apa yang terjadi, bi?" Ujarnya cemas menggenggam tangan Hyeyoon dan meraba dahi wanita itu.

"Barusan non Sewan dan Jin ah ke sini tuan. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga membuat non Hyeyoon tiba-tiba pingsan." Tutur sang bibi dengan menangis kecil.

"Sudah menelpon dokter, bi?"

"Belum, tuan." Gelengnya.

Rowoon mengusap kening Hyeyoon yang berkeringat dingin. Dia menggeram marah mendengar penyebab Hyeyoon bisa pingsan begitu.

"Bi, tolong jaga Hyeyoon. Aku ada urusan sedikit." Bisiknya mengecup kening Hyeyoon sebelum meninggalkannya.

"Ba-baik tuan." Angguk sang bibi tergagap.

Rowoon keluar dari kamar dengan terburu-buru pula, hanya satu yang menjadi tempat tujuannya__ apartemen sang ibu.

Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan Jin ah dan Sewan terhadap istrinya, sehingga menyebabkan ia pingsan seperti itu.

Dengan kecepatan tinggi Rowoon mengendarai mobilnya yang terparkir di depan rumah menuju kawasan Seongnam apart, kawasan elit yang menyediakan apartemen-apartemen mewah.

Sesampainya di sana, laki-laki itu menyerahkan kunci mobilnya ke petugas valet dan bergegas menuju lift untuk naik ke lantai di mana kedua saudara angkatnya tinggal bersama dengan ibu angkatnya.

Rowoon memencet angka sebelas setelah dirinya masuk ke dalam lift, untuk sampai di lantai tersebut dia harus melewati sepuluh lantai dan hal itu membuatnya tidak sabar.

Ting..

Lift terbuka, tanpa memperdulikan lagi orang-orang yang menatapnya dengan heran Rowoon keluar dari lift dan langsung menuju unit apartemen sang ibu dan mengetuknya.

Tak sabar, ingin segera dibukakan pintu oleh mereka, membuat Rowoon semakin mengetuk pintu itu dengan keras, bukan berupa ketukan lagi tapi lebih menyerupai seperti gedoran orang yang ingin menagih hutang.

Tak selang berapa lama, akhirnya pintu itu terbuka dan menampakkan raut wajah Shin Young ae yang sedikit kelelahan.

"Rowoon, tumben, ada ap__?!" Belum sempat Shin Young ae menanyakan maksud kedatangannya, Rowoon menerobos masuk tanpa mendapat ijin terlebih dahulu.

"Mana Sewan dan Jin ah, eomma." Ujarnya menatap ke sekeliling apartemen, bukan ingin menilai, tapi ingin mencari keberadaan Sewan dan Jin ah.

"Mereka ada di kamar, ada a-ap..?" Lagi-lagi kalimat Shin Young ae terputus saat Rowoon memasuki kamar kedua putrinya, dan tanpa ijin darinya.

"Yaaa.. Kim Sewan, Kim Jin ah, keluar kalian." Teriaknya di depan pintu kamar kedua gadis itu.

"Ap-apaan sih, Kenapa teriak-teriak, Woon ah." kedua mata gadis itu terbelalak saat membuka pintu kamarnya dan melihat Rowoon dengan tinggi badannya yang menjulang tengah berdiri di depan pintu.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang