Ugh, ia kembali mendengar jeritan dan bentakan semacamnya. Tenang, itu hanyalah suara kedua orang tuanya yang memang seringkali bertengkar karena hal-hal yang belum Kai tahu.
Ayolah, ia masih berumur empat belas tahun, ia mana paham dengan persoalan seperti ini.
Sebenarnya Kai bosan mendengar kedua orang tuanya saling meneriaki satu sama lain. Ia juga ingin seperti anak remaja pada umumnya yang mendapatkan kasih sayang orang tuanya di masa pertumbuhannya.
Kai pun memilih membuka jendela kamarnya untuk menatap langit malam dan melamun, aktivitas yang belakangan ini sering ia lakukan.
Namun kali ini ada yang aneh. Ruangan di seberang kamarnya terlihat masih menyala.
Kai melirik ke arah jam dinding. Masih jam 8, pikirnya. Ia kembali menatap jendela di seberang sana, terlihat seorang pemuda yang sepertinya seumuran dengannya tengah membaca sebuah buku.
Merasa ada yang aneh, pemuda itu menengok jendelanya dan mendapati tetangganya yang ternyata masih betah menatap ke arahnya. Aneh, karena ia tak merasa memiliki hutang apapun kepada anak itu.
Pemuda bermata bulat itu melambaikan tangannya dengan bibirnya bergumam 'halo'. Kai tersadar dari lamunannya, kemudian ia menunjuk dirinya sendiri.
'Aku?' tanyanya dengan suara yang sangat, amat pelan.
Bisa Kai lihat pemuda tadi sedang mengambil sebuah buku catatan dan sebatang felt-tip marker berwarna hitam. Pemuda bersurai coklat itu menggoreskan markernya di atas kertas catatan tadi, lalu menunjukkannya kepada Kai.
Aku Taehyun Kang, pindah seminggu lalu. Kenapa kamu liatin aku terus?
Tentu Kai tahu pemuda yang memperkenalkan dirinya. Taehyun Kang ini merupakan tetangga barunya. Hanya saja, ia merasa tak pernah melihat pemuda itu di luar rumahnya. Anak rumahan mungkin?
Ia mengikuti apa yang Taehyun lakukan sebelumnya—mengambil sebuah buku catatan dan sebatang felt-tip marker, dan menuliskan sesuatu lalu menunjukkannya kepada tetangga baru itu.
Aku Kai Kamal Huening, dan aku nggak bermaksud mengitip kamu tadi
Taehyun yang berada di seberang sana terkekeh pelan melihat tulisan tangan tetangganya yang berantakan. Kemudian ia membalikkan halaman bukunya dan menulis sebuah kalimat dan kembali menunjukkannya kepada Kai.
Bisa ketemu di taman yang nggak jauh dari sini?
Bertemu di taman yang tidak jauh dari sini? Heol, hari sudah larut dan sudah pasti hawa di luar sana dingin, namun tetangga barunya ini malah mengajaknya bertemu. Apa yang harus ia katakan kepada orang tuanya nanti?