Baciare

754 68 19
                                    

[ SooKai ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ SooKai ]

Written by : @/oursummmer (twitter)

---


Hueningkai

Jumat, 14 Agustus 22:20

Salah satu hal yang kusukai dari Jumat malam adalah kenyataan bahwa tak ada satu pun tumpukan deadline tugas yang harus aku selesaikan. Aku rasa semuanya berada pada level yang sama sekarang. Menghadapi akhir pekan, setiap orang menjadi terlihat lebih bebas dari biasanya.

Malam ini aku berdiri di tepi sungai Han yang ramai. Entahlah—bagiku, tempat ini selalu hening dalam riuh. Terlampau kosong, tetapi begitu berisik. Atau mungkin aku hanya merasa kesepian, dan itu terlalu membuatku sesak. Aku menarik napas dalam dan kemudian menutupi wajah. Kenangan-kenangan itu seperti kembali menyeruak dalam benakku. Aku seperti ingin mendengar suaranya lagi, dan lagi.

Begitu jarum panjang itu bergerak ke angka dua, aku menyudahi mendengarkan podcast di telepon genggamku dan memutar sebuah lagu favorit – mystery of love. Jujur saja, malam ini sedikit banyak mengingatkanku pada pertemuan pertama dengannya di tempat ini. Aku bertemu dengannya di sebuah kedai minuman di sudut kota Seoul, indah dan memabukkan. Hal yang membuat lucu adalah alasan kami berkenalan, karena pesanan minum kami yang tertukar. Ia memesan soda, sedang aku memesan grape slush. Pertemuan yang manis.

"Lho, ini punyamu?" tanyanya.

Kejadian itu tepat tiga tahun yang lalu.

"Iya, kalau soda ini punyamu kan?"

Dan aku masih saja mengingatnya.

Waktu berjalan begitu cepat tanpanya, sampai aku tak pernah menyadari pada periode tahun ini aku merasa seperti telah berjalan sendiri. Aku seperti tahu kapan harus melakukan tidur panjang pada musim dingin, membuat cokelat panas, memakai jas hujan, menghangatkan daging sisa kemarin malam. Pada hari-hari terberat sepanjang musim ini, aku merasa ingin muntah.

Langit Seoul yang gelap tetapi berkilau pada pukul sepuluh dan aku begitu berkeringat, pegal-pegal dan lelah—aku seperti lupa waktu. Begitu aku menyudahi mendengarkan lagu dan melepas earphone, suara riuh langsung terdengar seperti tepat di telingaku.

"Aku tahu, kau masih menyimpan nomor ponselku." tiba-tiba sebuah pesan singkat muncul. "Kai, ini Soobin." lanjutnya.

Aku menunduk menyembunyikan ketidaksiapan jantungku bergerak lebih cepat. Tiga tahun berlalu, tetapi aku masih saja mengaguminya. Alih-alih membencinya aku malah mendapatkan serangan serotonin memenuhi tubuh. Mungkin ini adalah tanda bahwa aku memang masih mengaguminya, dengan sangat.

"Kai, aku tahu kau sedang berada di Han. Aku tahu, kau masih mengingatnya. Angkat telfonnya sekarang, Kai."

Ia bukan kekasih yang baik, atau mungkin ia kekasih yang terlalu baik—entahlah. Sejak aku mengenalnya, aku tak pernah merasa sendirian, tidak satu detik pun. Ia adalah semua yang tak kusukai pada manusia. Ia tertawa, mengacak-acak rambutku, memarahiku, lalu tertawa lagi. Ia sering menggangguku, menguntitku dari belakang, mengirimiku makanan cepat saji, menaruh buket mawar di apartemenku dan melakukan berbagai hal yang selalu menjadi kebiasaannya tapi mungkin kini ia melupakannya.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang