Utopia

550 49 0
                                        

[ Sookai ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Sookai ]

Written by : Anonymous

---


Remember when we first met?
You said "light my cigarette"


Soobin membuka matanya, menerawang perlahan gambaran cahaya yang masuk dengan enggan. Tangannya meraba kasur yang berantakan, meraih smartphone dengan casing dua anak kucing lalu mengecek waktu dan tanggal di layarnya. Jumat, 14 agustus pukul 5.24, wow terlalu pagi. Kedua matanya kembali terpejam menikmati rasa kantuk yang belum usai.

Begitu ia kembali membuka mata, ia sudah tak lagi di atas tempat tidur. Ia telah berpakaian rapi, seperti saat akan berangkat kerja hari Senin. Hari Senin selalu melelahkan bagi Soobin, seperti biasa selesai bekerja dia akan menuju halte bus dekat kantornya lalu menunggu beberapa menit hingga bus ke arah tempat tinggalnya datang. Busnya datang, tepat di depan Soobin yang sedang berdiri, pintu bus terbuka. Orang-orang lalu lalang menabrak badan besarnya yang berdiri di depan pintu itu untuk masuk. Tapi entah kenapa, kakinya seakan berat untuk melangkah. Tiba-tiba pintu tertutup dan perlahan kendaraan umum itu melaju menjauh darinya. Tapi Soobin tetap mematung.

Soobin yang kembali tersadar menghadap ke kanan dan berjalan menjauhi halte, rasanya tidak buruk mungkin, untuk sekedar berjalan-jalan dan melepas lelah. Tunggu, tumben sekali Soobin ingin berjalan-jalan di hari lelahnya. Rasanya aneh saat Soobin yang pada dasarnya seorang hamba kasur itu memilih berjalan-jalan ketimbang langsung pulang. Atau mungkin karena bosan, tidak ada yang tahu.

Berjalan di tengah keramaian rupanya terasa menyenangkan. Menikmati hawa dingin dan gemerlap kota besar bisa saja menjadi hobi barunya besok. Bangunan di pusat kota tampak megah dan bersinar memberikan representasi kesombongan dan keangkuhan didalamnya, tapi bagi Soobin, cerminan congkak seperti itu tidak ada, hanya bayangan seberapa besar pengorbanan dalam hidup pemiliknya. Soobin jadi membayangkan, apakah jika dia bekerja keras saat ini, beberapa waktu kemudian dia akan menjadi salah satu pemiliknya? Entahlah, tapi Soobin ingin.

Terlihat LCD besar di depan gedung sebuah agensi menampilkan video musik band yang akhir-akhir ini Soobin gemari. Laki-laki itu berhenti sejenak menghela nafas lelah dan memasukkan tangan kiri ke saku celana. Langkahnya berlalu beberapa saat kemudian.

"Hai, Kak."

Seorang laki-laki muda berambut ikal cokelat berjalan mengiringi langkah kaki Soobin entah datang dari mana. Dia tersenyum, cantik juga.

"Kau punya pemantik?" tanyanya.

Soobin mengangkat alis dan menghentikan langkahnya. Entah karena apa, selama beberapa detik mereka saling memandang, tak ada apapun dalam benak Soobin, hanya memandang lawan bicaranya dengan tatapan kosong.

"Kak?" Lelaki ikal itu menelengkan kepala dengan bingung menerka kiranya apa yang berada dipikiran pria di depannya.

Soobin masih termenung, dalam diamnya ia perlahan merogoh saku celana sebelah kanan, mengambil benda persegi panjang kecil yang biasa digunakan untuk menyalakan api.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang