Disonansi

1K 92 73
                                    

[ SooKai ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ SooKai ]

Written by : bluemood121

---


Sore itu terasa cerah dan hangat. Alunan musik akustik menjadi latar suara yang menenangkan para pengunjung yang fokus pada buku di tangan. Tidak seperti suasana kafe yang biasa, suasana PaperCoff tidak seramai kafe biasanya. Orang-orang datang ke sini bukan untuk mengobrol—mereka yang datang ke sini hanya ingin berkencan dengan buku-buku dan larut dalam fantasi. Lari dari lelahnya kehidupan nyata untuk sejemang.

Soobin meraih cangkir kopi yang asapnya tak lagi mengepul dan menyesapnya pelan. Rasa dan aroma khas sampai pada rangsang rasanya dan terasa sangat nikmat. Setelah berkutat dengan sibuknya pekerjaan, kopi dan buku adalah temannya bersantai. Ini adalah caranya untuk beristirahat.

Ia kembali menekuni buku di tangan. Tema self-healing adalah favoritnya—ia selalu larut pada apa yang dikatakan penulis dalam buku. Tiga jam di sini, dan halaman yang harus ia baca berkurang hingga setengah. Ia benar-benar tak terganggu dengan apa pun.

Ia melepas buku sementara saat ia merasa terlalu lama menunduk. Lehernya mulai pegal, matanya pun mulai lelah. Tak ada gunanya membaca dengan kondisi letih; ia pun memutuskan untuk merenggangkan otot dan beristirahat selama beberapa menit. Pandangannya beredar pada sekitar—orang lain masih fokus dengan bacaannya masing-masing. Bosan, ia pun menyandarkan punggungnya dan mulai tertarik dalam pusaran lamunan.

Kopi hitam ia sesap lagi. Saat ia hendak menaruh cangkir kembali, matanya menangkap sebuah pemandangan indah dari seorang manusia. Duduk tepat berseberangan dengannya, pria itu meminum macchiato-nya sambil mengangkat sebuah novel tebal.

Fokusnya berpindah, dari untaian pikiran acak hingga memperhatikan orang asing yang ada di hadapannya. Profil wajahnya terlihat unik—seperti campuran dari Asia dan Eropa. Walaupun pria itu sedikit menunduk, ia yakin bahwa penilaiannya tidak akan berubah. Pandangan pria itu terfokus pada novel di tangan, dan ia hanya bisa melihat bayangan dari bulu mata lentik jatuh pada pipi yang merona.

Cantik, ia mengakui itu.

Merasa diperhatikan, pria asing itu pun mendongak dan bersitatap langsung dengannya. Jantungnya berdegup kencang pada detik di mana mata almon hazel itu bertemu dengan netranya yang menatap kosong. Belum habis keterkejutannya, pria asing itu kini melempar senyuman pada Soobin. Ia bersumpah bahwa itu adalah senyum paling manis yang pernah ia lihat.

Ia kembali meraih buku di pangkuan dan membukanya dengan kikuk. Berharap bahwa atensinya dapat teralih pada kalimat yang berjejer pada halaman yang ia buka, namun pemandangan sekilas tadi membuatnya terus terbayang. Buku di tangannya ia turunkan sedikit, dengan intensi untuk mengecek keadaan.

Namun yang terjadi malah membuatnya terlonjak di tempat—pria asing itu tiba-tiba saja sudah berjalan ke arahnya dan menarik kursi kosong di meja yang sama. Pria itu kembali memberikannya senyuman dan membuka suara, "Bolehkah aku duduk di sini?"

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang