Jar of Happiness

528 46 0
                                    

[ KaiJun ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ KaiJun ]

Written by : andrxxaclyx

---


Aku masih memandangi beberapa utas gedung yang terlewat seiring lajunya kereta. Embun tipis menghiasi jendela, udara kota semakin menurun menunjukkan waktu sudah larut. Pukul 23.00 KST. Tinggal tiga puluh menit lagi, aku akan sampai di stasiun.

Di gerbongku tak ada sesiapapun menemani. Mungkin, karena aku satu-satunya orang gila yang memaksa keluar di tengah derasnya rintik salju menghujani bumi. Tak apa, bila setelah pertemuan ini akan menurunkan kebugaran jasmaniku. Itu pantas buatku.

Laju kereta kian melambat, buru-buru aku berdiri lalu meraih tas yang tadi kuletakkan di kursi sebelah. Tap, tap, tap, kakiku berdendang memecah keheningan atmosfer di sekitar. Dengan menaikkan dagu, aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku telah siap.

Seoul. Tak banyak berubah, masih menjadi kota terpadat di daratan Korea Selatan. Bila lima belas menit lalu aku berada di kereta, kini kursi penumpang taksi adalah tempatku berdiam menikmati perjalanan. Ah, mengapa kebiasaanku tidak berubah ya?

"Jangan terlalu condong ke jendela, hyung. Bagaimana jika hyung terjerembab keluar?"

Bukannya menurut, malah kupepetkan tubuh pada pintu taksi. Ayolah, aku ingin seperti di film-film, melongok pemandangan luar melalui jendela mobil. CKLEK! Pintu taksi terbuka mendadak, mataku terpejam seakan pasrah bila terjatuh, namun seseorang di sebelahku dengan sigap menarik lenganku sehingga tubuhku tenggelam dalam dekapannya. Hangat.

"Hyung nakal, ya? Lain kali, dengarkan aku," ucapnya sabar lalu mengusap surai biru milikku. Tubuhku berhenti gemetar, berganti balas memeluk dirinya yang sebaik malaikat.

Tangannya merembet ke sisi lain pinggangku. Kurang ajar! Apa yang ingin dia lakukan? Aku sudah siap memberinya pukulan! Tubuhku terangkat dari bantalan kursi taksi, berpindah pada pangkuan nyaman miliknya. Kurasakan kedua lengannya terhubung melingkari perutku, lantas dia tersenyum teduh, "Kucing kecilku yang mungil, jangan bergeser satu sentipun." Setelah mengucapkan sepatah kata, dia menjawil pipiku. Tak mengherankan bila adikku, Beomgyu, berkata bahwa pipiku mirip pizza. Lebar. Aku membalas dengan merapikan rambut ikalnya, "Kamu ada di sini, aku pasti aman."

"Aku tahu pasti hyung bosan mendengarnya. Tapi, aku cinta hyung, along my life."

"Me too, my Penguin! Stop making me blushing."

"Never!"

Cup! Bibir dingin miliknya berhasil mendarat di pipiku. Sial, wajahku pasti merah padam saat ini. Dasar bocah menyebalkan!

"Tuan, kita sudah sampai."

Teguran dari sopir menarikku kembali pada masa sekarang. Ya, aku benar-benar sudah sampai. Ku dorong pintu taksi lalu menjejakkan kaki untuk keluar. Melalui jendela yang terbuka, kuberikan pria itu beberapa lembar uang. "Terima kasih," ujarku hormat dibalas anggukan kecil.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang