Hari masih terbilang pagi saat seorang siswa blasteran dengan nametag Kai Kamal Huening sudah sampai di sekolah. Dia berjalan menuju kelas dan mendapati beberapa siswa lain yang juga sudah datang.
"Pagi," ucap Kai kepada teman-temannya.
"Pagi juga ketua kelas," jawab beberapa temannya.
Hueningkai sudah duduk di bangkunya yang terletak di paling belakang. Dia meraih buku untuk pelajaran jam pertama, berharap tak ada tugas yang terlupakan. Selang beberapa lama, seorang siswa baru saja memasuki kelas dengan membawa tas kertas berukuran besar dan sontak dikerumuni oleh beberapa anak-anak yang lainnya. Sebuah kebiasaan yang terjadi setiap hari, Choi Beomgyu yang membuat pasar dadakan di dalam kelas dengan menggelar lapak jualan roti dan kue yang dia bawa dari rumah.
"Hari ini aku hanya membawa egg tart dan sandwich, maaf ya, aku takut diadukan oleh ketua kelas kita ke dewan sekolah, nanti aku tidak bisa berjualan lagi," ucap Beomgyu kepada teman-temannya seraya melirik kepada Hueningkai yang masih sibuk membaca buku.
"Ketua kelas, ini aku bawakan egg tart khusus untukmu." Beomgyu sudah duduk pada bangku yang terletak di depan meja Hueningkai.
"Apa ini sogokan? sayangnya kamu melanggar aturan sekolah Beomgyu-ssi."
"Bukan, aku hanya mempromosikan makanan yang kubawa, mungkin kamu tertarik? Kuberi satu buah gratis setelah itu harus bayar," jelas Beomgyu.
"Hm, kalau begitu aku akan memberi tahu dewan sekolah kalau kau berjualan di dalam kelas," balas Hueningkai santai.
"Jangan, apa yang kamu mau akan kuturuti asal tidak aneh-aneh."
"Mudah saja, beri aku lima egg tart setiap hari maka aku bisa tutup mulut." Hueningkai memberi kode dengan gerakan mengunci mulut dengan tujuan meyakinkan Beomgyu.
"Deal, mulai besok akan kubawakan lima egg tart untukmu." Beomgyu mengulurkan tangannya untuk saling berjabat dengan milik Hueningkai.
##
Beomgyu pikir segala hal berjalan seperti biasa. Tanpa disadari, dia dan Hueningkai sering menghabiskan waktu bersama. Bukan obrolan pada umumnya, hanya Beomgyu yang menceritakan tentang bagaimana cara dia membuat berbagai macam roti. Ia dan ibunya menjual roti di sebuah toko kecil yang terletak di lantai satu rumahnya. Ada kalanya si remaja yang lebih mungil berkeluh kesah dengan banyak tugas sekolah yang menumpuk. Beomgyu terbilang murid berprestasi, karena bisa masuk urutan lima besar pada ujian semester kemarin. Hueningkai lebih sering mendengarkan semua celoteh Beomgyu dan memberi saran satu-dua atau hanya diam tanpa berkata apa pun. Beomgyu terima-terima saja asalkan Hueningkai tak beranjak pergi saat dia sedang ingin didengarkan. Mungkin Beomgyu tak pernah tahu bahwa kehadirannya sedikit berarti untuk Hueningkai, remaja blasteran itu merasa tak kesepian.