Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ YeonKai ]
Written by : @ oryzathena (twitter)
---
Hueningkai punya satu kakak, namanya Yeonjun. Ia sayang setengah mati dengan rasio yang nyaris melampaui kadar seratus persen. Kalau diibaratkan dengan boneka Molang yang selalu ia bawa ke mana-mana, Yeonjun tetap menjadi si nomor satu. Nomor satu dalam hal memasak, membersihkan rumah, membeli keperluan sehari-hari, bahkan tetap menjadi si nomor satu dalam hal menghancurkan remote televisi dan wajan yang terbakar. Hebat, kan? Tapi Hueningkai tetap sayang kok, jangan lupa pakai setengah mati.
Sedangkan Yeonjun—kakak Hueningkai—gemar sekali memanggil adiknya dengan nama Hyuka; lebih pendek katanya. Lelaki berusia dua puluh satu tahun dengan bisep yang bisa dibilang cukup padat tersebut juga menjadikan Hyuka sebagai si nomor satu. Nomor satu dalam hal membuat hatimu menghangat, nomor satu dalam hal menggambar anggur, dan si nomor satu dalam hal memberi pelukan paling nyaman sedunia.
Setiap sore di hari Sabtu, Yeonjun memiliki sebuah kewajiban untuk duduk di atas batang pohon kelapa tua yang tumbang beberapa bulan yang lalu bersama adik semata wayangnya tersebut. Mereka menunggu petang dengan matahari merah yang mengapung di tengah laut. Sesekali mengacak surai panjang pemuda berusia (hampir) delapan belas tahun yang meletakkan kepala di atas pangkuan. Tak lupa diusapnya lembut bahu kiri sang adik dengan bekas luka tembak tak sengaja polisi hutan yang tengah berpatroli di hutan bakau dekat rumah beberapa minggu yang lalu.
"Kak, mataharinya pergi ke mana?" tanyanya sore itu. Tanpa sedikitpun kedipan pada mata, Hyuka absolut merasa antusias saat menyaksikan air perlahan menelan bulatan semerekah delima di ufuk barat. Dengan irisnya yang berpendar cemerlang, bocah tersebut merangkum dengan amat baik setiap detik yang ia lewatkan bersama sang kakak guna menghabiskan waktu untuk membersamai petang yang merangkak naik.
Yeonjun mengerutkan kening. Ia kulum bibir bawahnya sebelum menjawab dengan kekeh rendah dan menyingkirkan helai anak rambut yang diterbangkan angin. "Seharusnya kakak yang bertanya. Kan kamu yang sekolah."
"Eumm ... dimakan monster laut raksasa?" Dengan satu alis yang terangkat, Hyuka menyahut polos. Semerta-merta membuat Yeonjun menarik kedua sudut bibirnya ke atas dengan tawa renyah yang mengudara. Baik, mari kita anggap seperti itu saja. Sebab rotasi dan revolusi akan menjadi materi yang terlalu berat untuk mereka habiskan di sore yang tenang ini.
"Ulang tahun bulan ini ingin hadiah apa?"
"Tidak mau hadiah, ah. Duduk di sini bersama kakak sudah terasa seperti hadiah spesial, kok. Hehe."
Yeonjun mengusap surai hitam adiknya penuh sayang. Otaknya berputar pelan guna mencari sebuah rencana sederhana untuk merayakan ulang tahun ke-delapan belas adiknya satu minggu lagi. Seingatnya, Beomgyu—rekan satu lingkup kerjanya—pernah mengatakan bahwa ada diskon penyewaan perahu besar-besaran pekan depan. "Bagaimana kalau naik perahu?"