Meet

763 69 25
                                    

[ SooKai ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ SooKai ]

Written by : @/reesepoch (twitter)

---


Kai sudah lelah mencari. Maka, Kai berhenti untuk mencari. Namun saat perasaannya ingin melupakan sosok yang pernah mengisi hatinya tersebut, sosok itu muncul begitu saja. Bahkan tak ia duga, akan menjadi masalah baru bagi kehidupannya.

Hidup Kai sudah cukup sempurna tanpa lagi merasakan kekecewaan dan penyesalan karena sudah jatuh pada orang yang salah. Menurutnya begitu, namun pada nyatanya, sosok yang ia pikir penyebab sakit hatinya selama beberapa tahun belakangan ini sama sekali tidak terlihat seperti orang yang pernah menyakiti hatinya.

"Bagaimana kabarmu?" ucapnya pada Kai. Kai memandang sosok tersebut, lalu kembali menatap ujung kakinya yang ia tautkan. Kaku, batinnya. Huening Kai ingin bertindak apatis kali ini. Tetapi kuasa yang diberikan sosok di hadapannya lewat sorot mata tajamnya membuatnya tak kuasa menahan gugup yang tiba-tiba datang.

Maka, dengan seluruh tekad yang ia punya, Kai memberanikan diri menatap sosok dihadapannya. Mengembangkan senyum termanis yang ia punya, "Aku baik Kak, Kakak bagaimana?"

Sosok yang ia panggil Kakak itu tersenyum, memamerkan dua titik cacat di kedua pipinya –dua titik cacat yang selalu Kai sukai.

"Sama, aku juga, sudah lama tidak bertemu ya? Berapa tahun?" balasnya.

Kai menggigit bibir bawahnya spontan, memalingkan wajahnya yang semula berhadapan dengan sosok tersebut. Pandangannya memburam dan Kai berkedip terburu, menahan air matanya yang bisa kapan saja terjatuh.

Jangan, jangan di depan dia.

"Hyuka ..."

Suara beratnya kembali terdengar melewati indera pendengarnya. Kai, yang semula menahan semua gejolak di hatinya kini dengan mudahnya menjatuhkan setitik air mata yang sedari tadi ia tahan –ketika nama kecilnya dipanggil.

"Hyuka? Maaf, maafkan aku."

Kai menatap sosok tersebut, sebelum ia berkata, "Kau, sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, kau sudah berjanji untuk tidak menghilang Choi Soobin, tapi apa faktanya?"

Isakannya kini terdengar, Kai yang tidak sanggup menahannya kini mengusap kasar wajahnya. Ia yang tidak pernah menangis bahkan sekedar untuk menunjukkan emosi yang tidak stabil, justru sekarang sedang tersedu-sedu seperti anak kecil. Di depan sosok yang dulu pernah menyelamatkannya dari masa lalu.

"Sialnya kau menghilang." Kai kembali mengusap kasar wajahnya, menghilangkan bekas air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Kau tetap memanggilku tanpa embel-embel kakak? Hyuka sekali." Soobin terkekeh, sama sekali tidak bergeming ketika Kai melayangkan tatapan tajamnya.

"Masih bisa bercanda?" Soobin terdiam, menatap lembut pada Kai. Tangannya ia angkat untuk menyentuh pipinya yang menyemu merah.

"Maafkan aku," tubuhnya ia buat dekat pada Kai, dengan perlahan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping milik sosok yang sedikit lebih pendek darinya tersebut, "Aku benar-benar meminta maaf."

Kai ingin marah, rasanya ia ingin memukul Soobin. Kemudian menghilang begitu saja dan tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya pada yang lebih tua, seperti yang Soobin lakukan padanya dulu. Namun, rindunya terlampau besar, rasa khawatirnya yang masih saja memikirkan apakah Soobin baik-baik saja kini lebih mendominasi. Rasa marahnya meluap begitu saja ketika ia mencoba membalas pelukan Soobin.

"Aku merindukanmu Hyuka, tiga tahun tanpa kabar darimu rasanya aku ingin mati." Soobin mengeratkan kembali pelukannya. Tidak peduli siapa yang akan memergoki mereka tengah berpelukan, Soobin benar-benar merindukan penguin kecilnya.

"Jika merindukanku, kenapa tidak mencoba mencari atau sekedar menghubungiku?" Kai semakin mengeratkan pelukannya, menghirup aroma Soobin yang sudah lama ia rindukan.

"Sudah, tapi Kakak sepupumu selalu menghalangiku."

"Kak Yeonjun?"

Soobin bergumam, sedikit mengangguk mengiyakan meski dirinya tahu jika Huening Kai tidak melihatnya.

"Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa saat kau disekolahkan di sini dan bertemu denganku," jelas Soobin. Ia melonggarkan pelukannya, mendorong jauh tubuh Huening Kai.

"Menggemaskan," Soobin mengusap wajah lembut milik Kai, tersenyum ketika melihat wajahnya merenggut lucu, "Pantas saja sudah banyak yang mengincarmu sejak awal masuk."

"Cih, apa bedanya denganmu, yang setiap penyambutan siswa baru sudah dihadiahi sekotak bunga mawar dan banyak cokelat? White day saja bukan," gerutu Kai.

Soobin tertawa –mengingat ketika beberapa hari lalu siswa baru ditugaskan untuk memberikan sebuah hadiah kepada senior mereka, dan Soobin yang paling banyak dapat sekotak cokelat dan beberapa ikat bunga. Soobin lalu menggenggam tangan Kai dan menautkan jari jemari mereka, "Ayo bolos, aku ingin bertanya tentang kehidupanmu selama tiga tahun belakangan ini."

Belum sempat Kai membalas, Soobin sudah menariknya dahulu keluar dari gudang olahraga yang sedari tadi mereka tempati.

"Dengar Kai, untuk kali ini aku berjanji tidak akan menghilang lagi, ah bukan. Jika aku menghilang aku akan memberi kabar, oke?"

Kai yang berada di belakang Soobin pun hanya menyebikkan bibirnya remeh. Seperti tahu jika Soobin akan melanggar janji yang ia katakan. Soobin dan Kai menaiki tangga sekolah menuju atap. Tersenyum dengan beberapa siswa lain yang berpapasan dengan mereka. Sesampainya di atap, Soobin membawa Kai untuk duduk di sebelahnya.

Dengan angin yang sejuk, tautan jari jemari mereka, serta suara Kai yang lembut dan menenangkan, "Darimana? Dimulai dari hari pertama kau meninggalkanku?"

Soobin mengangguk, menyamankan dirinya dengan menaruh kepalanya pada bahu Kai. Ia akan mendengarkan dengan seksama. Namun saat kai sudah ingin bercerita, tiba-tiba pintu atap terbuka menampilkan sosok siswa perempuan yang sangat-sangat Soobin kenali.

Soobin lupa, kedatangan Kai di sekolahnya membuatnya melupakan seseorang yang sudah satu tahun berada di sampingnya. Seseorang yang memberikan seluruh cintanya pada Soobin bahkan ia tidak pernah memintanya. Seseorang yang sangat Soobin sayangkan mengapa ia bisa jatuh cinta pada Soobin yang bahkan Soobin sendiri tidak bisa melupakan Kai barang sedetik pun.

"Ah ... aku lupa, kenalkan Hyuka, dia Arin, pacarku."

Dan Soobin sudah siap jika kali ini Kai akan benar-benar memukulnya. Karena dari raut wajah Kai yang berubah menjadi datar, Soobin tahu kalau ia kembali menorehkan luka pada sosok menggemaskan di hadapannya.


END

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang