1

3.3K 274 6
                                    

"Sasuke, aku ingin memastikan. Kau masih suka perempuan, 'kan?"

Uchiha Sasuke segera mengalihkan pandangan dari laptop. Matanya menyorot Uzumaki Karin dengan tatapan menusuk setelah sahabat sekaligus sekretaris melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup menyinggung harga dirinya.

"Apa maksudmu?" tanya Sasuke, dengan tatapan yang masih sama.

Karin yang merasa terintimidasi segera mengalihkan pandangan ke jendela kafe di belakang Sasuke. "H-hei ... tatapanmu bisa melubangi kepalaku, tahu," komentar Karin canggung. "Kau tahu, para karyawan di kantor mulai mempertanyakan orientasi seksmu setelah kau menolak ajakan kencan Sakura."

Sasuke tersenyum miring. "Lalu kau memutuskan untuk ikut mempertanyakan hal itu? Kau sudah bosan dengan pekerjaanmu?"

"Tidak, Bos. Maafkan saya!" Dalam keadaan duduk, Karin merendahkan kepala hingga jidatnya membentur meja di depannya. Mengaduh sebentar, ia kembali menegakkan tubuh dan mengembuskan napas dengan sedikit keras. "Maksudku, kenapa kau tidak menampik rumor itu? Atau paling tidak gunakan kekuasaanmu untuk mendepak bawahan yang dengan lancangnya menyebarkan rumor kalau kau homo."

"Apa itu penting?"

"Tentu saja! Ini menyangkut harga dirimu, Sasuke. Kau adalah atasan mereka! Jangan biarkan dirimu direndahkan oleh orang-orang yang mencari nasib di perusahaanmu."

"Apa itu penting?"

"Berhenti menanyakan pertanyaan yang sama!" Karin mengepalkan tangan, hampir melayangkan kepalan tangan itu ke atas meja, tetapi ditahannya. "Omong-omong, aku punya banyak teman perempuan yang cantik. Mau kukenalkan? Sebagai sahabatmu, aku cukup prihatin denganmu yang sudah hampir berusia tiga puluh lima, tetapi belum pernah kencan ataupun mencicipi tubuh wanita. Kupikir aku bisa membantumu, kawan."

Tak menjawab, Sasuke hanya berdecih sebelum meraih cangkir berisi kopi di samping laptop dan menyesapnya perlahan.

Kencan, huh?

Setelah menerima posisi presiden direktur dari ayahnya di usia dua puluh enam, Sasuke tak pernah membiarkan secuil masalah remeh mendominasi kepalanya selain masalah perusahaan. Dia benar-benar bekerja keras sejak usianya masih terbilang muda, tak pernah sedetik pun Sasuke berpikir tentang mengencani seseorang. Bukankah kencan adalah sesuatu yang bisa membuat pikirannya terbagi karena tidak fokus pada satu hal saja? Hal itu bisa membahayakan perusahaan di tangan Sasuke. Laki-laki itu tak mungkin mau membiarkan hal tersebut terjadi setelah bekerja keras selama bertahun-tahun.

"Ah! Terserah padamu. Aku hanya memberimu saran, kalau tidak mau, ya, sudah, kencan sana dengan laptopmu!"

Sasuke yang tersadar dari lamunan singkatnya langsung mengernyit saat mendapati Karin sudah bersiap-siap untuk pergi.

"Mau ke mana?"

"Jemput keponakan. Kau tahu Kushina, 'kan? Kakakku yang galak itu memintaku tinggal dengan anak laki-lakinya yang akan melanjutkan kuliah di sini." Karin mengeluarkan cermin kecil dari tas, bercermin sebentar untuk memastikan riasannya sebelum mengomel, "Ck, dulu dia sering menyuruhku mencuci piring di musim dingin, sekarang aku disuruh tinggal dengan anaknya yang bahkan tak bisa menyetrika kemeja. Menyebalkan."

"Karin!"

Perempuan berkacamata itu menoleh, dan seketika membelalakkan mata saat mendapati keponakan yang dia maksud ada di sampingnya. Karin tersenyum ramah, tetapi tangan kanannya dengan cepat menempeleng kepala si keponakan.

"Panggil aku dengan benar, berandal! Aku bukan teman sebayamu!"

"Lalu harus kupanggil apa? Kau bahkan memakiku saat kupanggil 'Bibi Karin'."

"Hei, bukankah aku masih terlalu muda untuk dipanggil seperti itu? Apa kau tidak akan marah kalau Konohamaru memanggilmu 'Paman Naruto'?"

"Konohamaru tak akan memanggilku seperti itu. Lagipula, kau memang sudah tua."

"Bocah kurang ajar! Kemarikan telingamu, sepertinya perlu kucopot."

Karin dan keponakannya terus bertengkar, sampai lupa dengan keberadaan Sasuke yang memaku pandangannya pada si bocah bernama Naruto.

PseuCom

ngebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang