16

735 112 5
                                    

Aktivitas harian tertunda. Naruto batal ke kampus, Sasuke tak jadi masuk kantor, libur pendek Karin ditunda. Kejadian langka ini terjadi masih karena hal yang sama, disebabkan oleh kecerobohan Sasuke tadi malam. Sidang dadakan diselenggarakan di apartemen Sasuke.

Uzumaki Karin, hakim dalam persidangan hari ini, berdiri dengan kedua tangan bersedekap di depan dada. Dagunya terangkat tinggi, melayangkan tatapan menghakimi pada si tersangka, Uchiha Sasuke, yang duduk di sofa sambil menatap ke arah lain. Sementara itu, Uzumaki Naruto selaku korban hanya terdiam di samping Karin. Tak berani mengatakan apa-apa, karena kalau salah kata, bisa jadi dia sebagai korban yang disunat alih-alih si tersangka.

Semalam, Karin gelisah setelah menelepon Naruto. Anak itu biasanya menjawab panggilannya dengan teriakan kesal karena terus diganggu, tetapi tadi malam Naruto menjawab dengan suara tergagap dan napas yang memburu. Karin lalu memutuskan untuk datang ke apartemen pagi-pagi, dan malah bertemu dengan Naruto di lobi. Keponakannya hendak ke kampus menggunakan jaket tebal, yang mana itu terlalu aneh karena sekarang bukan musim dingin. Menggunakan sedikit kekerasan, Karin berhasil menemukan bercak aneh di sekitar ceruk leher Naruto.

Itulah sekilas cerita tentang bagaimana Karin bisa ada di tempat ini, padahal seharusnya dia sedang berbaring sambil mengunyah irisan timun yang terlepas dari wajah cantiknya.

Naruto yang sedang melamun dikejutkan oleh tangan Karin yang bergerak menurunkan ritsleting jaketnya. Wanita itu melepaskan jaket milik Naruto, mengekspos leher sawo matang naruto yang dihiasi beberapa bercak merah kebiruan.

"Apakah apartemenmu diserang pasukan tentara nyamuk tadi malam?" Karin membuka persidangan pagi ini dengan sebuah pertanyaan sarkastik.

Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah sang sekretaris. Ia sama sekali tak terintimidasi oleh tatapan menghina Karin, sebaliknya Karin yang menciut karena sorot dingin Sasuke.

"Kau benar," jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangan. "Apa pun dugaan yang ada dalam kepalamu saat ini adalah benar."

"Tapi aku tidak berpikir pasukan tentara nyamuk adalah penyebabnya."

Melihat Sasuke yang tak bereaksi membuat Karin ingin menjambak rambutnya sendiri. Ia berjalan mondar-mandir di depan Sasuke dan Naruto dengan telunjuk mengetuk dagu.

"Lalu, apa motifmu melakukan itu pada keponakanku?" tanya Karin sekali lagi. Ia menghentikan langkah, lalu menyipitkan mata. "Kau suka Naruto?"

"Karin, kurasa kau sudah keterlaluan---"

"Satu-satunya makhluk yang keterlaluan di sini adalah pemilik apartemen ini!" Karin menghentikan kalimat Naruto sambil menjitak dahi anak itu. Abai dengan Naruto yang mengaduh, Karin mengulang pertanyaannya lagi, "Sasuke, kau suka keponakanku?"

Mulut Sasuke seperti diberi lem tikus. Alih-alih menjawab, pria Uchiha itu malah memalingkan wajah. Karin pikir Sasuke hanya mengabaikannya seperti biasa, tetapi anggapannya berubah saat melihat pipi Sasuke.

Perempuan itu mengedipkan mata berkali-kali, lalu melihat pipi Sasuke. Tak puas, ia melepaskan kacamata, menggosok kedua matanya dengan punggung tangan, lalu memakai kacamata lagi. Ia kembali meneliti pipi Sasuke.

"Sebentar ... sebentar ... apa aku salah lihat?" Karin mendekati Sasuke dengan perlahan. Ia berjongkok di samping Sasuke sambil menyipitkan mata. "Apa ini, Sasuke? Aku salah lihat, atau ... pipimu memang merona?"

Sasuke yang terkejut langsung mendorong Karin hingga perempuan ini terjengkang. Karin mengaduh sambil memaki, Naruto menghampiri Karin dan membantu perempuan itu duduk lagi, sementara Sasuke tidak peduli.

"Aku tak salah lihat ... aku tak salah lihat!" Karin menggelengkan kepala sekuat tenaga. "Uchiha Sasuke ... batu berjalan yang sudah menetapkan stoic face sebagai ekspresi default sejak kecil ... merona?"

"K-Karin ... semalam dia sangat mabuk ... kupikir itulah alasan wajahnya memerah." Naruto menyuarakan opininya dengan suara mencicit. "Atau mungkin karena sorot matahari pagi ... atau mungkin dia sedang menahan emosi---"

"Kenapa kau malah membela pelaku kejahatan seksual ini?" Karin membentak Naruto tepat di depan telinga si keponakan. Ia meraih wajah Naruto, membuat wajah mereka berhadapan. "Semalam, saat aku meneleponmu, apa yang sedang kau lakukan?"

Mulut Naruto terbuka, lalu menutup dengan perlahan. Terbuka lagi, lalu terkunci lagi. Terlalu bingung hendak menjawab apa.

Karin yang melihatnya kesal seketika. "Hei, otak udang ... AKU MENYURUHMU MENJAWAB PERTANYAANKU, BUKAN COSPLAY JADI IKAN KOI!"

"S-siapa yang cosplay ...." Naruto menjawab dengan terbata-bata. "Semalam, saat kau meneleponku ... aku sedang di ... di ... ehm ... di-anu Sasuke, jadi---"

"DI-ANU APA?!"

Dengan gerakan perlahan, Naruto menunjuk lehernya sendiri. Giliran Karin yang cosplay jadi ikan koi.

"Jadi, aku langsung mendorongnya dan menerima panggilan. Terima kasih sudah menyelamatkanku."

"Lalu, kalau aku tak meneleponmu tadi malam, kau takkan menghentikan Sasuke?"

"Bukan begitu ... aku ... ehm ... aku ...."

Semakin kesulitan memikirkan kalimat yang tepat, wajah Naruto semakin memerah. Karin yang melihatnya semakin sakit kepala.

"APA INI?! KENAPA PIPIMU IKUT-IKUTAN MERONA? KALIAN JANJIAN?"

Mengalihkan pandangan, didapatinya Sasuke masih menatap ke arah lain dengan wajah bersemu merah. Kembali menatap keponakan, anak itu juga sedang berusaha menyembunyikan wajah merahnya dengan menunduk.

"Sinting," bisik Karin tanpa tenaga. "Sasuke, Naruto, kalian berdua ... ORANG SINTING!!!"

Sesaat setelah berteriak, Karin berdiri dengan sempoyongan---kepalanya masih sakit setelah ditabok si atasan. Tangannya menarik Naruto, membuat bocah itu berdiri kebingungan di sampingnya.

"Angkat barang-barangmu. Kita pulang sekarang."

Naruto mengernyit. "Ibu sudah pulang dari rumahmu?"

"Sejak hari ketiga kau menginap di sini," sahut Karin tak semangat. "Pulang, atau kusuruh ibumu yang datang dan menjemputmu di sini."

●-●-●-●-●

a/n: Semakin OOC bodo tema sialan.

ngebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang