Cahaya memiliki energi. Cahaya bergerak lurus. Cahaya mengalami pemantulan. Cahaya mengalami penguraian. Cahaya mampu merambat tanpa medium. Cahaya dipancarkan dalam bentuk radiasi.
Bukan, Sasuke tidak sedang menghafal sifat-sifat cahaya karena akan ada ujian blok Ilmu Sains minggu depan. Dia hanya tiba-tiba teringat dengan materi sekolah dasar tersebut setelah mengamati pemuda dengan kulit yang lebih gelap dari orang Jepang pada umumnya. Uzumaki Naruto.
Di mata Sasuke, anak itu memiliki energi positif nan hangat yang bisa dipancarkan kapan pun ke semua orang. Dia cerewet, suka mengutarakan apa yang dia pikirkan tanpa perlu merasa malu, selalu mengomentari segala sesuatu dengan cara yang lucu. Naruto benar-benar cerminan seorang happy virus.
Dia juga terlihat memiliki banyak teman. Sasuke menganggap demikian setelah melihat followers akun Instagram Naruto yang mencapai angka sepuluh ribu padahal dia hanya remaja beranjak dewasa biasa, dan juga tidak sedikit foto Naruto bersama teman yang berbeda-beda berjejer di feeds (jangan bilang Naruto kalau Sasuke telah menyelidikinya).
Hanya saja, terkadang energi cahaya yang positif dan hangat akan berubah jika dipantulkan pada media yang salah.
Hari ini, di hari kedua Naruto pindah sementara ke apartemen Sasuke, anak muda dengan jiwa sosial setinggi angkasa itu menyeret teman-temannya ke apartemen. Dari yang Sasuke curi dengar saat bangun tidur tadi, tamu-tamu Naruto terdiri dari dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Gaara, Kiba dan Hinata, itu adalah nama yang sedari tadi terus mengudara.
Tak puas sekedar curi dengar, si pemilik apartemen memutuskan untuk mengintip, hanya untuk mendapati bahwa anak yang sangat ramah itu sedang membagi-bagikan snack milik Sasuke dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit.
Akan tetapi, yang paling menyebalkan adalah, ketiga tamu yang Naruto layani sepenuh hati itu menatap Naruto dengan tatapan yang sama. Tatapan yang kalau disuarakan akan berbunyi demikian, "Kau begitu hangat dan mengagumkan hingga membuat jantungku berdegup kencang."
Dan parahnya, Naruto terlihat tidak menyadari arti tatapan orang-orang itu!
"Tsk, lihat apa akibat dari sisi manusiawinya itu." Sasuke menggeram pelan, tak habis pikir kenapa Naruto tidak menyadari kalau sikapnya yang kelewat hangat itu bisa membuat orang salah mengartikan sikapnya.
Ataukah karena Naruto terlalu sibuk memancarkan cahaya hingga dirinya ikut terkena silau makanya tak menyadari kalau tiga bocah sialan berkedok temannya itu memantulkan kembali cahayanya dengan cara yang berbeda?
"Oh, Tuan Uchiha." Naruto yang mendengar dengungan dari arah pintu segera menoleh dan menyapa sang tuan rumah. "Selamat pagi. Maaf kalau kami membuat keributan, aku hanya mengajak teman-temanku ke sini karena sudah lama kami tak menghabiskan waktu bersama setelah kelulusan."
"Sepagi ini?" Karena seingat Sasuke, jam baru menunjukkan pukul enam saat dia memutuskan untuk berhenti menguping dan beranjak dari kasur untuk mengintip.
"Kami akan ke kampus pukul tujuh nanti, anggap saja mereka datang menjemputku," jawab Naruto sambil mengunyah keripik kentang. "Omong-omong, yang rambutnya sewarna bata ini namanya Gaara, yang si sebelahnya Kiba, sedangkan satu-satunya perempuan di sini namanya Hinata. Kami sudah bersahabat sejak--"
"Keluar."
"Eh?" Naruto mengerjap sebentar, terlalu terkejut karena ucapannya dipotong. "Keluar? Anda mau keluar?"
"Kalian bertiga," Sasuke menunjuk teman-teman Naruto dengan dagu, "Pergi dari tempat ini."
"Tuan Uchiha, apa maksud Anda? Mereka hanya datang untuk mengunjungiku sebentar."
"Apa ini rumahmu?" Sasuke bertanya sinis, sementara Naruto terpaku. "Aku berhak menentukan siapa yang bisa masuk ke rumahku. Kalian bertiga tidak layak masuk ke sini. Pergi sebelum kuusir."
"Sebentar ... sebentar, jangan salah paham. Kiba, Gaara, Hinata, tunggu ... tunggu! Akan kujelaskan lebih dahulu! Sebentar!!!" Naruto berusaha mencegah teman-temannya yang sudah beranjak, tetapi mereka lebih cepat. Mereka bertiga pergi secepat kilat, meninggalkan Naruto yang telah mendidih.
"Hn?" Sasuke mengangkat alis, bertanya tanpa suara setelah Naruto menoleh padanya.
"Amaterasu tidak terlambat makan sama sekali kemarin. Dia bahkan mendapat cemilan yang banyak." Naruto menatap Sasuke dalam-dalam. "Kukira aku boleh tinggal dan melakukan apa pun di sini kalau kuberi makan Amaterasu sialan itu."
"Ya, kecuali membawa teman-temanmu ke sini. Apalagi mereka bertiga."
"Apa salah mereka?"
"Kau tak tahu? Jelas-jelas mereka menginginkanmu."
"Lalu kenapa? Kami sahabat, jelas kami menginginkan satu sama lain."
"Kau naïf, Naruto." Sasuke tersenyum miring sambil meraih dagu Naruto. "Kau tak tahu apa yang telah memantul balik padamu setelah kau dengan cuma-cuma memancarkan cahaya untuk mereka."
"Apa kau bersahabat dengan mereka sejak kecil?" Naruto memegang tangan Sasuke yang menyentuh dagunya, kemudian menghempaskannya dalam hitungan detik. Dia bahkan telah menggunakan bahasa informal karena terlalu kesal. "Tak peduli kau atasan bibiku, kalau kau berani memperlakukan teman-temanku seperti itu lagi, kita akan berkelahi, berengsek."
Naruto pun segera berlalu, meninggalkan Sasuke yang terpaku di tempat sambil berusaha mencerna kalimat Naruto.