5

1.4K 193 5
                                    

Plak!

"Anak sialan, seharusnya sejak awal kusuruh kau tinggal di kolong jembatan!"

Naruto mengusap ubun-ubunnya sambil meringis. Biasanya dia mampu menghindari pukulan Karin, tetapi entah kenapa dia tak sempat mengantisipasi tangan perempuan itu. Rasanya dia baru saja ditampar menggunakan raket nyamuk.

"Kau sendiri yang bersedia tinggal di rumah Sasuke, kenapa malah datang ke kantorku dengan ranselmu, hah?"

Naruto menurunkan tangan dari kepala sambil menerawang ke jendela. "Hari ini aku mengalami kejadian sulit ... ah, maaf, aku tak bisa menjelaskannya. Semuanya terasa sangat rumit---aw, aw, aw! Aaargh!!! Lepaskan putingku!!!"

"Sangat rumit, kepalamu." Karin bersedekap setelah puas memelintir puting Naruto. "Dengar, anak setan. Minggu ini adalah minggu yang sangat sibuk untuk kantor kami. Jangan membuatku pusing!"

"Aku tidak membuatmu pusing! Aku hanya meminta izinmu untuk tinggal di rumah Kiba!" Naruto tak mau kalah dan terus mendebat Karin. "Sebenarnya, meminta izinmu hanyalah sebatas formalitas. Dengan atau tanpa izinmu, aku akan pergi ke rumah Kiba."

"Jangan ke rumah Kiba atau aku akan membunuhmu!!!" Karin meneriaki Naruto dengan sekuat tenaga. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian meletakkan telapak tangannya di kedua bahu Naruto dengan hati-hati. "Jangan pernah ke rumah keluarga itu. Terserah padamu ingin tinggal di mana, tetapi jangan di rumah Inuzuka."

"Lalu aku harus tinggal di mana?"

"Bawa kembali barang-barangmu ke rumah Sasuke---"

"Tidak mau!!!"

Karin mengerjap sebentar, lalu mengusap wajahnya yang terkontaminasi liur Naruto yang menghujani wajahnya. "Kupikir kau suka kemewahan? Atau Sasuke menyuruhmu tinggal di kandang ayam?"

Naruto terdiam sebentar. Anak itu mengacak rambutnya kesal sebelum berujar lirih, "Ini baru hari kedua aku tinggal di sana, dan kesialan sudah menghujaniku sampai aku tak bisa bernapas."

"Huh?"

"Hari ini, aku bangun terlalu pagi karena pilek. AC sialan." Naruto menggerutu sambil mengingat kembali apa yang dia alami di apartemen Sasuke hari ini.

"Itu saja dan kau tak mau tinggal lagi di sana?"

"Aku butuh tisu, tetapi tidak ada tisu sama sekali. Aku terpaksa mengambil tisu toilet yang sudah hampir habis untuk membuang ingus. Aku memutuskan untuk mandi, dan rasa kantukku langsung hilang setelah diguyur air yang terlalu panas dari shower. Aku lupa membawa handuk dari rumah, tapi bosmu melarangku menggunakan handuknya sehingga aku harus duduk menunggu sampai tubuhku setengah kering. Saat aku hendak memakai pakaianku, celana dalamku malah jatuh ke lantai dan terkena air. Aku harus menggunakan pakaian tanpa celana dalam dan di saat yang sama teman-temanku sudah tiba di depan apartemen. Aku harus mempersilakan mereka masuk dan bercengkrama sebentar dengan teman-temanku lalu menyediakan snack seadanya, berpura-pura terlihat nyaman dengan hanya menggunakan celana tipis yang bisa saja mempertontonkan sesuatu yang tidak mengenakkan mata pada teman perempuanku."

"W-wah ...." Karin sampai tak bisa berkata-kata. "Kalau aku jadi kau, mungkin sudah kubakar apartemen itu---"

"Dan berengsek itu!" Naruto memotong ucapan Karin dengan cepat. "Berengsek itu ... si sialan yang memberimu gaji tiap bulan ... berani-beraninya dia mempermalukanku di depan teman-temanku dan mengusir mereka pergi dari rumahnya yang mewah dan mahal ... aku bahkan tak pergi ke kampus hari ini karena harus berkemas dan kabur dari rumah terkutuknya itu."

"..."

"Kalau setelah ini kau masih tak mengizinkanku untuk tinggal di rumah Kiba---"

"Kupotong kakimu kalau kau ke sana, berandal." Karin berbisik pelan di dekat telinga Naruto. "Kau ... berani-beraninya mengarang cerita untuk menarik simpati."

"Aku tidak mengarang cerita!"

"Bohong."

"Apa aku terlihat seperti penipu?"

"Dulu kau sering menipu ibumu dengan alasan mengerjakan tugas padahal kau pergi bermain bola."

"Itu dulu!!!"

"Keributan apa ini?"

Karin dan Naruto, sumber keributan yang baru saja ditegur itu menoleh, mendapati Sasuke berdiri gagah di depan pintu ruang kerjanya dengan kedua tangan di kantong celana. Matanya menatap datar ke arah Karin, benar-benar mengabaikan keberadaan Naruto. Naruto yang melihatnya kontan berdecih sebal.

"Berengsek ... pelit ... tidak punya hati ... pengikut setan ...." Naruto menggerutu sambil mengambil kembali ranselnya di lantai. "Lebih baik aku tinggal di sarang lebah daripada satu atap dengan pria sombong sok keren yang menjadi bosmu. Ingat saja untuk mengirimkanku uang jajan saat aku minta. Jangan cari aku, atau aku benar-benar akan pergi dan tinggal di rumah Kiba."

Naruto tak menunggu lagi untuk mendapat jawaban dari Karin. Menggosokkan punggung tangan ke hidung yang berair, Naruto pun pergi meninggalkan Sasuke dan Karin, tetapi harus menanggung malu karena malah menabrak pintu kaca.

"AISHHH SIALAN!!!"

ngebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang