Naruto tiba-tiba cosplay patung di kursi kafe. Sasuke seakan mengalami cedera leher yang cukup parah, membuat dia hanya bisa menoleh ke kiri---kelihatan sekali menghindari bocah di hadapan. Minuman di atas meja telah mendingin, sementara udara di sekitar mereka seperti telah meneriaki kata 'canggung' berkali-kali.
Mereka saling menunggu, siapa yang akan bicara duluan. Naruto pikir Sasuke yang akan bicara lebih dahulu karena pria itu yang membawanya kemari, sementara Sasuke berharap Naruto yang bicara lebih dahulu lantaran anak itu memang tidak bisa diam dalam waktu yang cukup lama.
Hingga akhirnya lima belas menit terbuang percuma.
Melihat Sasuke tak bergerak sama sekali, Naruto memutuskan untuk hendak pergi. Baru saja ia hendak beranjak dari kursi saat Sasuke tiba-tiba menginjak sepatunya dari bawah meja.
"Aaa ... aaa ... angkat kakimu! Angkat kakimu!"
Sasuke menuruti instruksi, dan langsung dipelototi oleh si bocah yang tak jadi pergi.
"Hn?"
"Bisa tidak, kau tak membuatku kesal untuk sehari saja?!" Naruto mengacak rambutnya dengan frustrasi sambil menggaruk ujung meja. "Kenapa kau harus menginjak kakiku?!"
"Kau hendak kabur."
Naruto mengerjap. "Kabur?"
Uchiha Sasuke mengangguk mantap. "Bukankah itu hobimu? Kabur dari segala situasi yang tak bisa kamu kendalikan."
Naruto mengerjap sekali lagi, lalu tertawa datar. "Ha. Ha. Ha. Lucu sekali. Jangan sok tahu tentangku. Memangnya kapan aku kabur dan ketahuan olehmu?"
"Saat ibumu datang ke rumah Karin, saat aku mengusir teman-temanmu dari rumahku, saat kau memakiku di trotoar, saat---"
"Baiklah, cukup!" Naruto memukul meja untuk menghentikan Sasuke. "Aku bukan mau kabur tadi. Aku menunggu kau bicara---" Naruto menunjuk kedua matanya dengan jari tengah dan telunjuk, lalu menunjuk mata Sasuke, "---empat mata. Hanya berdua. Dan lihat, yang kau lakukan hanya menunjukkan sisi kanan wajahmu tanpa melihatku. Kau hanya membuang waktuku, dan aku hanya ingin pulang karena katanya ibuku sudah pulang dari rumah Karin sejak ... hari ketiga aku tinggal di rumahmu?"
Magnet tak kasat mata tiba-tiba menarik pandangan Sasuke ke meja. Lagi-lagi ia menghindari tatapan Naruto.
"Bukankah ini saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya, Tuan Uchiha?"
"Aku senang melihatmu."
"Huh?"
"Senang. Hanya senang." Sasuke mengangguk, membenarkan perkatannya sendiri. "Sebatas senang melihatmu di rumahku ... mungkin karena kau membuat rumahku jadi ramai? Dan Amaterasu jadi punya teman ... jadi, kuputuskan untuk meminta Karin agar membiarkanmu tinggal lebih lama di rumahku."
"Kau hanya sekedar butuh bantuanku untuk membuatmu tidak kesepian dan merawat gagak sialan itu." Naruto menggeleng sambil mengerucutkan bibir. "Yang aku bingungkan sekarang adalah ... kenapa kalian tak mengatakan kalau ibuku sudah pergi setelah tiga hari menginap di rumah Karin?"
"Kau meminta izinku untuk menginap selama seminggu di apartemenku."
"Hah! Alasannya terlalu dibuat-buat." Naruto bersedekap dengan dagu diangkat tinggi. "Akui saja. Kau pasti punya masalah dengan Karin, bukan? Lalu, kau memanfaatkanku untuk membuat Karin tunduk padamu."
"Untuk apa aku memanfaatkanmu?"
"Sudah kubilang untuk membuat Karin tunduk padamu! Kau tuli, ya?" Naruto mendesis penuh emosi---sebenarnya dia ingin teriak, tetapi ditahannya sebisa mungkin. "Sejak pertemuan pertama kita, aku sudah menduga kau itu orang yang licik. Ternyata dugaanku benar."
"Aku memang licik," Sasuke membenarkan, "Tetapi kau tak tahu selicik apa aku yang sebenarnya."
"... Huh?"
Sasuke menatap Naruto, menumpukan kedua siku di atas meja dan menutup kedua mulutnya dengan jemari yang bertaut di depan wajah. "Biar kutebak. Kau pasti tak tahu kalau aku tertarik denganmu, bukan?"
"T-tertarik?" Naruto membelalakkan mati. "Tertarik ... apanya? Maksudmu---ah, tidak mungkin kau tertarik padaku. Kerjaanmu hanya memarahiku tiap detik selama ini, kecuali kau melakukannya sebagai kamuflase agar tidak ketahuan oleh ... aku ...."
Naruto mengerjapkan mata, menatap tak percaya. Sasuke hanya diam.
"T-tidak mungkin ...." Naruto menggelengkan kepalanya. "P-Paman Uchiha ... a-aku masih kecil---"
"Paman?" Sasuke menaikkan sebelah alis.
"Aku ... aku masih muda, sedangkan Anda ... kalau Anda seumuran dengan Karin, berarti Anda sudah berusia tiga puluh lebih ... tiga puluh dua atau tiga puluh tiga ... atau tiga puluh lima? Mungkin, entahlah. Intinya ... ANDA ITU SUDAH TUA!!!"
Sasuke tertohok seketika, tak menyangka Naruto harus menyerangnya dari sisi usia. Orang-orang menatap ke arah mereka, lalu berbisik-bisik dengan cara yang mencurigakan. Sasuke yakin mereka sedang menjadi bahan gosip dadakan.
"Kau tak seharusnya---"
"K-Karin! Kenapa kau mengikuti kami sampai sini?"
Sasuke terkesiap, lalu menoleh ke belakangnya. Langsung saja ia memaki dalam hati saat tak ada Karin di sana, dan ia malah menyaksikan Naruto telah sampai di pintu kafe. Anak itu seperti berlari dengan kecepatan cahaya, langsung menghilang dari pandangan Uchiha.
"Hah ... dia kabur lagi."