E

1K 117 7
                                    

Pukul sepuluh pagi. Angin sepoi-sepoi membelai, panas sinar matahari mulai menggigit. Anak-anak berlarian di padang rumput, abai dengan orang tua yang meneriaki mereka agar berhenti bermain di bawah terik.

Naruto yang duduk di hamparan rumput tersenyum melihatnya. Dulu, dulu sekali, Naruto pernah seperti itu. Berlarian sendiri dengan ceria, menghindari Minato dan Kushina yang hendak menangkapnya. Mereka akan tertawa bersama setelah Naruto tertangkap, kemudian bocah itu akan digelitik hingga harus memohon ampun.

Kini, dia sudah beranjak dewasa---walaupun belum bisa dibilang dewasa juga, sih, karena Karin masih menyetrika pakaiannya sampai sekarang. Tak ada ayah dan ibu yang bisa diajak untuk menikmati weekend bersama. Sebagai gantinya, dewa mengirimkan sepasang pria dan wanita sebagai pengganti orang tuanya di sini. Meskipun mereka adalah orang-orang sibuk, Naruto bersyukur karena mereka masih bisa mengatur waktu untuk menikmati weekend bersama Naruto.

"Ingat, ya, tak ada yang gratis di dunia ini. Bayaran untuk waktuku yang terbuang adalah kau harus membersihkan apartemen selama seminggu."

Naruto mendengkus mendengarnya. Memang, selamanya Karin takkan bersikap baik kepadanya. Ia benar-benar penindas sejati.

"Kau sendiri tahu kalau aku bahkan tak bisa menyetrika pakaian."

Karin meletakkan keranjang rotan kecil berisi apel di tangannya dengan kasar ke atas rumput. Ia melirik Naruto dengan tatapan membunuh.

"Dengar, bocah bengal. Aku benar-benar tak masalah kalau kau mengajakku untuk piknik di musim semi atau musim panas, tetapi musim gugur? Aku semakin yakin otakmu cuma ada setengah."

"Apa yang salah dengan piknik di musim gugur? Lihat, orang-orang juga piknik di musim gugur, bukan cuma kita." Naruto mengendikkan bahu. "Lagipula, Kak Hana bilang dulu kalian sering piknik di musim gugur."

Karin tersedak ludah sendiri. "KAU MASIH SAJA SUKA MENDENGAR PERKATAAN OMONG KOSONG PEREMPUAN ITU!"

"Apa aku terlambat?"

Naruto menoleh, kemudian menyunggingkan senyum lima jari. "Kau tak lupa beli minumannya, kan?"

"Hn." Sasuke menggoyangkan kantong kresek di tangan kirinya. "Kenapa tikarnya belum dibentangkan?"

"Karin masih sibuk merutukiku yang mengajaknya piknik hari ini," adu Naruto sambil melirik Karin. Karin menggertakkan gigi, sementara Naruto menjulurkan lidah dengan ekspresi mengejek. "Ayo, Karin! Hari sudah semakin siang."

"Aku masih heran, kenapa Sasuke di sini?" tanya Karin bingung sambil membentangkan tikar. Mereka bertiga saling membantu menyiapkan bekal piknik di atas tikar, sementara Karin masih saja berkomentar, "Kau bilang kau mengajakku piknik karena ingin mengenalkanku pada seseorang."

Mereka bertiga pun duduk berhadapan beralaskan tikar. Karin menatap Naruto penuh tanya, Sasuke hanya menatap datar, sementara Naruto malah menyunggingkan senyum yang terlihat menyilaukan di mata Karin.

"Aku ingin mengenalkan Sasuke padamu."

"Huh? Mengenalkanku pada bosku sendiri? Jangan bercanda---HAH?!" Karin terlonjak di tempat seraya menatap Sasuke dan Naruto bergantian. Ia menggelengkan kepala tak percaya. "Tidak mungkin ... TIDAK MUNGKIN!"

"Kenapa tidak mungkin?" Tanya Sasuke kalem. "Hari ini bahkan hari jadi kami yang ke-dua bulan."

"HAH?!"




END


(Beneran end ini).

Makasih buat yang udah baca cerita ini walopun absurdnya ampe neraka huhu. Cerita ini akan di-unpub setelah event internal Peso selesai. Pokonya makasih semuanya saya cinta kalian muah!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ngebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang