Aneh

305 21 8
                                    

Zabir memenangkan pertandingan basket, club milik sekolahnya berhasil memasuki babak final. Ia dibebaskan untuk tidak mengikuti jam pelajaran seharian. Awalnya Zabir berniat untuk pulang, tapi ia sudah berjanji pada seorang gadis.

"Bir, tumben lu tinggal lama-lama? Pulang yuk, main game.!" Ujar Azka, temannya.

"Gabisa nih bro, ada janji." Ucapnya acuh.

"Wih wih, seorang Zabir janjian.?! Nggak salah nih? Siapa Bir.?" Celetuk Rio.

Andi Bagaskara disapa Rio, aneh. Ia teman Zabir dari kecil, Riolah yang paling tau tentang bagaimana sikap Zabir.

Zabir tak menjawab pertanyaan temannya, karena Zabirpun tak tahu siapa gadis itu. Zabir saja bingung kenapa ia mengiakan, balas dendam mungkin?

Rio dan Azka memilih untuk meninggalkan Zabir, mereka sangat lelah dan ingin pulang. Zabir masih duduk di tepi lapangan menunggu gadis tersebut datang.

Saat Zabir hendak berdiri ia melihat seorang wanita berhijab, tengah memain-mainkan jarinya. Zabir tersenyum melihat tingkah aneh wanita itu.

"Woy.!!" Teriak Zabir.

Bintang yang melihat segera menghampirinya.

"Maaf kak, lama nunggunya?" Tanyanya. Bintang tak tahu harus bertanya apa, sangat tidak mungkin jika ia bilang kapan nih mulainya atau bisa mulai nggak.?

"Menurut lo.?" Zabir menunduk menatap manik mata Bintang. Mereka memang memiliki perbedaan ukuran tubuh, Bintang jauh lebih pendek.

"Mau belajar nggak nih.?" Zabir meninggalkan Bintang yang masih menunuduk kaku, ia berjalan ke tengah lapangan mengambil bola basketnya.

Bintang hanya bisa pasrah, jika Zabir dibayar olehnya mungkin Bintang akan mengoceh. Tapi Zabir mengajarinya secara sukarela. Ia berjalan mendekati Zabir, namun..

Brukk..

"Duhh..!" Teriak Bintang meringis sebab terkena lemparan dari Zabir.

"Nggak usah cengeng bego.!" Ucap Zabir datar.

Bintang hanya bisa bersabar.
Semesta, kalau bisa segeralah cabut nyawa orang ini, gumamnya.

Bintang hendak memasukkan bola ke ringnya namun dicekal oleh Zabir.

"Kalau meleset, aku cium.!"

Mata Bintang membelalak, ia mematung. Zabir hanya terkekeh melihat Bintang yang tak bergerak.

"Ayo.!!" Bantah Zabir.

Bintang berdoa, semoga saja bolanya bisa bersahabat. Namun nihil, bolanya meleset bahkan  lemparan Bintang saja tak mengenai ring

"Ck. Mau banget ya gw cium.?" Tanya Zabir menaikkan satu alisnya.

"Bi-bintang nggak sengaja kak." Katanya gugup.

Zabir mendekati Bintang, membuat jantung Bintang berdetak tak karuan, ia hanya bisa berharap malaikat baik datang membisiki Zabir, Zabir ciuman itu dosa, dia bukan mahrammu.

Tubuh Zabir semakin mendekat, membuat Bintang bisa merasakan deru nafasnya. Kepala Zabir yang mulai menunduk membuat Bintang refleks menutup mata.

Zabir tersenyum manis melihat wanita dihadapannya menutup mata ketakutan, ia meraih telapak tangan Bintang lalu diciumnya dengan lembut.

"Cewek bodoh.! Mau dicium di bibir? Emang aku bilang mau cium itu? Cih, berharap banget lu." Ucap Zabir angkuh.

Pipi Bintang memerah, ia merutuki dirinya sendiri, bodoh. Untuk apa Bintang menutup mata? Dasar Bintang bodoh.

(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang