"Aku obat"
Perkenalan pertama yang kau buat, sungguh teka-teki bagiku. Untuk apa obat? Ya untuk menyembuhkan. Kau obat sekaligus racun, jahat yah. Desiran angin menerpa hijabku. Damainya ombak mendukung suasana. Obat datang, bukannya menyembuhkan ia justru menambah sakit.
"Lagi apa, sama siapa?" Katamu.
"Menatap senja, kamu sendiri?"
"Aku memang sendiri. Mau menemaniku?" Kamu tersenyum, sangat manis."Maksudku kamu lagi apa?"
"Berdiri, menatap pasienku." Katamu lagi, aku semakin bingung."Kau terlihat sangat muda untuk seorang dokter, bahkan sepertinya kita seusia." Ucapku.
"Aku obat, penyembuh lukamu "***
Boneka yang dipeluk bintang basah, ia menangis.
"Ah mimpi!" Ucapnya frustasi.
Bintang melirik jam di ponselnya, 00:00. Bukan pertamakali baginya terbangun di malam hari hanya karena secuil memori yang katanya tak penting, bohong jika tak penting.
Ia bergegas turun ke dapur berniat untuk minum. Langkahnya terhenti tepat pada anak tangga ke tiga, "masih terpajang" gumamnya.
Bintang mempercepat langkah, tak ingin menambah luka pada dirinya.
Ting!
+628xx
Besok bareng! Mau bahas sesuatu.!"
Ia menatap heran layar ponselnya, +62 berarti lokal.
Ini gw, Abi!
Zabir maksudnya:vKak Zabir
Kan bisa di sekolah bahasnya kak
Penggemar gw nanti ngeliat lo. Gw sih b aja, nah lo? Mau di apa-apain sama mereka? Jangan banyak bacot deh Bin, turutin aja napa sih!
Bintang mengontrol emosinya, pria itu selalu berubah-rubah.
Ok kak
Tidur Bintang, udah malam!
Bintang bercahaya kalau malam
Bodoh amat
Ihh kak Abi ngeselin
Ralat Zabir.Abi aja, umi.
Pipinya memerah, kesal dan malu bersatu. Bintang memilih melanjutkan tidurnya. Semoga mimpi itu datang lagi, harapnya.
***
Wanita muda memasuki kamar, sang pemilik masih betah di alam lain.
"Kenapa anak itu tersenyum, mimpi apa dia?" Gumam wanita tersebut. Ia menyiapkan seragam sekolah milik anaknya.
"Bi.! Zabirrr bangun!!!!!" Wanita tersebut mengencangkan suaranya, ia memakai alat bantu, toa.
Zabir mengucek mata malas, bisa-bisa gendang telinganya rusak. Tanpa alat bantupun wanita itu bisa mengalahkan jam bekernya, ya ibu-ibu. Alaram terbaik.
"Ma, Zabir bisa tuli." Zabir merenggangkan tubuhnya, ia lelah.
"Kamu itu kebiasaan, habis salat lanjut tidur. Harusnya kamu mandi, beresin kamarmu, mana bajunya kusut, belum disetrika. Bukunya juga pasti nggak di bawa, Za-"
Zabir bangun, ia sangat ingin tidur lama-lama. Tapi niatnya ia urungkan demi keselamatan indra pendengarannya.
Ia tak perlu takut untuk terlambat, saat bangun pakaiannya sudah siap, bukunya tertata sesuai mata pelajaran hari itu, rosternya bahkan ia gantung di kamar sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
(COMPLETED)
Teen FictionPada akhirnya aku mengikhlaskanmu dicintai oleh pembacaku Semua manusia terikat pada masa lalu, ada yang memilih pergi dan melupakan, ada juga yang masih terjebak. Ketika kenangan itu datang dengan seulas senyum tak berdosa, hati hanya bisa pasrah d...